Friday, February 25, 2011

Mata Pedang Penguasa, Sindir Penyanyi Ebiet G Ade

Ebiet G Ade
HALAMAN HIBURAN
Hasil carian imej untuk ebiet
Ebiet G Ade

DENPASAR 25 Feb 11: Kali ini, beliau melantunkan lagu-lagu lamanya yang berujung pada arahan mata pedang penguasa zalim masa kini. Tidak dapat dipastikan samada ditujukan kepada pemerintah zalim Libya atau kerajaan Indonesia sendiri hari ini.

"Lagu ini agak serius. Kita selalu merindukan pemimpin yang amanah, yang bisa mengarahkan mata pedangnya sebaik-baiknya untuk kepentingan masyarakat," kata lelaki pemakai kacamata minus ini di atas panggung. Walaupun usia beliau bertambah dan selera generasi seperti baju berganti di badan pemakainya, Ebiet G Ade tetap mendapat tempat di hati para penggemarnya.

Ebiet hadir di Denpasar, Khamis semalam, di depan para tentara yang memperingati Hari Ulang Tahun Emas Komando Resort Militer 163/Wira Satya. "Sketsa Rembulan Emas", yang digubah bekas pengamen atau pengutip derma melalui nyanyian jalanan Malioboro, Yogyakarta pada awal dasawarsa '90-an cukup pas untuk dibawakan pada acara itu.

Hadirinnya juga sejumlah pucuk pimpinan di Bali, di antaranya Gubernur Bali, Made Mangku Pastika, dan Panglima Komando Daerah Militer IX/Udayana, Mayor Jenderal TNI Rachmat Budiyanto. Selebihnya adalah para perwira menengah di lingkungan Komando Daerah Militer IX/Udayana yang tekun menyimak kata demi kata syair lagu Ebiet itu.

Sejak awal, Ebiet memang telah diberi talenta khusus untuk membuat syair lagu puitis dan selalu pas dengan keadaan dari waktu ke waktu. Sepuluh lagu dia bawakan, kebanyakan tentang cinta. Tentang cinta ini, Ebiet pasti dikaitkan dengan sosok 'Camelia' yang dijadikan nama keempat albumnya,.


Camelia adalah lagu terkenalnya, kini sentiasa meniti bibir anak-anak muda Malaysia yang dinyanyikan semula oleh penyanyi Ramli Sarip. Terdapat 3 siri lagu 'Camelia'. Menurut beliau, "Perempuan itu tidak pernah ada, hanya ada dalam kenangan dan rekaanku saja, he he he," ujarnya.

Rupanya, Bali menjadi tempat yang sangat khusus bagi pria kelahiran Wonodadi, Jawa Tengah, pada 21 April 1954 itu. Bermodal tekad dan kepandaian merangkai kata untuk dijadikan puisi, kawasan Pantai Kuta menjadi tempat dia mencari inspirasi dan sedikit hidup.


"Waktu itu 1975. Untuk bisa melihat pantai saja. Susahnya minta ampun. Banyak semak dan pohon kelapanya. Sekarang cari pohon kelapa yang sulit sekali," katanya.

Hasil perenungan itu, lahirlah lagu, "Gemuruh Ombak Di Pantai Kuta"... Sejuk lembut angin di Bukit Kintamani. Langit-langit kamar jadi penuh gambar, tak sanggup mengusir kau yang manis... Katanya meluncur begitu saja dari seluruh hadirin yang mengenal lagu itu. Walau cuma gitar, namun dentingan senar-senarnya menjadi latar belakang lagu yang bisa menimbulkan kenangan hadirin. (IH)



Lihat lagi..

No comments:

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails