Monday, June 01, 2009

Peranan Agama & Ulama Singkil..

Maqam Abdul Rauf Al-Singkili sekarang sedang dibangunkan di tebing sungai di Singkil..

Ibnu Hasyim Catatan Perjalanan

Pada permulaan abad ke 16 Kerajaan Aceh berada di puncak kejayaannya, dibawah pimpinan Sultan Iskandar Muda ( 1607 -1638 ). Daerah kekuasaannya meliputi pantai barat pulau Sumatera dari Bengkulu hingga ke pantai timur pulau Sumatera yang meliputi Riau. Pada masa itu terdapat pula Kerajaan-kerajaan kecil di wilayah Aceh itu sendiri, salah satunya terdapat di wilayah Aceh Singkil.

Dari peninggalan-peninggalan sejarah yang ada serta cerita rakyat yang berkembang menunjukkan bukti adanya kerajaan-kerajaan di wilayah Singkil itu sendiri. Beberapa peninggalan-peninggalan bersejarah tersebut dapat dilihat dari ditemukannya situs-situs bangunan serta alat-alat perlengkapan hidup seperti senjata, peralatan makan, perhiasan, perlengkapan pertanian, adat istiadat. Hal ini menunjukkan adanya struktur masyarakat berlapis yang ditunjukkan dengan terdapanya nama (gelar) Raja, pembantu-pembantu raja dan rakyat biasa.

Sewaktu kerajaan Aceh dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda, didudukkanlah Syeikh Abdul Rauf As Singkili yang berasal dari wilayah Singkil sebagai tempat orang merujuk hukum agama atau hukum Syara. Lahir di Singkil dari keluarga yang ada hubungannya dengan Hamzah Fansuri seorang tokoh kepenyairan di Indonesia. Pada masa itu masyarakat Aceh Singkil sudah memiliki peradaban yang tinggi serta mempunyai pemerintahan, hal ini dikuatkan dengan adanya Kerajaan Batu-batu, Penanggalan, Binanga dan lain-lainnya. Dalam perjalanan waktu Aceh Singkil telah melewati masa-masa peralihan kekuasaan diantaranya adalah waktu:

1..Pemerintahan Kolonial Belanda

Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, wilayah Singkil merupakan Onderrafdeeling (Kewedanan) yang dikepalai oleh Controleur, dimana Onderrafdeeling ini membawahi empat Landschap (Kecamatan) iaitu Singkil, Pulau Banyak, Simpang Kiri dan Simpang Kanan yang masing-masing kecamatan tersebut dikepalai oleh seorang Zelfbestuurder (Camat) yang juga membawahi empat kemukiman yang dikepalai oleh seorang Mukim.

Mukim juga membawahi beberapa Kepala Kampong di kemukimannya. Onderrafdeeling (Kewedanan) pada masa Indonesia merdeka diganti namanya menjadi Pembantu Bupati Wilayah Singkil. Peninggalan masa penjajahan kolonial Belanda ini berupa pejabat pemerintahan, pelabuhan, pos, rumah controleur, sekolah (volgschool dan vervolgschool), masjid serta rumah- rumah yang pernah dibangun pemerintah kolonial Belanda pada akhir abad ke 19.

Wilayah Singkil pada masa itu masih berupa hutan belantara, dimana sebahagian besar mata pencaharian penduduk masih sangat tergantung dari potensi yang ada pada alam, terutama dibidang hasil kehutanan seperti kayu, kapur barus, kemenyan, dibidang pertanian, perikanan, serta pelayaran. Selain itu didaerah pesisir pantai Singkil banyak dihuni oleh pembuat garam dapur dari air laut. Wilayah Singkil merupakan salah satu daerah yang dibolehkan oleh kolonial Belanda membuat garam, dimana garam yang dihasilkan kemudian diperdagangkan dengan pedagang-pedagang yang datang ke Singkil terutama sekali dari Alas, Blangkejeren yang diangkut melalui jalur sungai di Singkil.

Pemerintah Belanda masa itu juga telah membuka perkebunan kelapa sawit dan getah atau karet di daerah Lae Butar Rimo. Pekerja-pekerja (buruh) dibawa dari daerah pulau Jawa yang dipekerjakan diperkebunan milik Belanda dengan cara sistem kontrak yang lebih dikenal dengan 'Kuli Kontrak'. Seiring dengan dibukanya perkebunan milik pemerintah kolonial Belanda ini maka semakin terbukalah wilayah Singkil bagi masuknya penduduk lain diluar wilayah Singkil.


2..Pemerintahan Penjajahan Jepun.

Waktu tentera Jepun mula masuk kewilayah Onderafdeeling Singkil melalui perairan laut Singkil, mereka mendarat depan pejabat Controleur dan mengambil alih kekuasaan yang pada masa itu pihak Belanda sedang berada di daerah perkebunan Lae Butar di Rimo. Selama dalam kekuasaan militer Jepun, mereka tidak merubah status wilayah Singkil sebagai Onderafdeeling (Kewedanan) hanya istilahnya saja yang diganti sesuai dengan bahasa Jepun seperti Onderafdeeling diganti dengan Gun dan Landschap diganti dengan Son. Pada masa kekuasaan Jepun diwilayah Singkil, roda pemerintahan tidak berjalan dengan lancar.

Penyesuaiannya dalam waktu yang relatif singkat iaitu 3.5 tahun tetapi telah banyak mengakibatkan penderitaan dan kesengsaraan bagi masyarakat Singkil. Ketika Jepun kalah perang dengan Pasukan Bersekutu, maka pihak sekutu memerintahkan kepada militer Jepun untuk mengawasi keamanan setempat sebelum wilayah itu diambil alih oleh pihak Bersekutu.


3..Masa Kemerdekaan Republik Indonesia.

Tetapi Indonesia telah lebih dahulu memproklamirkan kemerdekaannya dan telah menjadi negara merdeka sehingga rakyat menginginkan kekuasaan dan senjata Jepun diserahkan kepada rakyat Indonesia. Pihak Jepun enggan, tidak mahu serah kekuasaan dan senjata kepada masyarakat, sehingga menimbulkan perlawanan rakyat yang ditunjangi oleh tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh agama yang ada diwilayah Singkil.

Di situ peranan agama dan ulama dalam membangunkan umah demi ketamadunan sesebuah negara. Jadi peranan ulama adalah sesuatu yang tidak wajar dilupakan.

(e-mail: ibnuhasyim@gmail.com)
Singkil, Aceh.

Mei 26, 2009

No comments:

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails