Wednesday, March 10, 2010

Teroris Aceh siri 2: 7 Perkara, Jaga-jaga..

Oleh: Harits Abu Ulya; Ketua Lajnah Siyasah DPP-HTI

Rabu, 10/03/2010 08:10 WIB: Sambungan dari Teroris Aceh siri 1: Benarkah Adanya?

KEKECEWAAN sangat mungkin terjadi, dan diwilayah-wilayah tertentu komponen yang bersebrangan mengakomodir aktifitas (latihan dan semisalnya) orang-orang yang sevisi dan seideologi. Karena suatu hal yang aneh jika ada sekelompok orang berlatih perang tanpa terhendus oleh warga, dan di aceh itu bisa terjadi karena jaminan atau sepengetahuan “penguasa” wilayah tersebut.

Seperti halnya pernyataan salah seorang anggota DPRK Lhokseumawe dari Partai Aceh, Sudarwis sejauh ini, pihak KPA punya jaringan mulai dari tingkat pemerintahan hingga pedesaan. Jadi menurutnya tidak mungkin ada aksi lain yang tidak terpantau oleh mereka. (RakyatAceh.com,2/3).

Menjadi lebih aneh,kalau aktifitas kelompok bersenjata dan di tuduh kelompok teroris ini sudah berlangsung sejak beberapa tahun lalu seperti pernyataan Irwandi (Gubernur, Aceh 9/3). Pertanyaannya, kenapa baru saat ini diungkap dan dilakukan penyergapan? Bukankah langkah penangangan terorisme juga menempuh strategi preventif? Hingga tidak perlu menunggu kelompok ini tumbuh dan berkembang besar.

Dan masih banyak fakta yang ditutupi dengan isu terorisme, dari sebuah fenomena “friksi lokal” terkait sebuah visi politik perjuangan untuk masa depan Aceh. Dan friksi ini dikawatirkan mengancam kelangsungan perjanjian Helsinski, dan karena pertimbangan politik harus dibelokkan kepada isu teroris, dan harus diseterilkan keterkaitan dengan kelompok masa lalu.

Langkah dan dukungan politik kelompok lokal Aceh telah banyak memberi keuntungan kepada penguasa saat ini. Lebih jauh lagi, kita menghendus upaya-upaya mendiskriditkan dan mewaspadai dayah-dayah (pesantren di Aceh) karena di duga melindungi atau menjadi tempat persembunyian “teroris”, karena kelompok yang berseberangan dengan faksi GAM yang berkuasa saat ini memang banyak basis dukunganya adalah dari kalangan dayah.

Di tambah orang-orang dayah memiliki pemahaman yang utuh dan benar tentang Islam dan syariatnya, tentu akan memiliki prespektif yang bersebarangan terhadap kekuasaan di Aceh saat ini yang dianggap tidak respech kepada upaya penerapan syariah Islam.

Tentu memungkinkan pada titik ini, isu teroris akan menemukan relevansinya dengan Islam dan kelompok-kelompok yang mengusung sayariat Islam. Suatu yang mungkin juga, ketika aksi kelompok Jalin meng-eskalasi lebih luas teritorialnya dan dukunganya maka posisi TNI yang saat ini di posisikan “diam” akan kembali berperan di Aceh, dengan misi baru pemberantasan terorisme, padahal sesungguhnya nanti yang di lakukan adalah memusuhi orang-orang Islam yang coba memperjuangkan syariat. Umat akan di jadikan musuh, dan skenario busuk adu domba seperti ini niscaya terjadi.

Tidak cukup sampai disitu, untuk meyakinkan keterkaitan kelompok Jalin itu dengan pihak-pihak yang di stempel teroris adalah, dengan narasi “kelompok teroris Pemalang” menjadi pengekspor tindak terorisme di Aceh.Bahkan hari Selasa 9/3 di Pamulang ada sebuah drama baru “terorisme”, 2 orang di eksekusi dengan prosedur yang “kontra-HAM”, dan media secara masif melakukan stigmatisasi terhadap Islam dan kelompok Islam hanya karena ada simbol-simbol “cadar”, “jubah”, jenggot dan semisalnya.

Di sinilah umat akan mudah di giring, untuk membenarkan kesimpulan-kesimpulan kelompok bersenjata di Aceh adalah kelompok teroris. Ada peristiwa di Aceh Besar dan ada drama eksekusi “teroris” di Pamulang. Seolah klop sudah desain “proyek kontra terorisme” di tengah-tengah kisruh Century gate dan kedatangan Obama yang akan meneguhkan pembicaraan tentang “terorisme” dengan pemerintah Indonesia.

Umat wajib waspada.

Pada titik inilah, umat Islam di Indonesia harus memahami dan waspada upaya-upaya mendiskriditkan Islam dan umatnya terkait dengan isu terorisme karena beberapa hal berikut;

Pertama: Terorisme adalah sebuah isu dan menjadi proyek global AS paska peristiwa 9/11/2001 untuk melakukan penjajahan di negeri-negeri kaum muslimin yang memiliki potensi strategis untuk kepentingan kapitalis global, di mana pemerintah AS menjadi pengusungnya.

Kedua: Indonesia bagian dari dunia Islam yang memiliki nilai strategis dari berbagai aspek. Baik demografi maupun SDA (sumber daya alam) dan geopolitik dikawasan Asia Pasifik maupun didunia Islam. Indonesia menjadi salah satu basis langkah kontra terorisme (yang secara tegas menempatkan Islam dan kelompok-kelompok yang dianggap radikal dan fundamentalis sebagai obyek proyek kontra teroris) dan kelompok ini dianggap sebagai sebab pemicu munculnya tindakan terorisme. Lebih dari itu,kelompok ini dipandang sebagai potensi ancaman terhadap eksistensi kapitalisme global yang di usung AS.

Ketiga: Isu terorisme terbukti bagi AS di dunia Islam khususnya Indonesia mampu menciptakan keterbelahan di antara kaum muslimin. Umat Islam di adu domba dengan katagori-katagori serta pengelompokan, Islam moderat-fundamentalis dsb.

Keempat : Isu terorisme akan terus diusung dan menjadi perhatian penguasa negeri ini (yang terjebak dalam proyek global AS), sampai terget pembungkaman seluruh komponen Islam yang dianggap mengancam eksistensi sekulerisasi dan liberalisasi betul-betul bisa di bungkam.

Kelima: Dalam konteks kekinian, isu terorisme terbukti menguntungkan pihak-pihak tertentu keluar dari problem politik “century gate” dan delegitimasi kekuasaan yang ada.Dan menjadi alasan Indonesia meminta kembali kerja sama liliter dengan AS karena telah menunjukkan komitmennya terkait pengelolaan dan penanganan isu terorisme ini.

Keenam : Isu terorisme hakikatnya salah satu strategi penjajahan AS untuk terus bertahan di dunia Islam.Tentu dengan bantuan dan loyalitas daripenguasa-penguasa negeri kaum muslimin yang berkhianat kepada Allah swt,Rasul SAW dan umat Islam.Karena terbukti Islam dan kaum muslimin menjadi korban.

Ketujuh: Umat perlu intropeksi terkait jalan dan metode perjuangannya, jika yang dikehendaki adalah tegaknya syariat Islam di muka bumi ini. Karena tindakan “teroris” bukanlah jalan yang dituntunkan Rasulullah SAW untuk menegakkan syariat dan Khilafah Islam. Karena metode kekerasan dan teror akan menjadi bumerang terhadap perjuangan Islam dan nasib umat Islam.

Semoga Allah menolong Islam dan umatnya yang tulun di jalan perjuangan Islam, sekalipun para pembenci Islam siang dan malam merancang untuk menjatuhkan dan memadamkan cahaya Allah SWt (Islam). Wallahu a’lam.

Oleh Harits Abu Ulya
Ketua Lajnah Siyasah DPP
Hisbut Tahrir Indonesia.
10 Mac 2010

1 comment:

Anonymous said...

Wahai jamaah2 Islam di mana saja: Jgn terperangkap dengan grand design musuh Islam...

Kita hanya di sibukkan dgn perkara kecil2...dan kita terpaksa tinggalkan tugas kita membina umat kembali amalkan Islam.

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails