Saturday, July 25, 2015

Orang Melayu Katanning, Australia Barat. Bagaimana Wujudnya?

CATATAN SANTAI IBNU HASYIM

Berkerja di Australia..
 Kattaning sebuah pekan kecil..

KATANNING adalah sebuah pekan kecil yang terletak kira-kira 250 km ke arah selatan Perth, Australia. Di sini terdapat komuniti Melayu Muslim yang cukup solid. Sebahagian besar dari mereka berasal dari dari Cocos Island alias Pulau Kelapa. 

Generasi pertama Melayu itu datang untuk memenuhi keperluan tenaga kerja sembelih kambing. Para penyembelih Muslim itu diperlukan untuk memproduksi daging kambing halal. Kini, jumlah Melayu Muslim hampir 10 % dari lebih 5,000 penduduk pekan ini.
Di kota kecil ini ada sebuah masjid besar lengkap dengan madrasah atau sekolah Islam. Di masjid itu didirikan solat Jumaat. Masjid Katanning berukuran cukup besar lebih besar dari masjid yang ada di pusat kota Perth (mengikut maklumat beberapa tahun lalu. Masjid ini diresmikan tahun 1981 oleh Tunku Abdur Rahman Putra, bekas Perdana Menteri Malaysia pertama.

Masyarakat Muslim di Katanning hampir semuanya, kecuali satu-dua orang Indonesia, Somalia atau Afghanistan, adalah berasal dari Cocos Island. Kendati Cocos Island ini bahagian dari Australia (masuk dalam wilayah Western Australia), namun penduduk setempat lebih merasa diri sebagai orang Melayu. 

Di Katanning, mereka sangat menjaga identiti kemelayuan ini, termasuk bahasa Melayu yang masih dipakai hingga kini. Kerana itu, tak hairan ketika berhasil membangun masjid, PM Malaysia pulalah yang mereka daulat untuk merasmikan. Masjid itu didirikan di atas tanah yang cukup luas, pada tahun 1970-an dibeli oleh komuniti Muslim Katanning dengan harga A$3,500. 

Nampaknya masjid ini telah mengalami renovasi semenjak didirikan. Semasa berada di dalam masjid Katanning ini, kita akan merasa berada di sebuah tempat di Malaysia atau Indonesia. Hampir semua hiasan dan perabot di dalam masjid ini sangat ‘Melayu’. Papan pengumuman berbahasa Melayu, dan hiasan kaligrafi di dinding diberi terjemahan bahasa Melayu. 

Di kanan-kiri mihrab terdapat kaligrafi berpigura, yang isinya lafal niat salat tahiyyat masjid, dan lafal niat iktikaf. Keduanya disertai terjemahan dalam bahasa Melayu. Bahkan dalam solat Jumaat, khutbah pun disampaikan dalam bahasa Melayu.

 Pembukaan masjid ini di rasmikan oleh Tunku Abdul Rahman bekas Perdana Menteri Malaysia pertama, pada tahun 1981.





Perjalanan melalui jalan raya Perth-Katanning dapat ditempuhi dalam waktu 3 jam. Sebahagian besar jalan raya antara kedua kota adalah freeway dengan kecepatan maksimal 110 km/jam. Jalan yang cukup lapang sepi, bebukitan kecil dan langit bersih. Dedaunan beberapa jenis pohon pemandangan di kanan-kiri jalan, beberapa peternakan biri-biri yang membuat tingkahan bersama hijaunya padang rumput dan birunya langit. 


Jalan ke Katanning..lurus selurus lurusnya..kiri kanan lautan padang ragut dan padang canola yang cantik..Sesekali nampak gerombolan kambing biri biri..

Seorang, Abdul Ghafar Karim Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta menulis catatan perjalanannya ke Katanning..

"Siang, sedikit lepas dzhuhur, kami sampai di Katanning. Begitu membelok ke arah kiri dari Great Southern Hwy menuju pusat kota, mata saya menangkap sebuah spanduk berukuran sedang, yang tergantung di sebuah tiang di bunderan dekat lintasan kereta-api. Di spanduk itu terdapat gambar tiga buah ketupat, dan tulisan huruf latin yang kaligrafis. 

Tulisan itu berbahasa Melayu: “Selamat Hari Raya Aidil Fitri“. Setelah melintasi bunderan, terlihatlah pula bahwa spanduk itu memiliki dua muka, dan di sisi sebaliknya terdapat gambar bintang dan bulan sabit, serta tulisan latin dalam bahasa Arab: “Eid Mubarak“.


"Dari bunderan dengan spanduk idul fitri ini, kami terus ke arah utara sedikit, dan berhenti sejenak di bagian yang nampaknya adalah pusat kota. Kami keluar dari mobil untuk melihat-lihat suasana sekitar, ketika tiba-tiba seorang pemuda berambut ikal sedikit gondrong mendekati kami. 

“Assalamu’alaikum,” ia menyapa sambil tangannya memberi isyarat ke arah Miming, istri saya: ia mengenali kami sebagai Muslim karena melihat seorang perempuan berkerudung. 

“Wa’alaikum salam”, kami menjawab sapaannya. Ia kemudian, dalam bahasa Melayu, memberitahukan pada kami tempat-tempat untuk membeli makanan halal, serta bahwa esok salat Jumat akan dimulai jam 1 siang.
Usai berbincang dengan pemuda tadi (keesokan harinya saya akan tahu bahwa pemuda ini adalah adalah seorang seniman bernama Shahran, dan bahwa ialah yang membuat spanduk idul fitri itu, atas permintaan Islamic Association of Katanning[IAK]), kami berputar-putar sejenak mengitari kota Katanning yang sama sekali tak memiliki traffic-light ini. "

Begitu tulis beliau, beberapa tahun lalu.

Kesimpulannya:

Inilah hasil dari penghijrahan. Orang Islam berhijrah, tentulah membawa bersama-sama agama mereka. Bagaikan Nabi SAW menubuh masjid pertama semasa hijrah ke Madinah. Di mana ada orang Islam, di situlah ada masjid. Ada masjid, akan ada kepimpinanan atau Imam.  

Cuma di Katanning itu, masjid dan orang-orangnya agak unik, kerana bercirikan Islam dan bangsa Melayu. Setelah dua pulau bercirikan Melayu/Islam yang hampir kedudukannya dengan negara Indonesia, tetapi termasuk di bawan tadbiran Australia, kini di Katanning, di tanah besar benua Australia itu pula sudah wujud Kampung Melayu Islam.

Kita tunggu masjid 'Katanning Kedua' pula. Kalau Kataning pertama dulu, mereka adalah penyembeleh kambing, mungkin Katanning kedua ini akan terdiri dari pekerja-pekerja ladang petik buah anggur, limau, apel dan lain-lain.

Itu sebabnya, weblog ini mempromosi bekerja ladang di Australia. Bermula sebulan ke depan (Ogos/Sept 2015) musim pekerja-pekerja ladang buat duit. Kunjungilah beramai-ramai demi agama dan jihad..

Untuk keterangan lanjut mengenai kerja-kerja di Australia sila hubungi 
Tel di Malaysia, sila pakai no 014 2225865. (Ibnu Hasyim akan menjawab, buat masa ini.) e-mil Ibnu Hasyim: ibnuhasyim@gmail.com


Bersambung, Insya Allah.

  
Ibnu Hasyim
Alamat: ibnuhasyim@gmail.com       
24 Julai 2015 KL 

Video:

No comments:

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails