Monday, January 06, 2014

Brazil & Kisah Seks Piala Dunia 2014, Siap sedia..


Para pekerja seks di bawah umur tinggal di Kampung Kumuh di belakang stadiun. (www.femalereport.wordpress.com)

SUKAN
Arena Corinthians, Sao Paulo, Brazil.  Debu-debu meruap ke udara di stadium yang baru setengah siap. Suara bising mesin tiang pancang, campur deru alat pengaduk semen bergaung dari bangunan senilai US$360 juta itu. Stadium itu sedang dikebut pembangunannya jelang Piala Dunia 2014, yang akan dipamer Jun nanti.

Bisnes Pelacuran

Usaha pembangunan itu sudah dimulai dua tahun silam, dan ratusan buruh bujang pun tiba di sana. Mereka adalah pekerja konstrak. Tentu, dengan datangnya banyak pekerja bangunan itu, muncul pula bisnis lain: pelacuran. Cerita soal pelacuran ini, di sela gemerincing uang yang mengalir, juga menyisakan banyak kontras kehidupan.

Para pekerja seks di bawah umur tinggal di kampung kumuh di belakang stadion megah itu. Bilik-bilik kayu kusam berjejer di sana. Letaknya tak beraturan, dan melambung di atas selokan besar. Bau bacin kadang menyengat. Atap dan dinding saling berhimpitan. Mirip kandang unggas. Tapi ini adalah sebuah kampung kecil. Sebahagian para pekerja seks, dan buruh bangunan berdiam di sana.


Hanya perlu US$5.000 hingga US$10,000 untuk membeli seorang perempuan muda dari orang tuanya, dan menjadikannya sebagai pekerja seks. (www.cnn.com) 

Seorang gadis 14 tahun, namanya Poliana, sudah tiga bulan menjajakan dirinya di tepi pembatas stadium itu.  Cukup laris. Pelanggannya buruh bujang, yang cari hiburan seks pada saat jam makan tengahari. Di bilik sempit itu, ranjang Poliana masih tampak penuh mainan kanak-kanak.

Memang, saat jam makan tengahari adalah juga waktu para pekerja memburu para kanak-kanak perempuan seperti Poliana. Tarifnya sekitar RM13 sekali pakai. Para gadis belia itu juga menjual tubuhnya di sekitar motel, atau kamar-kamar di sepanjang pembatas stadium. Mereka dibawa oleh geng penyuplai pelacur. Kelompok yang akrab dengan dunia kriminal itu kerap menjelajahi ke kampung-kampung miskin di Brazil. Mereka memikat para gadis muda. Bahkan tak segan membelinya dari para ayah ibu mereka.


 Asosiasi Prostitusi Minas Gerais (Aprosmig) menawarkan anggotanya untuk ikut les bahasa Inggris percuma, agar lancar berbicara dengan pelanggan asing. (www.bbc.co.uk)

Fakta itu diungkapkan oleh aktivis anti pelacuran anak, Matt Roper, kepada Sunday Mirror lalu dikutip oleh News.com.au, saat Roper melakukan investigasi di Sao Paulo, beberapa bulan lalu.

Para penyelundup pelacur, dan mafia Rusia, membawa para gadis belia yang mereka angkut dari sekujur Brazil, dan bahkan Afrika, sebagai hamba seks. Kata Roper, pelacuran anak itu terjadi di depan hidung pihak polis. Para mafia itu membawa bas penuh sesak kanak-kanak perempuan ke kota berpenduduk 11.3 juta jiwa, atau setara padatnya kota Jakarta, Indonesia

Ihwal pelacuran di Brazil kini kerap menjadi sorotan. Apalagi bisnis esek-esek di negeri Samba itu mendadak booming menjelang Piala Dunia 2014. Tak hanya di tepi stadium, bisnis pelacuran sesungguhnya telah hadir di sejumlah kota penting lain di Brazil.

Misalnya, di Fortaleza, ibukota negara bahagian Ceara, kawasan timur laut Brazil. Di depan sebuah sekolah di kota itu, seorang perempuan belasan tahun tampak bersandar di pagar besi. Dia mengaku bernama Jessica. Celananya pendek, dan ketat, menonjolkan seluruh lekuk tubuh gadis yang baru bertumbuh itu. Dia memakai tank top berwarna merah jambu.

Dengan bibir merah dipulas gincu, Jessica melihat satu per satu mobil melintas di depannya. Hari sudah malam. Jessica bersandar di tepi jalan Juscelino Kubitschek, beberapa kilometer dari Stadion Castelao, salah satu venue Piala Dunia 2014. Sejenak kemudian, sebuah mobil merapat, dan berhenti di depannya. Begitu pintu mobil terbuka, gadis remaja 16 tahun itu pun meloncat ke dalamnya.

Jessica, seperti juga Poliana, adalah sebuah potret, katakanlah wakil dari ratusan ribu pekerja seks di bawah umur di Brazil. Berdasarkan data UNICEF, di negera itu, ada sekitar 250 ribu pekerja seks di bawah umur. Jumlah itu diramalkan akan bertambah saat Piala Dunia 2014 berlangsung.

Fortaleza adalah salah satu kota pesisir Brazil yang eksotis. Di kota inilah komposer terkenal asal Brazil Alberto Nepomuceno, dan bomber Mario Jardel lahir. Namun, Fortaleza bukanlah satu-satunya kota di Brasil yang terkenal dengan menu prostitusi bagi para turis.

Kota-kota lain, seperti Belo Horizonte, Sao Paulo dan Rio de Janeiro, tak kurang meletupnya dalam soal bisnis gairah purba ini. Lagi pula, pelacuran adalah suatu yang legal di Brazil. Tak hairan, sebahagian warga di sana menawarkan tubuhnya untuk mencari nafkah. Mereka mendulang rezeki dari aneka projek pelancongan seks.

Bisnis itu bakal mengggila menjelang Piala Dunia 2014. Menurut badan pelancongan Brazil, Embratur, ada sekitar 600 ribu pelancong asing yang akan bertandang ke Brazil selama perhelatan itu. Mereka akan menghamburkan wangnya hingga US$11 milian. Bayangkan jika seperempat dari angka itu masuk ke bisnis prostitusi (lihat Infografik: Geliat Bisnis 'Esek-esek; di Brasil).

Piala Dunia 2014 memang menjanjikan laba sangat signifikan bagi ekonomi Brazil. Berdasarkan laporan Ernst and Young, turnamen sepakbola terbesar di dunia itu menyumbang menyumbang US$47,82 miliar, bagi perekonomian Brasil.

“Enjoy Now, Pay Later”

Brasil dan Seks Piala Dunia 2014Bisnis prostitusi kian ramai di tengah menggilanya pelacuran anak.

Itu sebabnya, industri prostitusi menjadi salah satu daya tarik penting di luar perhelatan Piala Dunia 2014. Para pekerja seks di sana bahkan sudah menata diri. Asosiasi Prostitusi Minas Gerais (Aprosmig) di Belo Horizonte,  misalnya, menawarkan kepada sekitar 4,000 anggotanya untuk ikut les bahasa Inggris secara percuma. Presiden Aprosmig, Cida Vieira, berharap les bahasa itu membuat anggotanya boleh lancar berbicara dengan para pelanggan asing. Jadi, tak perlu lagi pakai bahasa tarzan untuk kod urusan ranjang.

“Mereka harus belajar bagaimana bertransaksi, dan juga memakai diksi khusus dengan kata-kata sensual,” ujar Vieira seperti dikutip Huffington Post.

Dari sekitar 1 juta pekerja seks di Brazil, 80 ribu di antaranya berada di Belo Horizonte. Bisnis pelacuran di kota terbesar keenam di Brazil itu pun dipastikan akan menyala selama Piala Dunia. Total ada enam pertandingan dihelat di Belo Horizonte, tepatnya di Stadion Governador Magalhaes Pinto. Pada 24 Jun 2014,  Inggeris akan bertanding melawan Kosta Rika di sana.

Persiapan menyambut para pencicip seks bahkan sudah dilakukan jauh hari. Untuk soal transaksi, misalnya, dibuat lebih mudah.  Para pelanggan betul-betul dimanja. Mereka bahkan tak perlu membayar dengan wang tunai. Aprosmig bekerjasama dengan bank pemerintah Brazil, Caixa, menyediakan chip dan mesin PIN. Jadi, para pelanggan boleh membayar lewat cara debit atau kartu kredit.

Kod transaksi itu juga dibuat serahasia mungkin. Jadi pelanggan tak perlu risau ketahuan. Misalnya, bank tak akan mencantumkan aktivitas esek-esek klien dalam tagihan. Program ini disebut Aprosmig sebagai “Enjoy Now, Pay Later” atau “Nikmati Sekarang, Bayar Kemudian”. “Dengan kerjasama ini klien dapat bersama para wanita lebih lama tanpa gangguan,” ucap Vieira.

Tarif murah

Tarif prostitusi di Brazil juga cukup murah. Seperti dikutip dari Reuters, tarif tidur dengan seorang wanita pekerja seks di sebuah klab malam ternama di Brazil adalah sekitar US$90. Angka itu akan jauh lebih murah jika pelancong asing pergi ke kawasan kumuh di Brazil, atau biasa disebut Favela.

Simak cerita Thais, pekerja seks di bawah umur asal Favela da Paz. Seperti halnya Poliana di Sao Paulo, Thais juga cukup laris. Dia boleh menerima 15 pelanggan dalam sehari. Sebagian besar adalah pekerja kontrek. Pelanggan Thais saat Piala Dunia 2014 juga bakal meningkat. Soalnya Arena Corinthians akan mengumumkan tiga pertandingan melibatkan tiga negara Eropah: Inggeris, Belanda, dan Belgium.

Tentu, Thais juga ingin mengeduk laba dari pertandingan besar itu. Anak baru besar itu, usianya 16 tahun, mengatakan akan menaikkan tarif selama acara Piala Dunia. Untuk pelancong asing, Thais akan memasang tarif £13. Tarif ini naik hampir lima kali lipat dari biasa.

Meski begitu, pesatnya industri prostitusi di bawah umur di Brazil tetap menjadi sorotan, apalagi ada 3.2 milian mata penonton dari seluruh dunia menengok Brazil lewat televisyen. Pemerintah Brazil juga menuai kritik. Mereka dianggap tak serius menangani masalah itu. Dari soal dana kempen anti pelacuran kaanak-kanak, misalnya, Brazil hanya mengalokasikan belanja US$8 juta milion untuk setiap kota menyelenggara Piala Dunia 2014.

Jumlah itu tentu tak sebanding dengan dana pemerintah untuk membangun stadium baru, yang mencapai US$13,8 milian.. Atau dana promosi perhelatan itu, yang dicanangkan sebesar US$10 juta. Padahal, untuk “menciptakan” pekerja seks di bawah umur di Brazil cukup mudah.

Seorang germo di Sao Paulo, Thiago, kepada majalah Time mengatakan hanya diperlukan US$5.000 hingga US$10,000 untuk membeli seorang perempuan muda dari orang tuanya, dan menjadikannya sebagai pekerja seks. Seperti halnya kehidupan pekerja seks di bawah umur, di Brasil mereka juga penuh kisah muram. Mimpi dapat  hidup nyaman, dan berharap bertemu jodoh kaya, kerap berujung kepada nestapa.

Amanda contohnya. Kanak-kanak 13 tahun itu sudah dua kali melakukan aborsi. Amanda menjual tubuhnya hanya untuk mendapatkan satu bungkus rokok. Thiago mengatakan pekerja seks di bawah umur termuda di Brazil ada yang masih 11 tahun. Tapi bisnis esek-esek itu terus bergemuruh. Di sudut industri kreatif yang lain, misalnya perusahaan filem.

Seakan memperkuat daya tarik pelancong seks di Piala Dunia 2014, filem biru pun mendapat peluang. Adalah Brazileirinhas, perusahaan filem porno Brasil, yang tak mahu ketinggalan momen besar itu. Memang, sejak 1996 perusahaan itu getol memproduksi filem porno bertemakan Piala Dunia. Brazileirinhas kini hendak mengulangi sukses Copa Do Sexo, filem yang mereka hasilkan pada saat Piala Dunia 2010 lalu.

Empat tahun lalu, filem itu dibintangi para aktris porno ternama Brazil, seperti Vanessinha, Luana dan Camila. Filem itu laris manis dan menjadi blockbuster. UOL.com.br melansir Brazileirinhas meraup jutaan dollar dari penjualan Copa De Sexo. Itu sebabnya perusahaan itu bersiap dengan sekuel lanjutan. Syuting jilid kedua filem itu sudah berjalan sejak 18 Desember 2013 lalu.

Begitulah. Piala Dunia 2014 di Brazil menyodorkan banyak kisah lain. Bahawa turnamen bola sepakterbesar dunia itu bukan sekadar urusan 22 orang berebut si kulit bundar di lapangan hijau. Tapi ia memberi peluang banyak pihak meraup untung, baik secara gelap mahupun terang.

Itulah suatu kesan negatif terbesar sukan kepada peradaban manusia yang murni.  Bila, Islam dapat masuk atau menyerap masuk dan merobahnya?  Wallahu 'aklam. (IH)

IKLAN
Stevia Ganti Gula Dalam Makanan Dan Minuman, Untuk Diabetes.


100% SteviA, tanpa kelori, tanpa bahan kimia, tiada pewarna, tiada pengawet.  
Stevia Ganti Gula Dalam Makanan Dan Minuman, Untuk Diabetes. 
HMH STEVIA HERBA. 
Wakil Penjual:
 
Selangor
Salina-01112804271 (Kajang)
Badli-0175464055 (Ampang),
Man -01 111281452 (Selayang),

W/Persekutuan
Norzaidah - 0123702437 (Putrajaya)
Bakhtiar- 0183968580 (Lembah Pantai) Mail - 0178807326 (KL Jln P.Ramlee)
Kedah, 
Norriehan 0175278832 (Alor Star),
Pahang 
Roslan 0132132967 (Temerloh)

No comments:

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails