Wednesday, October 21, 2015

Sejarah Merebaknya Gereja Ilegal Di Aceh Singkil.

Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Singkil, KH. Rasyiduddin SH, mengatakan undung-undung adalah sebuah bangunan rumah ibadah yang bentuk dan fungsinya menyerupai seperti bangunan surau atau musholla.

Awalnya, Rasyid menceritakan, pasca konflik di tahun 1979 -tepatnya 11 Julai 1979, telah dibuat perjanjian bersama di Lipat Kajang, melalui sebuah surat perjanjian yang ditandatangani secara bersama oleh 8 ulama perwakilan umat Islam dan 8 pengurus gereja wakil umat Kristian.

"Pertemuan itu disepakati untuk tidak melaksanan pendirian mahupun rehab gereja sebelum mendapat izin dari Pemerintah Daerah Tingkat II."

Perjanjian itu, katanya, adalah dibolehkannya pembangunan 1 unit gereja di Kampung Kuala Kerangan Kecamatan Simpang Kanan saiz 12 x 24 meter dan tidak bertingkat.

"Beberapa tahun kemudian, 11 Oktober 2001, sebagai wujud nyata atas toleransi umat Islam Aceh Singkil kepada umat Kristian, diberikan izin 4 buah undung-undung, yakni: 

  • 1 unit undung-undung di Kampong Keras Kecamatan Suro, 
  • 1 unit undung-undung di Kampong Napagaluh Kecamatan Danau Paris, 
  • 1 unit undung-undung di Kampong Suka Makmur Kecamatan Gunung Meriah, dan 
  • 1 unit undung-undung di Kampong Lae Gecih Kecamatan Simpang Kanan. "

Apabila terdapat gereja atau undung-undung selain itu, maka perlu dibongkar oleh umat Kristian itu sendiri. Dalam hal ini, umat Kristian perlu menepati janji dan mentaati undang-undang, peraturan dan perjanjian yang telah disepakati. Kenyataannya, bukannya dibongkar, tapi bertambah memperbanyak bangunan gereja baru dan direhab.

"Namun, faktanya, hari ini jumlah gereja dan undung-undung di Kabupaten Aceh Singkil bertambah banyak. Forum Umat Islam Aceh Singkil mencatat, terdapat 27 unit bangunan rumah ibadah tanpa izin dan melanggar SKB 2 Menteri No 8/9 dan Pergub Aceh No 25 Tahun 2007. "

Setelah disepakati bersama, umat Islam di Aceh Singkil tak lagi remeh-temeh ataupun mengusik bangunan rumah ibadah tersebut, baik gereja maupun undung-undung (1 gereja dan 4 undung-undung).

"Asal jangan gereja, umat Islam masih membolehkan bangunan yang lain. Ketika itu muncul lah istilah undung-undung dari mulut seorang pendeta, dalam hal ini dari pihak Kristian. Tapi rupanya, itu akal-akalan mereka untuk menipu umat Islam. Bangunan yang mulanya kecil lalu direhab menjadi besar, "ungkap Rasyiduddin, Ketua MPU Aceh Singkil.

Selama ini yang menjadi dasar hukum pendirian rumah ibadah di Kabupaten Aceh Singkil adalah merujuk pada peratutan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri (SKB 2 Menteri Nombor 8/9 Tahun 2006, dan Peraturan Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam No. 25 Tahun 2007 tentang Pedoman Pendirian Rumah ibadah Nanggroe Aceh Darussalam.

Istilah Undung-undung

Apa itu undung-undung? Kepala Kantor Kementerian Agama Aceh Singkil, Salihin Mizal, mengaku belum sepenuhnya memahami apa yang menjadi kriteria undung-undung yang berfungsi sebagai rumah ibadah. Memandangkan belum ada kriteria yang jelas dari Kerajaan Pusat. Dan pengetahuan beliau, istilah undung-undung hanya ada di Aceh Singkil, dan tidak dikenali di luar Aceh.

"Pernah kami tanya dengan orang tua di sini apa itu undung-undung, lalu dijawab, undung-undung adalah sebuah pondok kecil di tengah sawah untuk menjaga padi di sawah agar tidak dimakan burung. Sampai hari ini istilah undung-undung tidak jelas. Kalau gereja kan jelas kriterianya, tapi kalau undung-undung masih belum jelas, "ujar Salihin Mizal di ruang kerjanya.

Salihin berharap, Kerajaan Pusat sebagai pengambil kebijakan perlu merumuskan kembali apa itu undung-undung. Dalam peraturan yang ada, selama ini yang dikenali adalah gereja, bukan undung-undung.

Bukan tidak mungkin, istilah undung-undung digunakan sebagai cara untuk mengakali agar rumah ibadah non-muslim itu terus berkembang hingga menjadi bangunan kekal seperti gereja. Sehingga menjadi sukar membezakan mana undung-undung dan mana gereja.

"Oleh kerana itu, perlu dibuat standard yang jelas dari Pemerintah di tingkat pusat mahupun daerah dengan istilah undung-undung tersebut. Kalau tidak dibincangkan tidak akan selesai-selesai, "kata Salihin. (IH/Hidayatullah.Com)

Lihat sebelum ini..

Juga..
E-Buku IH-61: P.Kebajikan B/Aceh M'sia
E-Buku IH-61: P.Kebajikan B/Aceh M'sia

No comments:

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails