Saturday, September 06, 2014

Preache Moss: Perjalanan Spiritual Seorang Pelawak Islam..


Preache Moss: Perjalanan Spiritual Seorang Komedian Muslim AS
Nama Preacher Moss sudah tidak asing lagi bagi awam AS umumnya dan komuniti Muslim khususnya, yang menggemari komedi. Moss adalah pengasas dari kumpulan komedi "Allah Made Me Funny" dan membuatnya menjadi salah seorang pelawak Muslim yang kerap membuat orang terbahak-bahak kerana lawak-lawaknya.

Salah satu lawak Moss yang terkenal adalah ketika ia bercerita


"Jika mungkin dan dibolehkan, saya ingin menukar nama saya dengan nama 'Allahu Akbar'. Saya membayangkan pasti akan hebat sekali ketika saya di lapangan terbang dan petugas lapangan terbang menyebut nama saya yang tertera di pasport 'Allahu Akbar'. " 

Lawak yang pasti membuat orang tersenyum. Tentu saja Moss tidak bermaksud melakukan penghinaan dengan humornya itu. Moss mendapatkan inspirasi untuk humor-humornya dari pengalamannya sehari-sehari sebagai seorang Muslim dari kalangan warga kulit hitam di AS. Ia


bergaul dengan banyak anak-anak jalanan di lingkungan tempat tinggalnya di Washington DC  

Sebelum memeluk Islam, Moss adalah seorang penganut Kristian dan dibesarkan dengan didikan Kristian oleh keluarganyaMunculnya gerakan Black Panther dan Nation of Islam dengan pemimpin-pemimpinnya, seperti Malcolm X, yang telah memberikan pengaruh besar bagi dirinya sebagai anak muda kulit hitam di AS ketika itu dan menjadi awal perkenalannya dengan Islam.
 

2 Kenangan Masa Lalu
 

Moss masih mengingati dua kenangan besar dalam hidupnya, yang telah mendorongnya untuk mengkaji kekuatan dan keindahan Islam dari gerakan-gerakan hak asasi di AS. Ia menyebutnya sebagai "Islam protes" dan "Islam regular" atau Islam yang lahir dari Nation of Islam dan harga diri warga kulit hitam dengan Islam yang dibawa oleh para pendatang dan generasi Muslim pertama di AS.

Kenangan pertama yang masih membekas di hati Moss adalah ketika ia menyaksikan bagaimana rakan kelasnya begitu taat menjalankan ibadahnya sebagai seorang Muslim, meski dalam keadaan dan situasi yang paling sukar. Hal itu membuat Moss sangat kagum dan menghormati sahabat Muslimnya itu.

Kenangan kedua yang menyentuh hati Moss adalah sahabatnya yang ia kenal di pergaulan anak jalanan di Washington DC  Sahabat yang menurut Moss selalu dirundung masalah. Suatu hari ia mendengar khabar sahabatnya itu meninggal dunia. Moss dan beberapa rakan datang ke rumah sahabatnya itu dan di bilik sahabatnya itu Moss melihat banyak buku-buku tentang Islam.

"Saya melihat ia mempunyai sesuatu. Dia berada di jalan untuk menuju ke satu arah yang besar. Ia tahu sesuatu yang saya tidak tahu. Dan saya ingin sekali tahu lebih banyak tentang jalan itu, "tutur Moss tentang sahabatnya.

 
Masuk Islam

Ditanya bila tepatnya ia rasmi menjadi seorang Muslim, Moss akan diam dan berusaha mengingat kembali masa-masa remajanya hingga ia menjadi seorang mahasiswa jurusan kewartawanan dan filem di Universiti Marquette, Wisconsin.

Ia mengaku tidak ingat betul tarikh berapa ia mengucapkan dua kalimah syahadah. Yang ia ingat, kejadiannya ketika ia masih kuliah dan ia belajar Islam dari banyak sumber. Waktu itu ia bekerja sebagai guru untuk anak-anak yang mengalami gangguan emosi dan menjadi pelawak. Perjalanannya hidup yang sebenarnya, kata Moss, ia alami setelah ia mengucapkan syadahat dan menjadi seorang Muslim.

"Selama masa kuliah, masuk Islam adalah sebuah pertempuran. Apakah saya akan mengikuti jalan ini atau saya tetap di jalan yang lama? Banyak sekali konflik dalam diri saya, "kata Moss.

Moss terus mempelajari Islam dan banyak bergaul dengan orang lain yang juga mempelajari Islam. Ia akhirnya mendapati bahawa ajaran-ajaran dalam Al-Quran dan tradisi-tradisi yang dilakukan Rasulullah Muhammad Saw adalah benar dan mutlak. Ia bertemu dengan pelbagai orang saat mempelajari Islam, orang yang sangat membantu samapai orang yang manipulatif.

"Ada kemudahan dalam apa yang saya alami sebagai seorang individu, tetapi juga ada pencerahan atas apa yang saya perlu lakukan untuk memupuk budaya dan iman dalam diri saya. Rasanya mustahil akan ada "Allah Made Me Funny" jika saya tidak tidak belajar bagaimana untuk memupuk budaya itu, "ujar Moss.

Ia menegaskan, konsep "budaya keimanan" yang menolaknya pada jalan Islam yang dipilihnya.  


"Saya menjumpai banyak orang, sebahagian dari mereka sangat luas pengetahuannya, yang akan boleh bicara tentang tradisi Quran dan soal jalan dan kehidupan para nabi, tetapi akhirnya hanya menemui jalan buntu kerana mereka tidak cukup pandai untuk mengembangkan kebudayaan," papar Moss.
"Mereka cuma pandai bercakap tentang kebudayaan ratusan tahun silam, tapi tidak boleh menirunya di era moden ini. Ada keseimbangan yang tidak wajar, dimana pengetahuan hanya menjadi satu-satunya nilai dalam hal ini. Yang saya dapati adalah, keadaan itu bertentangan dengan keseluruhan idea dari agama yang membantah, yang seharusnya memberi inspirasi kepada kita untuk berkembang, melahirkan dan membangunkan sebuah budaya di mana kita menjalankan keyakinan agama Islam kita dalam kehidupan saat ini, "jelas Moss.

Beliau memberi contoh, seorang Muslim mengkritiknya saat ia gig di Philadelphia. Muslim itu mengatakan bahawa dalam Islam komedi itu haram, bid'ah dan Rasulullah Muhammad Saw melarang lawak. Tapi setelah mengkritiknya, lelaki itu langsung pergi dengan keretanya. Dan Moss yang kehairanan cuma boleh bilang, "kamu cakap apa, komedi itu bid'ah? Kamu baru saja hilang dengan cara bid'ah. "

Muslim di Hollywood

Menjadi seorang Muslim merupakan perjuangan bagi Moss, apalagi buat dirinya yang sangat menggemari dunia komedi dan sudah menjadi sebahagian daripada industri hiburan. Moss berhenti mengajar, kerana Hollywood 'memanggilnya'. Moss memberikan sebahagian wang pencen gurunya pada ibunya dan sebahagian lagi ia gunakan untuk mengejar impiannya di dunia komedi.

Kerjayanya sebagai pelawak menanjak seiring dengan reputasinya menulis senario untuk sejumlah pelakon dan pelawak di Hollywood. Tapi menjadi seorang Muslim di Hollywood bukan perkara yang mudah. Moss mengalami saat-saat penuh tekanan kerana ia tidak boleh membuat lawak-lawak tentang perempuan atau topik-topilk yang akan dinilai sebagai anti-Muslim. Itulah sebabnya, Moss akhirnya memutuskan meninggalkan Hollywood dan memilih jalur solo kerjaya.

Ia lalu membentuk group lawak dengan Muslim yang lain, iaitu Azhar Usman dan Azeem, kemudian ditambah dengan kemasukan Mo Amer. Jadi kumpulan komedi "Allah Made Me Funny". Moss mengatakan bahawa ia ingin Muslim boleh mengekspresikan diri mereka.

"Setiap kali orang mendengar kami dan mereka Muslim, mereka akan mengatakan 'Dengar, orang-orang ini punya nilai-nilai," ujar Moss tentang harapannya pada Muslim yang lain.

Meski namanya sudah popular, seperti juga kumpulan komedi lain, "Allah Made Me Funny" masih kesulitan jika ingin gig di negeri-negeri Muslim seperti Arab Saudi atau Dubai. "Kami ingin menunjukkan naratif yang baru dan berbeza tentang apa itu Muslim. Dan hal itu berat buat negara-negara di mana agama Islam bermula, "ujar Moss.

Moss memahami hal itu. Ia memberi contoh pengalamannya sendiri, meski sudah lebih dari 20 tahun memeluk Islam, Moss mengaku masih terus dalam proses belajar. Ia tidak sungkan mengakui keimanannya di depan awam sebagai seorang Muslim, tanpa perlu melepas nilai-nilai dalam dirinya.

Moss mengakui bahawa ia belum menjadi seorang Muslim yang baik. Tapi ia berharap boleh bersara dari duna komedi dan akan memusatkan kehidupannya pada keluarga dan agamanya


"Saya ingin belajar bahasa Arab. Banyak sekali yang ingin saya baca. Tapi saya akan selalu membantah, dan protes saya sekarang ditujukan untuk kaum Muslimin agar punya rasa memiliki terhadap agamnya, "tegas Moss. (IH)

Lihat sebelum ini..
E-Buku IH-43: Kisah-kisah Saya Pilih Damai... Islam
E-Buku IH-43: Kisah-kisah Saya Pilih Damai... Islam  

No comments:

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails