Saturday, August 01, 2015

Pengganas Gereja Injil Diundang Jokowi Ke Istana, Tapi Ustadz Ditangkap.

Jokowi beserta para pendeta dan tokoh Kristian Papua di istana negara!

JAKARTA; Pasca tragedi Tolikara, penyerbuan gerombolan Gereja Injil Di Indonesia (Gídí) terhadap jamaah solat Aidil Fitri disertai pembakaran masjid dan berpuluh-puluh kedai umat Islam di Tolikara Papua yang sangat intoleran... Tiba-tiba kerajaan Jokowi mengundang pengganas dan anarkis Gídí itu ke istana negara.

Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Papua, Pendeta Lipiyus Binilub yang meminta supaya pihak polis tidak menahan dua suspek insiden Tolikara yang saat ini tengah menjalani pemeriksaan di Polda Papua. Alasannya, pendeta itu bimbang penahanan terhadap dua suspek ini boleh menimbulkan kesan negatif di Tolikara.

"Kalau boleh tak perlu ada penangkapan kerana komunikasi yang tak jalan tadi. Hal remeh hanya tak jalan komunikasi. Tak perlu menangkap-menangkap itu nanti keterlaluan jadi tak baik, "kata Lipiyus, seusai bertemu Presiden Joko Widodo, di Istana Presiden, Jakarta, Jumaat (24/7/2015).

Tak berselang lama polis justru menangkap ustadz Samsuddin Uba saat sedang mendakwahkan Islam di Baranusa Alor, Nusa Tenggara Timor. Baca: Dituduh sebarkan paham radikal, polisi tangkap 2 orang di Alor.

Terkait hal itu Pengarah The Community Of Islamic Ideology Analyst (CIIA) Harith Abu Ulya mengulas sungguh ironi kerajaan negeri ini, seperti negara tidak bertamadun alias undang-undang rimba yang berlaku. Katanya, Ini tindakan menyalahi undang-undang kesewenang-wenangan melanggar hak asasi warga negara.

"Kita bandingkan dengan perlakuan terhadap pelaku jenayah pengganas Kristian Gidi. Sangat bertolak belakang, yang satu hanya berdasarkan sangkaan dan dugaan tanpa bertapak dan payung hukum kemudian di tangkap. Tapi yang jelas-jelas sebenar pelaku jenayah pengganas di Tolikara didiamkan dan hanya 2 orang biasa yang ditangkap, "kata Harits.

Menurutnya, seseorang tidak boleh dikriminalkan kerana menyampaikan atau mempunyai sebuah gagasan atau konsep pemikiran.

"Dan jika ini berlaku maka mundur ke belakang dan melanggar kebebasan berfikir dan menyatakan pendapat, "terangnya.

Kata dia, ini kezaliman yang melampaui batas. Pegawai pemerintah, tambah Harith, sewenang-wenangnya memutarbelit undang-undang untuk berbuat zalim. Mencari-cari kesalahan dengan pelbagai rancangan jahat.

"Para petinggi negeri ini perlu celik atas kes ini, sekecil apapun kezaliman yang menimpa warga negaranya dan dilakukan oleh aparatur negara, sangat tidak boleh di tolerir kecuali negara ini minta dimaklumi oleh rakyatnya bahawa Indonesia sudah berubah jadi seperti negara tidak bertamadun alias undang-undang rimba yang berlaku, "tutupnya. (Azmuttaqin / arrahmah.com/IH)

Lihat mengenai hal ini sebelum ini..
  • Pekan Kecil Papua, Tapi Bendera Israel Popular.
  • Serangan Pengganas Kristian Atas Jamaah Solat Aidi...
  • Lapor Langsung Dari Tolikara: Solat Jumaat Pertama...
  • Rusuhan Agama Di Papua: Ibnu Hasyim Sokong Desak C...
  • Interbiau Khas Dengan Imam Masjid Tolikara. Rusuha...
  • Toleransi Islam Dibalas Pembakaran..
  • Mengapa Presiden Jokowi Diam Semasa Teroris Kristi...
  • NGO & Orang Kaya Malaysia, Jengok-jengoklah Ke Sin...

  • No comments:

    LinkWithin

    Related Posts with Thumbnails