PARIS 7 Jan 11: IA minta  dipanggil  Jennifer saja. Belum setahun perempuan asal La Courneuve,  sebuah kawasan di utara Paris berusia 28 tahun ini masuk Islam.  tepatnya, ia bersyahadat pada April tahun lalu.Beberapa tahun  yang lalu, katanya, dia tidak akan pernah membayangkan mengambil  keputusan semacam ini. Jennifer, yang memilih untuk tetap menggunakan  nama itu kendati telah menjadi Muslim, dibesarkan dalam keluarga Kristen  KTP. Meskipun tidak pernah dibaptis, dia bilang dia selalu "percaya  pada Tuhan" dan "percaya pada kekuatan doa."
Bukan asal bicara  kalau soal ini. Pada pernikahan pertama, ia mengalami penganiayaan fisik  oleh suaminya. "Doa-doa membantu saya untuk menjadi nyaman. Tidak  terlalu banyak, lima menit sebelum tidur meminta Yesus Kristus untuk  membantu. Tapi itu membantu untuk memberitahu diri sendiri bahwa ada  pihak lain -- yaitu Tuhan -- yang bisa membantu," jelasnya.
Pun  ketika akhirnya ia memutuskan bercerai, hidupnya tak kunjung tenang.  Masalah tempat tinggal, seorang anak yang harus dihidupinya, dan kontrak  kerja yang sementara selalu membayangi, di samping mantan suami yang  terus merongrong.    "Saya berpikir, tidak bisa melanjutkan hidup saya,"  katanya.
Kemudian, suatu malam di klub malam, ia bertemu dengan  pria imigran asal Senegal. "Saya tidak pernah berpikir saya akan menikah  seorang Muslim. Mereka adalah jenis pria yang gemar memukuli istrinya.  Tapi belakangan saya sadar, prasangka saya itu jahat sekali."
Malam  itu, pria Senegal itu tampak aneh di matanya. Ia tak minum, dan datang  ke klab malam hanya untuk main poker. Mereka pun berteman sejak saat  itu.
Dalam kesehariannya, pria itu tampak normal, katanya.  "Hanya satu yang membedakan dengan yang lain, dia tak minum dan tak  makan daging babi," katanya.
Meski sesekali berbicara tentang  agama, dia tak pernah meminta Jennifer pindah agama. Namun satu  candaannya, sangat membekas di hati Jennifer. "Suatu saat dia melihat  saya berdoa, dan setelah saya selesai, dia bercanda, 'aku harap tadi kau  tak sedang berdoa pada Yesus'."
Entah mengapa, ia tergelitik  untuk mencari tahu tentang Islam melalui internet. Jennifer menemukan  bahwa Muslim percaya kepada Yesus, tapi sebagai nabi. "Sementara dalam  Alkitab, saya menemukan perbedaan antara Yesus dan Allah tampak ambigu.  Islam seperti agama yang paling masuk akal pada tataran moral dan  praktis," tambahnya.
Ia makin rajin mempelajari Islam. Hingga  akhirnya pada bulan April, ia memiliki keberanian untuk bersyahadat,  menafikan apa kata keluarga dan teman-temannya kemudian.
"Saya  menjadi Muslim secara online, melalui sebuah website," ujarnya. Merasa  tak puas dengan cara itu, "Akhirnya saya mendatangi masjid, dan di sana  saya kembali bersyahadat."
Apa yang dirasakannya setelah menjadi Muslim? "Saya merasa  sendirian," ujarnya tergelak. Maklum saja, ia belajar Islam dari  internet dan buku-buku. Namun, kini ia memiliki banyak teman baru di  Union des Organisations Islamiques de France (Union of Islamic  Organisations of France).
Kini, Jennifer mengaku tengah belajar  membaca Alquran. Sesekali, dia tampil berjilbab. ia lebih sering  mengenakan pashmina untuk menutupi dada dan rambutnya. "Saya  melihat  gadis-gadis dengan jilbab mereka dan saya pikir mereka tampak seperti  putri. Benar-benar indah," katanya. (Republika Online)
No comments:
Post a Comment