Thursday, March 24, 2016

Aceh Perlukan NGO Kebajikan Di Perantauan.

Dari kiri Tgk Azmi alias Rahman Kebal, Tgk Osman Kasim, Ibnu Hasyim dan Tgk Mansor Din.
CATATAN SANTAI IBNU HASYIM 

MALAM itu saya dipertemukan oleh Tgk Mansur Din Presiden Persatuan Kebajikan Bangsa Aceh Malaysia (PKBAM) dengan bekas pemimpin perjuangan kemerdekaan Aceh semasa 'zaman perang' lawan kerajaan Indonesia dulu. Iaitu sebelum tragedi tsunami, dan perjanjian damai Helsenki Aceh/Indonesia.

Beliau kini tinggal di Australia, bercuti pulang ke negara asal Aceh Tanah Rencong, dan kini berada di Malaysia bertemu kawan-kawan lama. 

"Saya pergi ke Australia dulu di zaman perang lawan Indonesia, sebelum berlaku tsunami dan perjanjian Helsinki lagi. Saya dapat perlindungan dari kerajaan Australia yang memberi ruang saya tinggal di sana." jelas Tgk Osman Kasim, semasa bertemu di Restoran Pelita, Ampang Point, Selangor, hari itu.

Kini beliau tinggal di Sydney, bermastautin di sana. 

Tgk Mansur Din memulakan perbualan...

"Dari dulu orang kenal Aceh sebagai bangsa Islam, yakni bangsa Aceh dan Islam tidak dapat dipisahkan. Oleh itu di mana saja kita berada, kita tetap akan teruskan perjuangan Islam kita. Kerana itulah maka saya pertemukan bekas pejuang-pejuang bangsa Aceh malam ini.

"Sebelum itu, saya pernah pertemukan bekas seorang pejuang Aceh dulu Tgk Abdul Kadir, yang kini tinggal di Norway kepada Tgk Ibnu Hasyim. Beliau tinggal bersama 50 keluarganya di sana. Dia antara yang mencadangkan supaya tubuh sebuah NGO kebajikan Aceh di perantauan.. Maka kerana itu lahirlah PKBAM di Malaysia, yang sedang kita pimpin sekarang ini.
Dari kiri Tuan Junuh (Bendahari PKBAM), Tgk abdul Kadir (Norway), Ibnu Hasyim dan Tgk Mansur Din (Presiden PKBAM)

"Ya, bukan senang nak dapat peluang bertemu begini, kita nak tahu juga pengalaman cerita dari Australia?" Kata Rahman Kebal yang nama asalnya Tgk Azmi.

"Tak banyak cerita dari Australia. Yang saya nak tahu ialah apa peranan PKBAM (Persatuan Kebangsaan Bangsa Aceh Malaysia) yang Tgk gerakkan sekarang?" Dia tanya Tgk Mansur pula.

"Kami tubuh PKBAM ini ialah untuk buat kebajikan kepada sesama kita orang keturunan Aceh di Malaysia. Masih ramai janda-janda yang terbiar, pemuda yang nganggor, tiada pendapatan yang mantab.. Dan kami ingin menjadikan persatuan ini sebagai tapak perbincangan ke arah peduli Aceh.

"Baru beberapa tahun kami tubuh. Kami ingin melebarkan dan memperkenalkan komunuti masyarakat Aceh di luar negara, termasuk Malaysia. Contoh seperti masyarakat bangsa yang ada di Paraguay Amerika  Selatan, Swizerland, Norway, Arab Saudi, AS, Canada, dan lain-lain." Jelas Tgk Mansur lagi.


Bangsa Aceh Di Paraguay Amerika Selatan.

Bagaimana Bangsa Acheh di Paraguay? Andai saja Gubernur Pemerintahan Aceh masa itu, Irwandi Yusuf tidak melawat ke negeri itu, maka tidak diketahui kalau di Paraguay ada suku Aceh yang berdomisili di negara itu. 

Boleh dibilang, Isnin 19 Julai 2011 hari bersejarah. Pada hari itu, Gubernur Irwandi Yusuf bertemu dengan pimpinan suku Aceh Paraguay di Kantor Kementerian Luar Negeri Paraguay.

Rupanya, pertemuan itu diakui Dr. Augusto Fagel Pedrozo, ahli antropologi budaya yang juga Presiden Del Indi, telah lama diimpikannya saat bersama rakan lainnya melakukan penelitian mendalam tentang keberadaan suku Aceh di Paraguay.

"Selama ini kami telah berupaya untuk mempertemukan suku Aceh di Paraguay dengan Pemerintah Nanggroe Aceh Darussalam," ungkap Augusto Fagel.

Untuk mewujudkan pertemuan dibuat skenario. Langkah awal yang ditempuh menyampaikan niat itu kepada pihak Kementerian Luar Negeri Paraguay. Kemudian rencana itu disampaikan kepada Kepala Perwakilan Pemerintahan RI di Argentina. Momen Pagelaran Seni Budaya Aceh di Asuncion, semakin mendekatkan impian Dr Augusto Figer cs. 

"Kami menilai langkah untuk mempertemukan dua kelompok bersaudara sangat tepat seperti yang terjadi hari ini," kata Dr. Augusto dalam bahasa Spanyol yang didampingi Wakil Menlu Paraguay Bidang Politik Bilateral, Ceferino Valdez Peralta dan Direktur Asia dan Afrika, Gustavo Lopez Bello.

Sementara itu Gubernur NAD ketika itu, Irwandi Yusuf dalam acara pertemuan itu mengatakan, "dengan senang hati kami telah bertemu dengan pimpinan suku Aceh di Paraguay menyambut antusiasme tinggi bertemu saudaranya di negeri jauh. "

Tapi, Irwandi tadinya tidak mengetahui tentang keberadaan suku Aceh di Paraguay. "Kami baru diberi tahu oleh pihak KBRI Argentina menjelang keberangkatan ke sini, ada suku Aceh di Paraguay," kata Irwandi Yusuf.

Gubernur di sela pertemuan tak lupa mengundang para pimpinan suku Aceh di Paraguay untuk datang ke Nanggroe Aceh Darussalam meninjau negeri asal, yang telah diting galkan dalam waktu yang sudah cukup lama.

Irwandi Yusuf berharap kepada tim peneliti yang telah melakukan pengkajian tentang keberadaan suku Aceh di Paraguay untuk meneliti lebih jauh lagi tentang kesamaan-kesamaan budaya antara suku Aceh di sini dengan masyarakat Aceh di Sumatera.

"Pertemuan hari ini kami tidak merasa asing. Seolah-olah berada di kampung sendiri. Saya perhatikan sosok tubuh suku Aceh di sini banyak kesamaan dengan masyarakat Nanggroe Aceh Darussalam," sebut Gubernur Aceh ini.

Misalnya, dari segi dialeg bahasa, wanita suka memakai cincin dan aksesoris lainnya. Kalau boleh saya mengatakan pertemuan hari ini adalah pertemuan antara adik dan kakak yang sudah lama terpisah dari kampung halaman, katanya.

Gubernur NAD dalam pertemuan itu didampingi Kadis Kebudayaan Provinsi NAD, Drs. Adnan Majid, Dirjen Deplu RI Amerika dan Eropah Eddy Hariadhi serta Kepala Perwakilan RI untuk Argentina dan Paraguay, Sunten Z.Manurung.

Juru bicara suku Aceh, Paraguay Maria Luisa Duarte, mengakui suku Aceh di Paraguay berasal dari Aceh, Sumatera. Soal kapan persisnya dan kenapa menetap di Paraguay, kata Maria akan dilakukan penelitian lebih jauh lagi. "Pertemuan hari ini dengan pihak Pemerintah Nanggroe Aceh akan lebih terjalin hubungan yang lebih mendalam lagi," pintanya.

Setelah ini diharapkan ada tindaklanjut untuk lebih mempererat hubungan kedua komponen masyarakat Aceh ini. Maria menambahkan, "informasi tsunami yang melanda Nanggroe Aceh Darussalam 2004 lalu selalu menjadi ingatan kami walaupun kami belum melihat langsung bagaimana dahsyatnya musibah yang terjadi kepada saudara-saudara kami di Aceh, Sumatera."

Sekretaris Tim Promosi Seni Budaya Aceh, Aidi Kamal melalui e-mailnya kepada Waspada dari Asuncion, Paraguay melaporkan, pimpinan suku Aceh di Paraguay yang hadir dalam pertemuan itu antara lain, Maria Luisa Duarte dan Alba Portillo Maximo dari Propinsi Central, Margarita Mbywangi, Antonio Pepagi dan Roberto Achepurangi dari Provinsi Canindeyu dan Ramona Takuarangi dari Provinsi Caazapa.

Aidi Kamal yang juga Staf Biro Keistimewaan Aceh Setda NAD menambahkan, suku Aceh di Paraguay sekarang berjumlah 1.300 orang yang tersebar di tiga provinsi di Paraguay, yaitu Provinsi Central, Provinsi Canindeyu dan Provinsi Caazapa. "Mereka sebagian besar berprofesi sebagai pedagang dan petani," kata Aidi Kamal.

Di akhir pertemuan, Gubernur NAD menyerahkan cenderamata berupa rencong kepada pimpinan suku Aceh di Paraguay yang diterima Maria Luisa Duarte. Sedangkan pimpinan suku Aceh menyerahkan cenderamata pada Gubernur NAD hasil kerajinan mereka berupa ikan yang terukir dari kayu.

Bersambung, insya Allah. 
Ibnu Hasyim
 e-mil: ibnuhasyim@gmail.com
Tel: 014 2225865
23 Mac 2016 KL. 

Lihat sebelum ini..
E-Buku IH-61: P.Kebajikan B/Aceh M'sia
E-Buku IH-61: P.Kebajikan B/Aceh M'sia

No comments:

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails