Tuesday, May 19, 2015

Dagang Zina, Mengapa Mesti Lihat Sweden Tidak Perundangan Islam?

Khofifah Indar Parawansa

Siri 10: Peraturan Zina Dalam Negara-negara Di Dunia.

Sebelum ke persoalan 'Zina: Penyelesaian Melalui Hudud' dalam  KESIMPULAN 3.., kita lihat berita terbaru di Indonesia..

MARAKNYA kepelbagaian prostitusi, pelacuran atau dagang zina menunjukkan perlunya wujud suatu regulasi 'seperangkat aturan dan tindakan tegas terhadap demand side, supply side serta mucikari' di Indonesia.

“Jika demand side diberikan hukuman berat, maka supply side bisa berkurang secara otomatias,” kata Menteri Sosial Indonesia, Khofifah Indar Parawansa dikutip dari laman Kemensos (Kementerian Sosial) negara tersebut.

Menteri itu menyebutkaan, pola-pola dan model praktikal prostitusi telah berubah dari lokaliasi ke apartemen, ke rumah peribadi, kost-kost serta hotel. Maka, dengan itu katanya diperlukan 'payung hukum untuk menindak tegas kepada pengguna dan penyedia perusahaan prostitusi tersebut.

“Payung hukum berupa undang-undang antiprositusi belum ada. Namun Indonesia sudah memiliki UU (undang-undang) antipornografi dan Kemensos terus berupaya memasukan kejahatan seksual dan prostitusi ke dalam usulan regulasi baru yang dibahas dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas),” katanya.

Indonesia kata Khofifah mestinya belajar dari kejayaan Sweden yang dapat menekan demand side 80 persen dan menekan supply side 75 pesen dalam tiga tahun terakhir. Untuk mendapat pola yang tepat, Sweden melakukan revisi tiga kali atas UU antiprostitusi.

“Usulan regulasi baru tersebut, juga mencakup segala macam kejahatan seksual, perbudakan (perhambaan), kriminalitas, perdangan manusia, incest dan sebagainya,” katanya.
Di level pelaksanaan diperlukan kerjasama yang solid dari pihak polis, mahkamah dalam menegakkan hukuman bagi demand side, supply side, serta egen pelacuran yang jelas.

“Penegakan hukum bagi pelaku kejahatan seksual, pengguna prostitusi dan mucikari dibutuhkan hukum jelas, sehingga tidak ada multitafsir dalam pelaksanaannya, ” ujarnya.

Kementerian Sosial mempunyai pengalaman menutup 33 lokalisasi dari 168 yang ada  di Indonesia pada tahun lalu. Seiring usaha penutupan berbagai lokalisasi, maka praktik prostitusi pun mengalmai perubahan.

“Tahun 2014, Kemensos berhasil menutup 33 lokalisasi dari 168 yang ada dengan memberikan pemberdayaan kemandirian ekonomi, seperti Usaha  Eknomi Produktif dan Kelompok Usaha Bersama (KUBE), ” katanya.

Komen Weblog Ibnu Hasyim: Masalah pelacuran atau kes najis zina adalah masalah umat Islam sedunia. Indonesia menjadi perhatian, kerana ia adalah negara umat Islam terbesar di dunia, iaitu berpenduduk 250 juta lebih, yang 90% darinya (sekurang-kurang antara 60% ke 90% belum ada kenyataan rasmi.) adalah beragama Islam.


Soalnya, mengapa mesti melihat ke Sweden saja tidak melihat kepada perundangan Islam? Lihat negara-negara Islam yang melaksanakan undang-undang hudud. Lihat Saudi Arabia..  dan terakhir Brunai di Nusantara. Lihat sejarah dan kejayaan perundangan Islam zaman kegemilangan Islam. Aceh dan Melaka pun pernah melaksanakan perundangan Islam.

Indonesia, atau Nusantara tidak tandus dengan bijakpandai-bijakpandai Islam, mengapa dibazirkan? (IH)

No comments:

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails