Saturday, July 25, 2015

Interbiau Khas Dengan Imam Masjid Tolikara. Rusuhan 12 Korban & Luka-luka.

Haji Ali Muktar (38), imam Masjid Baitul Muttaqien Tolikara, Papua.  

KUALA LUMPUR: Rabu lalu (22/07/2015) adalah hari kelima bagi Ustad H. Ali Muktar (38) dan warga Muslim, Karubaga Kabupaten Tolikara berlangsung di pengungsian. Aksi serangan kumpulan perusuh saat hari Raya Aidil Fitri, Jumat (17/07/2015) lalu, masih menyisahkan luka mendalam bagi korban.

Ali Muktar adalah salah satu imam Masjid Baitul Muttaqien Tolikara, sekaligus salah satu saksi dalam aksi penyerangan kumpulan perusuh yang mengakibatkan pembakaran kedai dan masjid. Di bawah ini, perbualan hidayatullah.com dengannya.

Apakabar Pak Ali?

Alhamdulillah, baik pak

Sudah dapat bantuan dari mana saja?

Bantuan masih datang dari Baitul Maal Hidayatullah (BMH), berupa makanan, mie instan dan keperluan pokok. Itu sudah kami bagi di tiga titik; dua di perumahan berhampiran Koramil, satunya di Tenda PMI, di mana sebahagian pelarian ada di situ. Ada juga bantuan beras daripada bapak bupati. Kemarin ada juga bantuan dari Menteri Dalam Negeri (Mendagri) dan Mensos.

Apalagi yang diperlukan?

Pertama, ya, masih tetap Sembilan bahan pokok (Sembako, red). Termasuk air minum, gula dan kopi Kedua, juga bantuak keperluan ibadah; mukena, sarung dll.  Sementara itu dulu. Kemarin datang juga warga daerah menangis, mereka mengatakan, yang korban nyawa belum ada perhatian. Ya akhirnya kami beri mie instas saja, kerana itu yang kami miliki.

Memang ada berapa mangsa serangan perusuh?

Untuk warga Muslim di Tolikara ini ada kira-kira 65 KK, mencapai sekitar 400-an warga. Sedang yang ikut menjadi korban luka-luka ada sekitar 12 orang, meninggal 1 orang.

Apakah ada bantuan lain?

Sebenarnya sudah banyak yang menghubungi. Termasuk dari organisasi masyarakat dan institusi-institusi Islam. Tapi saya usulkan, sebaiknya disimpan dahulu, sabar. Sebab, sebenarnya ada juga dana kerajaan untuk umat Islam di APBD.

Sebab, apa pak? Di sini bukan di Jawa atau Sumatera. Kami menjangka kemungkinan di belakang hari jika terjadi apa-apa. Takutnya ada sesuatu, pak. Kita ingin semua tenang dan aman dahulu.

Kita berharap memulihkan keadaan, termasuk yang sudah banyak kehilangan harta-benda. Sekurang-kurangnya, yang hilang harta bendanya dapat pulih dan dapat bekerja semula sebagaimana biasa, biasa membina kiosnya kembali dan hidup berdikari.

Setakat ini, apa perkembangan baru yang berlaku?

Semalam (hari Rabu, 22/07/2015), terjadi pertemuan dan persidangan akhbar dengan pihak tokoh-tokoh gereja. Hadir Pemimpin Umat Gereja Injil di Indonesia (Gídí) yang dipimpin Ketua Klasis Toli, Pendeta Yunus Wenda dan saya mewakili Muslim. Itu tokoh-tokoh penting dan berpengaruh semua di sini.

Dalam pertemuan itu sempat saya tanya kembali, apa boleh mendirikan tempat ibadah tidak? [Baca: Inilah Pertemuan Gídí - Muslim Tolikara Pasca Rusuhan]

Hasilnya?

Ya para tokoh gereja ini mengakatan, harus rapat dulu, harus mengadakan pertemuan antara mereka dahulu jika ada pendirian masjid. Sebab, di sini lain dengan Jawa, mendengar nama masjid saja sudah bimbang.

Sebenarnya yang dibakar itu mushollah atau masjid?

Jadi begini bapak, sejarahnya berlaku ketika tahun 1987 (kira-kira 28 tahun lalu red), ketika itu kami mengajukan izin kepada tokoh-tokoh agama di sini untuk membina tempat ibadah.

Tahun 1988, saya dibicarakan di hadapan tokoh-tokoh gereja. Mereka mengatakan yang boleh dibina mushollah, bukan masjid. Tidak tahu mengapa di sini bimbang jika ada pendirian masjid. Sementara kami kaum Muslim kan perlu solat Jumaat. Jadi izin saya kala itu, disebut mushollah tidak masalah asal dibolehkan dan boleh melaksanakan solat Jumaat.

Kaum Muslim tidak mengutarakan nama, yang penting kita boleh beribadah dan melaksanakan solat Jumaat. Itu yang terpenting.

Sebab apa pak, di sini memang mendirikan rumah ibadah dilarang kecuali Gereja Injili Di Indonesia (Gídí). Tidak hanya Islam, bahkan semua mazhab Kristian kecuali Gídí dilarang.

Dan Alhamdulillah, kita semua bersyukur izin beribadah boleh keluar. Asal solat Jumaat boleh dilaksanakan dan kaum Muslim dapat solat berjamaah. Terserah jika itu dikatakan mushollah.

Ali Muktar menerima bantuan Baitul Maal Hidayatullah (BMH) secara simbolik
Ali Muktar menerima bantuan Baitul Maal Hidayatullah (BMH) secara simbolik

Apasaja kegiatan Masjid Baitul Muttaqien sebelum dibakar?

Ya banyak. Yang jelas, solat jamaah tiap hari, pengajian rutin, peringatan hari besar Islam, peringatan Maulid Nabi, pengajian umum hingga pembinaan anak-anak Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ).

Bulan Ramadahan ini, kami mendatangkan penceramah dari Jawa. Di sini ada kesepakatan, tiap Ramadhan mendatangkan penceramah secara bergantian dari berbagai daerah di Indonesia. Tahun lalu dari Sulawesi.

Selain itu aktiviti kegamaannya apa lagi?

Alhamdulillah, kita ada majlis ta'lim ibu-ibu yang digabung dengan ibu-ibu Bhayangkari (organisasi persatuan isteri anggota Polri). Selain itu ada tahlil di rumah-rumah tiap hari Jumaat dan tiap bulan sekali di masjid.

Memang kalau Subuh kebiasaan di sini pakai qunut atau tidak?

Saya biasa pakai. Tapi di sini ukhuwah tinggi pak. Kerana kami mungkin pendatang dan kaum Muslim datang dari berbagai kalangan. Jadi kami tak pernah mempersoalkan qunut atau tidak. Sebagai imam saya biasa pakai qunut, tetapi banyak juga makmum tidak ikut, ya tidak masalah.

Bapak sendiri latar belakang pendidikannya apa?

Saya tidak mempunyai latar belakangan nyantri. Hanya mustami'in biasa. Keluarga saya Nahdhatul Ulama (NU), ibu saya Musyawaroh (asli Lumajang) sedang bapak Hendri J Karaeng (asli Makassar). Ayah bekerja di Tanjung Perak, tetapi saya banyak dibesarkan di desa Pusrwosono, Kecamatan Sumber Suko, Lumajang. Sejak kecil saya terbiasa diajak ibu bapa berkunjung ke pesantren. Itu sahaja yang menjadi bekal saya.

Apa harapan Pak Ali selanjutnya?

Saya harapkan semua akan selesai dan umat Islam boleh melaksanakan hak-hak ibadah serta bekerja kembali. Saya juga menyampaikan terima kasih ada Baitul Maal Hidayatullah (BMH), yang sejak hari ketiga pasca serangan boleh menemani kami (Muslim Tolikara, red) di sini. Saya harap umat Islam lain juga ikut memikirkan. (IH/Abu Fathun)

No comments:

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails