Saturday, March 19, 2022

Lelaki Islam menikahi wanita Kristen, apa hukumnya?


Ketua PBNU, Ahmad Fahrur Rozi 

Ketua PBNU Jelaskan Pandangan Islam soal Dibolehkannya Nikah Muslim-Kristen
  
Jakarta - Pengadilan Negeri (PN) Pontianak memutuskan pernikahan pria Islam-perempuan Kristen sah tercatat di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil setempat. 

Terlepas dari kasus spesifik soal nikah beda agama di Pontianak itu, ada pandangan dalam Islam yang memperbolehkan pernikahan beda agama. Pimpinan di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menjelaskan pandangan soal ini.

"Dalam hukum Islam, ada pendapat yang memperbolehkan jika lelaki muslim menikah dengan wanita non-muslim ahlul kitab, yakni pemeluk agama samawi," kata Ketua Bidang Keagamaan PBNU, Ahmad Fahrur Rozi, kepada detikcom, Jumat (18/3/2022).

Diperbolehkannya pernikahan pemeluk Islam dengan Kristen ini hanya untuk pria Islam yang menikah dengan perempuan Kristen, bukan untuk perempuan Islam yang menikah dengan pria Kristen. Kenapa sebabnya aturan ini tidak setara?

"Karena pihak lelaki menjadi pemimpin bagi keluarganya, sementara seorang wanita terikat kewajiban untuk patuh dan taat kepada suami," jawab Fahrur.

Ayat Alquran yang menjadi dasar diperbolehkannya pria Islam menikahi perempuan Kristen ada di Surat Al Maidah Ayat ke-5. Berikut adalah terjemahan Bahasa Indonesia dari ayat tersebut, dikutip dari situ Alquran Kementerian Agama:

Pada hari ini dihalalkan bagimu segala yang baik-baik. Makanan (sembelihan) Ahli Kitab itu halal bagimu, dan makananmu halal bagi mereka. Dan (dihalalkan bagimu menikahi) perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di antara perempuan-perempuan yang beriman dan perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu, apabila kamu membayar maskawin mereka untuk menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan bukan untuk menjadikan perempuan piaraan. 

Barangsiapa kafir setelah beriman, maka sungguh, sia-sia amal mereka, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.

Pria Islam diperbolehkan menikah dengan perempuan 'ahli kitab', istilah dalam Islam yang bermakna pemeluk agama Yahudi dan Nasrani.

"Yang dimaksud ahlul kitab adalah Yahudi dan Nasrani asli sejak zaman nenek moyang mereka, meyakini ajaran tersebut, bukan wanita yang murtad," kata Fahrur yang juga Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa ini.

Meski begitu, kata Fahrur, pernikahan yang lebih baik bagi pemeluk Islam adalah pernikahan sesama agama. Dia mendasarkan pendapatnya apda Hadits Riwayat Bukhari, sesuai anjuran Nabi Muhammad SAW bahwa wanita dinikahi ideal karena empat hal yakni hartanya, keturunannya, kecantikannya dan karena agamanya. Maka, bunyi anjuran Rasulullah, pilihkan pertimbangan menikahi wanita karena agamanya karena pilihan itu pasti membawa beruntungan.

"Lebih baik pernikahan seagama dan sekeyakinan saja," kata Fahrur.

Putusan PN Pontianak

Pengadilan Negeri (PN) Pontianak telah mengesahkan pernikahan pasangan beda agama. Mempelai pria, RNA (38), beragama Islam dan mempelai perempuan, M (25), beragama Kristen.

Hal itu tertuang dalam putusan PN Pontianak yang dilansir website Mahkamah Agung (MA), Kamis (17/3/2022). RNA dan M menikah sesuai Akta Pernikahan Nomor 003/AP/BBP/IX/2021 tertanggal 19 September 2021. Saat keduanya hendak mencatatkan ke Dinas Catatan Sipil, permohonan itu ditolak dengan alasan RNA beragama Islam dan M beragama Kristen.

Namun, sesuai dengan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan juncto Pasal 35 huruf (a) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006, perkawinan tersebut dapat dicatatkan setelah mendapatkan penetapan dari Pengadilan Negeri.

Hakim tunggal Yamti Agustina mengabulkan permohonan itu. Yamti Agustina akhirnya memberikan izin kepada para pemohon untuk mencatatkan perkawinan beda agama tersebut di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Pontianak.

"Memerintahkan kepada Kepala Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Pontianak untuk melakukan pencatatan tentang perkawinan beda agama Para Pemohon tersebut di atas dalam Register Pencatatan Perkawinan yang digunakan untuk itu," ujar Yamti Agustina.

Yamti Agustina menimbang, berdasarkan ketentuan Pasal 35 UU Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, dinyatakan pencatatan perkawinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 berlaku pula bagi perkawinan yang ditetapkan oleh Pengadilan. Dalam penjelasan pasal tersebut dinyatakan yang dimaksud dengan perkawinan yang ditetapkan oleh pengadilan adalah perkawinan yang dilakukan antarumat yang berbeda agama.

(Diangkat dari detiknews Id.)

13 Okt 2011 — Soalan Lelaki Islam Kahwin Perempuan Kristian - Ustaz Azhar Idrus. 36,189 views36K views. Oct 13, 2011. 342. Dislike. Share. Save.

Anda melawat halaman ini pada 18/03/2022

Maklum balas
Lihat semua

IRSYAD AL-FATWA SIRI KE-223 : TERLANJUR DENGAN WANITA BUKAN ISLAM; APA PERLU DIBUAT?

Soalan:

Salam SS Mufti. Saya ada pertanyaan dari seorang anak muda yang telah terlanjur berzina dalam program CSR. Soalannya:

  • Lelaki Melayu Islam berhubungan dengan wanita Siam bukan Islam.
  • Belum berkahwin.
  • Telah mengandung 7 bulan akibat terlanjur.

Kini perempuan ingin memeluk Islam tetapi perlukan jaminan ibu lelaki supaya lelaki tidak tinggalkannya. Soalan: Apa yang perlu dibuat pertamanya selepas ibunya bersedia temani memeluk Islam?

Jawapan:

Alhamdulillah, segala  puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah S.W.T. Selawat dan salam kami ucapkan ke atas junjungan besar Nabi Muhammad S.A.W, para isteri dan keluarga baginda, para sahabat, seterusnya golongan yang mengikuti jejak langkah baginda sehingga hari kiamat.

Mukadimah

Soalan ini bagi kami memerlukan penjelasan yang sempurna kerana melibatkan isu pengislaman dengan syarat, akad nikah dengan syarat serta tanggungjawab terhadap anak yang akan dilahirkan. Justeru, kami akan menjawab soalan ini dalam beberapa sudut:

Fadilat Besar Bagi Orang Mengislamkan Atau Membantu Masuk Islam

Sesungguhnya pahala yang amat besar dijanjikan Allah SWT kepada orang yang berjaya mengislamkan atau membantu mengislamkan seseorang. Firman Allah Taala:

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Maksudnya: Dan tidak ada yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada (mengesakan dan mematuhi perintah) Allah, serta ia sendiri mengerjakan amal yang soleh, sambil berkata: "Sesungguhnya aku adalah dari orang-orang Islam (yang berserah bulat-bulat kepada Allah)!"

(Surah al-Fussilat: 33)

Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

Maksudnya: “Orang yang menunjukkan ke arah kebaikan maka baginya diberi pahala sama seperti orang yang melakukan kebaikan itu.”

Riwayat Muslim (1893)

Dan tiada kebaikan dan hadiah yang lebih besar bagi seseorang apabila kita menjadi penyebab bagi keislamannya kerana menyelamatkannya daripada kekufuran. Justeru, tindakan lelaki berkenaan untuk berkahwin dengan wanita tersebut kerana dengan itu boleh mengislamkannya adalah amat terpuji.

Hukum Masuk Islam Dengan Syarat

Imam al-Syaukani dalam bab ini ada membawakan beberapa hadis yang menjadi rujukan ulama.

Pertama; Hadis Nasr bin `Asim al-Laithi RA

Daripada Nasr bin `Asim al-Laithi:

أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْلَمَ عَلَى أَنْ يُصَلِّيَ صَلَاتَيْنِ فَقَبِلَ مِنْهُ

Maksudnya: “Seorang lelaki menemui Nabi SAW untuk masuk Islam dengan syarat hanya bersolat dua jenis sahaja, maka Nabi SAW menerimanya.”

Riwayat Ahmad (23079). Syuaib al-Arnaut juga mensahihkannya.  Dalan riwayat lain, hanya menyebut satu solat sahaja.

Kedua; Hadis Wahab bin Munabbih RA

Riwayat tersebut menyebut:

سَأَلْتُ جَابِرًا عَنْ شَأْنِ ثَقِيفٍ إِذْ بَايَعَتْ؟ قَالَ: اشْتَرَطَتْ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنْ لَا صَدَقَةَ عَلَيْهَا، وَلَا جِهَادَ، وَأَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ ذَلِكَ يَقُولُ: سَيَتَصَدَّقُونَ وَيُجَاهِدُونَ إِذَا أَسْلَمُوا

Maksudnya: “Wahab bertanya kepada Jabir tentang kaum Thaqif tentang bagaimana mereka berbaiah semasa masuk Islam. Jabir berkata: Mereka memberikan syarat untuk berbaiah kepada Nabi SAW bahawa mereka tidak wajib berzakat dan tidak wajib berjihad. Kemudian Jabir mendengar Nabi SAW selepas itu berkata: Mereka akan membayar zakat dan berjihad apabila memeluk Islam.“

Riwayat Abu Daud (3025) tanpa komentar. Syuaib al-Arnaut juga mensahihkannya.

Ketiga; Hadis Anas bin Malik RA

Daripada Anas bin Malik RA:

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِرَجُلٍ أَسْلِمْ قَالَ أَجِدُنِي كَارِهًا قَالَ أَسْلِمْ، وَإِنْ كُنْتَ كَارِهًا

Maksudnya: Bahawa Rasulullah SAW berkata kepada seorang lelaki: Masuklah Islam! Lelaki itu menjawab: Aku berasa terpaksa kalau memeluk Islam. Rasulullah SAW membalas: Masuklah Islam sekalipun terpaksa.”

Riwayat Ahmad (12061). Syuaib al-Arnaut juga mensahihkannya.

Al-Syaukani memasukkan hadis-hadis di atas dalam Bab Sahnya Islam Seseorang Dengan Syarat-Syarat yang Fasid (Rosak). Dia berkata:

“Hadis-hadis ini adalah dalil bagi harusnya menerima baiah orang kafir dan kemasukan Islam daripada baiah itu sekalipun disyaratkan dengan terma yang fasid, dan bahawa sanya sah keislaman seseorang sekalipun dipaksa.”

Dia berkata lagi:

“Abu Daud dan al-Mundzir berdiam diri[1] daripada hadis Wahab di atas.. Sanadnya juga adalah la ba’sa bihi (tiada mengapa berhujah dengannya). (Berkenaan hadis Thaqif) Abu Daud juga ada mengeluarkan satu hadis daripada al-Hasan al-Basri daripada Uthman bin Abi al-Aas:

لَكُمْ أَنْ لاَ تُحْشَرُوا وَلاَ تُعْشَرُوا وَلاَ خَيْرَ فِي دِينٍ لَيْسَ فِيهِ رُكُوعٌ

Maksudnya: “Kamu boleh tidak berzakat dan tidak berjihad namun tiada kebaikan pada agama orang yang tidak rukuk.”

Riwayat Abu Daud (3026) tanpa komentar. Syuaib al-Arnaut juga mensahihkannya.

Al-Mundziri berkata: “Tidak rukuk maksudnya jika tidak bersolat.”

Berkata Imam al-Khattabi: “Terdapat persamaan pada tindakan Nabi SAW memberikan pelepasan bagi mereka berdua (lelaki dalam hadis Nasr dan kaum Thaqif) daripada (kefarduan) jihad dan sedekah kerana mereka tidak serta merta terlibat dengan dua kefarduan tersebut. Ini kerana zakat hanya wajib apabila cukup haul, manakala jihad pula wajib apabila ada tuntutannya (seperti serangan musuh dan arahan pemerintah, dll). Adapun solat, maka sifatnya adalah ratibah (kewajiban yang berulang-ulang) maka tidak boleh mensyaratkan meninggalkan solat.”

Berkata al-Syaukani: "Apabila dihimpunkan dengan hadis Nasr bin Asim yang disebutkan di atas, maka Nabi SAW juga dilihat menerima keislaman lelaki yang mensyaratkan hanya solat dua solat sahaja, atau satu solat sahaja sebagaimana satu riwayat lain. Kemusykilan ini berterusan apabila dibaca bula dengan hadis tadi yang menyebut: “Tiada kebaikan pada agama orang yang tidak rukuk.” Maka, zahirnya menunjukkan bahawa tidak ada kebaikan pada keislaman seseorang yang masuk Islam dengan syarat dia tidak solat. Mungkin juga boleh dikatakan, ternafikan sifat khairiyyah (baik) itu tidak memestikan tiadanya keharusan menerima keislaman seseorang yang mensyaratkan dengan keislamannya bahawa dia tidak solat, dan tiadanya qobul (penerimaan) daripada pihak Nabi SAW daripada Thaqif tidak pula menafikan penerimaan secara mutlak.”

Rujuk Nail al-Autar (7/234-235)

Kesimpulan perbincangan yang dibawa oleh Imam al-Syaukani ini adalah bahawa sahnya Islam seseorang yang masuk Islam dengan syarat-syarat yang rosak dan tidak terpakai. Dalam konteks soalan di atas, sekiranya wanita itu masuk Islam dengan syarat lelaki itu tidak meninggalkannya, maka sahlah keislamannya. Apatahlagi jika wanita itu meminta jaminan bukan daripada lelaki berkenaan sebaliknya daripada ibunya.

Hukum Akad Nikah Dengan Syarat

Imam Nawawi berkata dalam Raudhah al-Talibin (7/264-265):

Meletakkan syarat dalam nikah, sekiranya tidak berkaitan dengan tujuan nikah (yakni persetubuhan) maka hukumnya adalah lagha (atau tidak memberi apa-apa kesan apabila tidak dipenuhi) seperti mana yang terdahulu dalam bab jual beli… Manakala jika disyaratkan perkara yang berkaitan dengan muqtadha (hak dan tanggungjawab) nikah maka ada dua sudut.

Sudut pertama; syarat yang tidak menghilangkan tujuan asal kahwin maka syarat ini hukumnya fasid atau rosak, sama ada menyebelahi isteri, seperti disyaratkan hendaklah si suami tidak berpoligami atau mengambil hamba perempuan, atau menceraikan isteri itu, atau tidak bermusafir membawanya, atau isteri itu boleh keluar rumah bila-bila yang dia ingini, atau menceraikan madunya. Atau pula tidak menyebelahi isteri seperti disyaratkan bahawa tiada bahagian hari bagi isteri itu jika suami berpoligami, atau diberikan tempat tinggal yang sama dengan madu-madu yang lain, atau tidak diberikan nafkah.

Hukum bagi syarat yang fasid adalah tidak merosakkan nikah berdasarkan pendapat yang masyhur. Manakala dalam wajah atau qaul lain seperti mana yang dihikayatkan oleh al-Hannati; hukum nikahnya adalah batal. Adapun al-saddaq (atau mahar) maka mahar isteri itu menjadi fasiq dan wajib mahar al-mithli, sama ada lebih, sama atau, kurang daripada mahar al-musamma (yang asal). Inilah pendapat mazhab (al-Syafie).”

Kata Syeikh Muhammad al-Zuhaili: “Mahar menjadi fasid kerana redha isteri dengan mahar telah diikat dengan syarat. Maka apabila rosaknya syarat maka rosaklah mahar, kerana ternafinya redha isteri dengan mahar (yang ditawar) berbeza dengan yang disyaratkan, sekiranya lelaki itu sudah menjimaknya, maka wajiblah mahar mithli.”

Rujuk al-Mu`tamad (4/106)

Justeru, berkenaan soalan di atas, sekiranya syarat jaminan itu disebut ketika aqad nikah bahawa suaminya tidak meninggalkan dia yakni menceraikannya maka jadilah syarat itu fasid tetapi sahlah nikahnya.

Kesimpulan

Pertama sekali, kami menganjurkan agar lelaki Muslim tersebut bertaubat daripada dosa zina dan berikrar untuk melakukan kebaikan sebanyak-banyaknya untuk menutup dosa zina yang amat besar di sisi Islam. Ini boleh direalisasi dengan istighfar dan taubat nasuha agar tidak lagi mengulangi perbuatan maksiat tersebut. Selain itu, dia perlu melakukan islah atau amalan kebaikan untuk menyaingi dosa besar tersebut. Dia boleh melakukan islah dengan berkahwin dengan wanita tersebut dan memelihara anak yang bakal dilahirkan itu dengan sempurna. Kami berpendapat harus bagi lelaki dan wanita tersebut untuk berkahwin sekalipun wanita tersebut sedang mengandung. Ini sesuai dengan pendapat mazhab al-Syafie. Ini juga agar nafkah makanan, tempat tinggal, keperluan kesihatan, pendidikan dan lain-lain keperluan anak kecil yang sangat memerlukan kasih sayang dan didikan seorang bapa terpelihara. Anak tak sah taraf tidak dinasabkan kepada bapa biologinya apabila dilahirkan lewat 6 bulan selepas tarikh pernikahan. Kami sudah menghuraikan panjang lebar isu ini dalam Bayan Linnas Siri Ke-106 : Isu Penamaan “Bin/Binti Abdullah” Kepada Anak Tidak Sah Taraf Oleh Mahkamah Rayuan.

Namun begitu, apabila lelaki secara tidak langsung akan menjadi bapa tirinya yang menjaga dan mendidik anak itu atas prinsip ihsan. Contohilah keperibadian Rasulullah SAW yang berkahwin dengan Umm Salamah dan menyediakan tempat tinggal khas untuknya dan anak-anak tirinya. Ketika Umm Salamah berkahwin dengan Nabi SAW, beliau memiliki anak perempuan, Zainab, yang masih menyusu badan. Rasulullah SAW sering membiarkan Zainab selesai menyusu terlebih dahulu sebelum isterinya melayaninya kerana tidak mahu mengganggunya. Zainab akhirnya membesar menjadi sahabiah yang tinggi pengetahuan dan perawi hadis yang terkemuka. Saudara kandungnya, Umar bin Abi Salamah juga dididik dan dijaga oleh Rasulullah SAW. Baginda pernah menegurnya sewaktu dia masih kecil agar makan dengan tangan kanan dan ambil makanan yang dekat dahulu. Umar berkata: “Selepas itu aku sentiasa makan dengan tangan kanan.” Anak-anak tiri Rasulullah SAW sangat berbangga dengan bapa tiri mereka sehingga Hindun bin Abu Halah, anak kepada Khadijah berkata: “Akulah manusia yang paling mulia! Ayahku Rasulullah, ibuku Khadijah, saudara perempuanku Fatimah dan saudara lelakiku al-Qasim!.” Rujuk al-Samtu al-Thamin (hal. 27) oleh Muhib al-Tabari.

Adapun sekiranya ibunya masuk Islam kerana berkahwin dengan ayahnya, maka Islam mengampunkan dosa-dosa yang lampau seperti bayi yang dilahirkan ke dunia. Firman Allah SWT:

عَفَا اللَّهُ عَمَّا سَلَفَ

Maksudnya: “Allah maafkan apa yang telah lalu.”

(Surah al-Maidah: 95)

Firman Allah Taala:

قُلْ لِّلَّذِينَ كَفَرُوا إِن يَنتَهُوا يُغْفَرْ لَهُم مَّاقَدْ سَلَفَ وَإِن يَعُودُوا فَقَدْ مَضَتْ سُنَّةُ اْلأَوَّلِينَ

Maksudnya: “Katakanlah (wahai Muhammad) kepada orang-orang yang kafir itu, jika mereka berhenti (dari kekufurannya), nescaya akan diampunkan dosa mereka yang telah lalu, dan jika mereka kembali lagi (ingkar maka Kami akan menyeksa mereka), kerana sesungguhnya telah berlakulah kebinasaan orang-orang (yang kufur ingkar) dahulu kala.”

(Surah al-Anfal:38)

Daripada Abu Said al-Khudri RA bahawa Rasulullah SAW bersabda:

إِذَا أَسْلَمَ العَبْدُ فَحَسُنَ إِسْلاَمُهُ، يُكَفِّرُ اللَّهُ عَنْهُ كُلَّ سَيِّئَةٍ كَانَ زَلَفَهَا، وَكَانَ بَعْدَ ذَلِكَ القِصَاصُ: الحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ، وَالسَّيِّئَةُ بِمِثْلِهَا إِلَّا أَنْ يَتَجَاوَزَ اللَّهُ عَنْهَا

Maksudnya: “Apabila seseorang hamba masuk Islam, lalu Islamnya baik, dihapus darinya semua keburukan yang pernah dia lakukan. Kemudian setelah itu ada balasan yang adil; satu kebaikan dibalas sepuluh kali ganda sampai 700 kali lipat. Adapun satu keburukan dibalas dengan sama, kecuali Allah mengampuninya.”

Riwayat al-Bukhari (41).

Dalam riwayat al-Nasaie (4998), Allah SWT akan menulis, yakni memasukkan sekali, amalan kebaikan yang dia lakukan sewaktu sebelum Islam.

Bagi lelaki itu, hendaklah isteri itu dijaga dan dihargai sebaiknya dan dipenuhi keperluan agama, nyawa, akal, maruah dan hartanya berdasarkan agama Islam supaya terbinanya keluarga Muslim yang bahagia di dalam peliharaan Allah. Semoga Allah SWT merahmati pasangan ini dan memberikan keberkatan dan kemudahan dalam hidup mereka.

[1] Menunjukkan fiqh hadis berkenaan adalah baik dan boleh digunakan sebagai dalil. Diam daripada selepas menyatakan matan tanpa bahas merupakan salah satu metodologi para Imam hadis termasuk Abu Daud. 


Sekian.

2 comments:

Anonymous said...

AWAL 2025 ADALAH TAHUNNYA...!!

Bismillahhirrahmannirrahim.

Seperti yang telah dituliskan sebelum ini bahawa BN akan menang selesa di PRN Johor dan begitu juga kemenangan bergaya BN di PRN Melaka. Cuma jumlah kemenangan yang telah dituliskan adalah 42 kerusi DUN di Johor tetapi ketepatan sebenar adalah 40 Kerusi DUN.

Namun kekalahan memalukan buat parti Mahathir atau Pejuang telah saya nyatakan. Hajat terlalu melangit. Bertanding 42 kerusi kesudahanya"wang deposit" pun hangus. PRN Johor adalah nokhtah kepada kerier politik Mahathir.

Begitu juga dengan DAP, mereka kehilangan beberapa kerusi DUN di Johor dan ini juga telah saya tuliskan.

PN,Amanah, PKR, Muda, Warisan serta PAS juga mengalami nasib yang sama.

Cakap berdegar degar alih alih dapatlah kerusi saguhati iaitu PN atau Bersatu 3, PKR 1, Muda 1, PAS satu dan Amanah 1.

Apa yang di 'perdict' kan dan dituliskan ternyata benar belaka.

Seperti yang telah nyatakan dolu dolu bahawa perjalanan yang dilalui Malaysia bukanlah seperti yang tuan tuan mahukan.

Perjalanan ini ada matlamatnya. Sesiapa yang nampak dan faham apa yang ditulis, alhamdullilah, dipanjatkan kehadrat Allah SWT.

Itulah rentetan kejadian yang dituliskan.

Watak Menteri Besar yang dicanang namun watak yang terlantik sebagai MB Johor adalah watak yang tidak bersebut.

Silang kata dalam story board "perjalanan" Tanah Melayu, nampaknya semakin jelas walaupun ramai manusia yang tidak menjangkakan.

Raja yang memerintah tidak bersalah malahan MB Baru pun tidak merasai keanehanya.

Begitu juga dengan Bossku, dia juga tidak bersalah dalam 'percaturan" perjalanan ini. Beliau hanyalah 'asbab' bagi mereka yang mengetahui.

Apa yang berlaku kini adalah rencah rencah untuk Tanah Melayu beralih keprasa yang lebih mencabar lagi terutama Institusi Beraja.

Berlanjutan dari kemenangan BN di Johor, kini, akan tersingkap satu lagi lembaran atau prasa yang lebih mendebarkan. Kealpaan" yang disengaja kepada semua pihak adalah ketentuan yang tidak dapat dielakkan.

Inilah susur galur 'perjalanan " yang perlu dilalui olih Tanah Melayu menuju ketahun 2025.

Gegeran besar" politik negara bakal meletup selepas hari Raya , nantikan!!!

Pejalanan Malaysia kedestinasi "yang dijanjikan' semakin menghampiri iaitu seawal 2025.

Anonymous said...

Tulis berkobar-kobar....
Apa itu "perdict"?
Syeikh....."predict" lah....

Apa nak bangga sangat...sebelum menang canang calun lain utk MB...lepas menang boh calun lain...

Kokok jer berdegar2, ekor bergelumang tahi...

KHALAS....

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails