Saturday, May 29, 2021

Ini, 3 Perkara Wajib Ingat, Jika Ke Tasikmalaya...

 

Banjir di Tasikmalaya 2021..

Indokini: Ini, 3 Perkara Wajib Ingat, Jika Ke Tasikmalaya...

TASIKMALAYA, kini ke sana saya sedang pergi. Masa kira-kira 5 ke 6 jam naik bas untuk ke bandarnya, dari Jakarta. Banyak masa dapat cipta lamunan, sementara akan sampai di sana. 

Ku fikir-fikir, ada beberapa peristiwa hebat pada catatan sejarah Tasikmalaya, yang tidak sepatutnya dilupakan. 

Apa dia?

Pertama...

Indonesia, di Jawa Barat pernah lahir sebuah negara Islam. Disebut NII, Negara Islam Indonesia atau Darul Islam (DI). Darul Islam, ertinya 'rumah Islam', dalam maksud kata kerajaan Islam, yang siap dengan pasukan tenteranya bernama 'Tentara Islam Indonesia' (TII).

DI adalah sebuah gerakan politik yang menolak pemutusan hukum pemerintah dengan perudingan Renvile di Cirebon. Maka lahirlah Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo (Kartosoewirjo) yang tidak dapat dipisahkan dari tegaknya NII. Sekarmadji adalah pengasas Negara Islam syariat berasaskan Islam di Indonesia.

NII hanya bertahan 13 Tahun (1949-1962). NII lahir melalui bilik persidangan sejumlah tokoh Organisasi Islam di Tasikmalaya Utara, yakni Kecamatan Cisayong, dengan Kartosoewirjo sebagai Panglima Tinggi Darul Islam / Tentara Islam Indonesia (DI / TII).

Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo (Kartosoewirjo) Imam Negara Islam Indonesia.

Di situlah disepakati bahawa perjuangan melalui tujuh langkah.. 
  • Mendidik rakyat agar cocok menjadi warga Negara Islam,
  • Memberi penjelasan kepada rakyat bahawa Islam tidak bisa dimenangkan dengan feblisit (referendum), 
  • Drs daerah asas Sumatera berdirinya memproklamasikan NII.
  • Kemudian disepakati juga agar embangun NII kamu makin sukses kokoh ke luar dan ke dalam, 
  • Dalam arti, di dalam negeri boleh bebas menunaikan syari'at Islam seluas-luasnya dan wuduk-sempurnanya, sedangkan ke luar, sanggup berdiri sejajar dengan warga negara terbaring.
  • Selanjutnya membantu perjuangan umat Islam di negeri-negeri berbaring kamu makin sukses dengan cepat boleh membebaskan menunaikan Wajib ke atas sucinya, dan
  • Terakhir, adalah bersama negara-negara Islam membentuk Dewan Imamah Dunia untuk mengangkat khalifah dunia ini.

Singkat cerita, di Kecamatan Cisayong, Tasikmalaya Utara pernah lahir sebuah Negara Islam Indonesia, yang mulai dilupakan sejarahnya. Itu  suatu catatan sejarah Tasikmalaya, yang tidak sepatutnya dilupakan, apa lagi kalau dia itu seorang Islam. 

Lihat fakta ini...

Negara Islam Indonesia دار الإسلام إندونيسيا DI/TII

 1942–1962 

Bendera 


Sejarah: Didirikan 1942
Dideklarasi: 7 Ogos 1949

Pemberontakan Daud Beureueh di Aceh 1953-1962.
Pemberontakan Amir Fatah di Jawa Tengah 1950-1959
Pemberontakan Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan 1950-1965.

Dibubarkan: 2 September 1962

Sejarah Indonesia.png

Lihat pula:
Garis waktu sejarah Indonesia
Sejarah Nusantara
Prasejarah
Kerajaan Hindu-Buddha
Salakanagara (130-362)
Kutai (abad ke-4)
Tarumanagara (358–669)
Kendan (536–612)
Galuh (612-1528)
Kalingga (abad ke-6 sampai ke-7)
Sriwijaya (abad ke-7 sampai ke-13)
Sailendra (abad ke-8 sampai ke-9)
Kerajaan Medang (752–1006)
Kerajaan Kahuripan (1006–1045)
Kerajaan Sunda (932–1579)
Kediri (1045–1221)
Dharmasraya (abad ke-12 sampai ke-14)
Singhasari (1222–1292)
Majapahit (1293–1500)
Malayapura (abad ke-14 sampai ke-15)

Kerajaan Islam
Penyebaran Islam (1200-1600)
Kesultanan Samudera Pasai (1267-1521)
Kesultanan Ternate (1257–sekarang)
Kerajaan Pagaruyung (1500-1825)
Kesultanan Malaka (1400–1511)
Kerajaan Inderapura (1500-1792)
Kesultanan Demak (1475–1548)
Kesultanan Kalinyamat (1527–1599)
Kesultanan Aceh (1496–1903)
Kesultanan Banjar (1520–1860)
Kesultanan Banten (1527–1813)
Kesultanan Cirebon (1430 - 1666)
Kerajaan Tayan (Abad Ke-15-sekarang)
Kesultanan Mataram (1588—1681)
Kesultanan Palembang (1659-1823)
Kesultanan Siak (1723-1945)
Kesultanan Pelalawan (1725-1946)

Kerajaan Kristen
Kerajaan Larantuka (1600-1904)

Kolonialisme bangsa Eropah
Portugis (1512–1850)
VOC (1602-1800)
Belanda (1800–1942)

Kemunculan Indonesia
Kebangkitan Nasional (1899-1942)
Pendudukan Jepang (1942–1945)
Revolusi nasional (1945–1950)

Indonesia Merdeka
Orde Lama (1950–1959)
Demokrasi Terpimpin (1959–1965)
Masa Transisi (1965–1966)
Orde Baru (1966–1998)
Era Reformasi (1998–sekarang)

Kedua.. 

Tetapi malangnya, sejarah di Indonesia sendiri juga menuduh Kartosoewirjo adalah tokoh dianggap 'pemberontak' yang hendak membina negara dalam negara. Benarkah?

Ini, antara satu lagi catatan sejarah Tasikmalaya, yang tidak sepatutnya dilupakan. Mari kita teropong pencerahannya. Siapa S.M. Kartosoewirjo?

Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo demikian nama lengkap dari Kartosoewirjo, dilahirkan 7 Januari 1907 di Cepu, sebuah kota kecil antara Blora dan Bojonegoro yang menjadi daerah perbatasan Jawa Timur dengan Jawa Tengah. Ayahnya, yang bernama Kartosoewirjo, bekerja sebagai mantri pada kantor yang mengkoordinasikan para penjual candu di kota kecil Pamotan, dekat Rembang. 

Pada masa itu mantri candu sederajat dengan jabatan Sekretaris Distrik. Ia terasuh di bawah sistem rasional Barat yang mulai dicangkokkan Belanda di tanah jajahan Hindia. Ia mempunyai seorang kakak perempuan yang tinggal di Surakarta pada tahun 50-an yang hidup dengan penuh keguyuban, dan seorang kakak lelaki yang memimpin Serikat Buruh Kereta Api pada tahun 20-an, ketika di Indonesia terbentuk berbagai Serikat Buruh.

Pada 1911 masuk Sekolah ISTK (Inlandsche School der Tweede Klasse). Empat tahun kemudian, ia melanjutkan sekolah ke HIS (Hollandsch-Inlandsche School) di Rembang. Mendapat pendidikan agama dari seorang tokoh Muhammadiyah bernama Notodihardjo.

Pada tahun 1923 memasuki organisasi politik Sjarikat Islam di bawah pimpinan Haji Oemar Said Tjokroaminoto dan aktif dalam gerakan kepemudaan. Pada tahun 1925memasuki Jong Islamieten Bond (JIB), dan pelaku "Sumpah Pemuda".

Selain bertugas sebagai sekretaris umum PSIHT (Partij Sjarikat Islam Hindia Timur), Kartosoewirjo pun bekerja sebagai wartawan di koran harian Fadjar Asia. Berkahwin dengan Siti Dewi Kalsum puteri Ajengan Ardiwisastera. dikurnia dua belas anak, tiga yang terakhir lahir di hutan-hutan belantara Jawa Barat.

Pada 1943, ketika pemerintahan Jepun dia sertai MIAI (Madjlis Islam 'Alaa Indonesia) di bawah pimpinan Wondoamiseno, sekaligus menjadi sekretaris dalam Majelis Baitul-Mal pada organisasi tersebut. Dia juga turut memberi latihan kemiliteran di Institut Suffah, yang menjadi salah satu organisasi gerilya Islam utama sesudah perang, iaitu Hizbullah dan Sabilillah, yang akhirnya menjadi inti Tentara Islam Indonesia di Jawa Barat.

Pada Ogos 1945 menjelang berakhirnya kekuasaan Jepun di Indonesia, Kartosoewirjo dan tentara Hizbullah berada di Jakarta. Dia telah mengetahui kekalahan Jepun dari sekutu, dia berencana: kinilah saatnya rakyat Indonesia, khususnya umat Islam, merebut kemerdekaannya dari tangan penjajah

Beliau pun memproklamasikan kemerdekaan pada bulan Ogos 1945. Tetapi proklamasinya ditarik kembali sesudah ada pernyataan kemerdekaan oleh Soekarno dan Mohammad Hatta. Padanya untuk sementara waktu dia tetap loyal kepada Republik dan menerima dasar 'sekuler'nya.

Situasi yang kacau akibat agresi militer kedua Belanda, apalagi dengan ditandatanganinya perjanjian Renville antara pemerintah Republik dengan Belanda. Perjanjian gencatan senjata, pengakuan garis demorkasi van Mook dan pemerintah RI akui kedaulatan Belanda atas Indonesia.

Kerana persetujuan ini, Tentera RI dalam Jawa Barat, Divisi Siliwangi, mematuhi ketentuan-ketentuannya. TNI ini pula memakai istilah Islam, "hijrah", dengan sebutan ini dia menipu jutaan rakyat Muslim, yang mahukan Tentera Islam. 

Pada tahun 1949, Indonesia mengalami suatu perubahan politik besar-besaran. Pada saat Jawa Barat mengalami kekosongan kekuasaan, maka ketika itu terjadilah sebuah proklamasi Negara Islam di Nusantara, sebuah negara Al-Jumhuriah Indonesia kelak dikenal sebagai DI/TII. 

DI/TII di dalam sejarah Indonesia sering disebut "Islam muncul dalam wajah yang tegang." Bahkan, dimanipulasi sebagai sebuah "pemberontakan", walaupun ia merupakan sebuah perjuangan suci anti-kezhaliman yang terbesar. Ia sebenarnya adalah kerana sebuah "cita-cita", sebuah "mimpi" yang diilhami oleh ajaran-ajaran Islam yang lurus.

Akhirnya, perjuangan panjang Kartosoewirjo selama 13 tahun pupus setelah Kartosoewirjo sendiri tertangkap. Pengadilan Mahadper, 16 Ogos l962, menyatakan bahawa perjuangan suci Kartosoewirjo dalam menegakkan Negara Islam Indonesia itu adalah sebuah "pemberontakan". Hukuman mati kemudian diberikan kepada mujahid Kartosoewirjo itu, yang juga akhirnya disebut  Asy-syahid S.M. Kartosoewirjo.

Namun sejak kemerdekaan RI diproklamasikan (17 Ogos 1945), kaum nasionalis sekulerlah yang memegang tampuk kekuasaan negara dan berusaha menerapkan prinsip-prinsip kenegaraan sekuler. Dari sinilah dimulainya pertentangan serius antara kalangan Islam dan kaum nasionalis sekuler.

Kerana kaum nasionalis sekuler mulai secara efektif memegang kekuasaan negara, maka pertentangan ini selanjutnya dapat disebut sebagai pertentangan antara Islam dan negara sekuler.

Ketiga..

Walaupun dituduh pemberontak, jasad beliau telah tiada dan tidak diketahui di mana pusaranya kerana alasan-alasan tertentu dari pemerintahan Soekarno, tapi jiwa dan perjuangannya akan tetap hidup sepanjang masa. Sangatlah aneh, bila perjuangan yang dilakukannya itu mendapat sambutan yang luar biasa dari daerah-daerah lain di Indonesia, seperti di Jawa Tengah, di Sulawesi Selatan, di Kalimantan, dan di Aceh.

Di Aceh, Gerakan DI/TII Daud Beureueh.

Perlawanan dimulai dengan "Proklamasi" Daud Beureueh bahawa Aceh merupakan bagian "Negara Islam Indonesia" di bawah pimpinan Imam Kartosuwirjo pada tanggal 20 September 1953. Daued Beureueh pernah memegang jabatan sebagai "Gubernur Militer Daerah Istimewa Aceh" sewaktu agresi militer pertama Belanda pada pertengahan tahun 1947. 

Daud Beureuh juga berhasil mempengaruhi pejabat-pejabat Pemerintah Aceh, khususnya di daerah Pidie. Daud Beureuh dapat mengusai sebagian daerah Aceh. Setelah didesak dari kota-kota besar, Daud Beureuh meneruskan pemberontakannya di hutan-hutan. 

Penyelesaian terakhir Pemberontakan Daud Beureuh ini dilakukan dengan suatu "Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh" pada bulan Desember 1962 atas prakarsa Panglima Kodam I/Iskandar Muda, Kolonel Jendral Makarawong. 

Di Kalimantan Selatan, Gerakan DI/TII Ibnu Hajar

Pada Oktober 1950 DI/ TII juga tercatat melakukan pemberontakan di Kalimantan Selatan dipimpin oleh Ibnu Hajar. Pada akhir tahun 1959 Ibnu Hadjar beserta seluruh anggota gerombolannya tertangkap dan dihukum mati.
(Lihat: "Mencari Ibnu Hajar dalam Sejarah. banjarmasin.tribunnews.com. 25 Juni 2013. Diakses tanggal 28 November 2014Singh, Bilveer (2007). The Talibanization of Southeast Asia. Greenwood Publishing Group, Inc. p. 31. Sjamsuddin, Nazaruddin (1985). The Republican Revolt: A Study of the Acehnese Rebellion. Institute of Southeast Asian Studies. p. 247.)

Di Jawa Tengah Gerakan DI/TII Amir Fatah

Amir Fatah merupakan tokoh yang membidani lahirnya DI/TII Jawa Tngah. Semula ia bersikap setia pada RI, namun kemudian sikapnya berubah dengan mendokong Gerakan DI/TII. Perubahan sikap tersebut disebabkan oleh beberapa alasan. 

Pertama, terdapat persamaan ideologi antara Amir Fatah dengan S.M. Kartosuwirjo, iaitu keduanya menjadi pendokong setia ideologi Islam. 

Kedua, Amir Fatah dan pendukungnya menganggap bahawa aparatur Pemerintah RI dan TNI yang bertugas di daerah Tegal-Brebes telah terpengaruh oleh "orang-orang Kiri", dan mengganggu perjuangan umat Islam.

Ketiga, adanya pengaruh "orang-orang kiri" tersebut, Pemerintah RI dan TNI dianggap tidak menghargai perjuangan Amir Fatah dan para pendokongnya selama itu di daerah Tegal-Brebes. Bahkan kekuasaan yang telah dibinanya sebelum Agresi Militer II, perlu diserahkan kepda TNI di bawah Wongsoatmojo. 

Keempat, adanya perintah penangkapan dirinya oleh Mayor Wongsoatmojo. Hingga kini Amir Fatah dinilai sebagai pembelot baik oleh negara RI mahupun umat muslim Indonesia. (Lihat: Gerakan DI/TII Amir Fatah 1949-1950 : suatu pemberontakan kaum Santri di Daerah Tegal-Brebes" (PDF). University of Indonesia Library. Diakses tanggal 28 November2014.)

Di Sulawesi Selatan, Gerakan DI/TII Qahar Muzakkar.

Pemerintah berencana membubarkan Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) dan anggotanya disalurkan ke masyarakat. Tenyata Kahar Muzaffar menuntut agar Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan dan kesatuan gerilya lainnya dimasukkan dalam satu brigade yang disebut Brigade Hasanuddin di bawah pimpinanya. 

Tuntutan itu ditolak. Pemerintah menyalurkan bekas gerilyawan itu ke Corps Tjadangan National (CTN). Pada saat dilantik sebagai Pejabat Wakil Panglima Tentara dan Tetorium VII, Kahar Muzakkar beserta pengikutnya melarikan diri ke hutan dengan membawa persenjataan lengkap dan mengadakan perlawanan.

Kahar Muzakkar mengubah nama pasukannya menjadi Tentara Islam Indonesia dan menyatakan sebagai bagian dari DI/TII Kartosuwiryo pada 7 Ogos 1953. Akhirnya pada 3 Februari 1953 Kahar Muzakkar tertembak mati oleh pasukan ABRI dalam sebuah baku tembak. (Zurbuchen, Mary (2005). Beginning to remember : The past in the indonesian present. Seattle: University of Washington Press.)

Mengapa Luar Biasa?

Mengapa, perjuangan yang dilakukan Kartosoewirjo itu mendapat sambutan yang luar biasa? Ini adalah kerana agama Islam itu sendiri mewajibkaan penganutnya ber'Negara Islam'.

Ini dalilnya..

1. Al Qur’an surat Annisa ayat 59: 
  • Wahai orang-orang yang beriman ta’atlah kamu sekalian kepada Allah (iaitu dengan melaksanakan segala aturanNya dalam Al-Qur’an) dan ta’atlah kepada Rasul (iaitu dengan melaksanakan aturan-aturannya sebagiamana tercantum dalam hadits shahih). Dan ta’atlah kepada ulil amri (pemerintah; yang membimbing, mengatur, dan mengawasi pelaksanaan Al qur’an dan Hadits) dari golongan kamu sekalian (tentunya dari golongan orang yang beriman yang ta’at kepada Allah dan RasulNya. Dan jika terjadi perseisihan diantara kamu sekalian dalam sauatu urusan, maka kembalikanlah kepada Allah (iaitu kepada Al Qur’an) dan Rasul (iaitu kepada sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu adalah baik dan itulah sebaik-baiknya penyelesaian.
Jika mantuq ayat menyatakan wajib ta’at kepada Allah, Rasul dan Ulil amri maka mafhumnya kita wajib berulil amri, dan Uil amri minkum hanya ada dalam negara Islam, maka dengan sendirinya ummat Islam wajib bernegara Islam.

Qaidah usul fiqih menyatakan “Apa-apa yang tidak menyempurnakan suatu kewajiban kecuali dengannya maka dia itu wajib”. Kewajiban menta’ati ulil amri tidak mungkin boleh, kecuali ada negara Islam, maka negara Islam itu wajib juga adanya.

2. Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 208: 
  • Wahai orang yang beriman, masuklah kamu sekalian ke dalam Islam secara menyeluruh dan janganlah mengikuti langkah-langkah syaitan, sesungguhnya syaitan itu adalah musuhmu yang nyata.
Masuk ke dalam Islam secara menyeluruh, ertinya aturlah segala aspek kehidupan kita dengan ajaran Islam. Ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, militer (ipoleksosbudmil) hendaklah diatur secara Islam, kerana Dienul Islam merupakan ajaran/way of life yang lengkap, sebagaimana Allah nyatakan dalam surat Al Maidah ayat 3. 
  • “Hari ini aku sempurnakan bagimu Dien kamu, dan aku cukupkan pula nikmatku bagimu serta aku ridho padamu (yang menjadikan) Islam sebagai aturan hidupmu”. 
Ahli fiqih telah merinci ajaran Islam terdiri dari aqidah (keyakinan/ideologi) dan syari’ah (aturan/perundang-undangan) yang meliputi aturan ubudiah (peribadahan), muamalah (ekonomi), munakahat (pernikahan), jinayat (hukum pidana), mawaris (pembagian warisan), siyasah (politik), jihad (perjuangan dan peperangan), dakwah/amar ma’ruf nahi munkar, kerukunan beragama (toleransi), pendidikan (tarbiyah), akhlakul karimah, seni dan teknologi (budaya), kesihatan dsb.

Allah mewajibkan kita agar segala aspek kehidupan diatur secara hukum Islam yang lengkap, dimana untuk itu diperlukan adanya negara, yang para ulil amri dan rakyatnya memberlakukan hukum Islam. Oleh kerana itu berusaha menegakkan negara Islam merupakan kewajiban kita semua. 

3. Al Qur’an surat Al Maidah ayat 44, 45, 47:
  • …Barang siapa tidak berhukum dengan apa-apa yang telah diturunkan oleh Allah, maka mereka adalah orang-orang kafir. …Barang siapa tidak berhukum dengan apa-apa yang telah diturunkan oleh Allah, maka mereka adalah orang-orang zhalim. …Barang siapa tidak berhukum dengan apa-apa yang telah diturunkan oleh Allah, maka mereka adalah orang-orang fasiq.
Konteks ayat-ayat di atas iaitu Allah memberikan gambaran kepada ummat Islam, bahawa orang bani Israil dan Nasrani tidak mau berhukum kepada Taurat dan Injil, dan demikian juga kepada ummat Islam, ummat Muhammad SAW. Jika tidak mahu berhukum dengan Al Qur’an maka akan termasuk orang-orang kafir, zhalim, atau fasiq.

Dikatakan kafir, kalau dia menolak aturan kebenaran Allah. Dikatakan zhalim atau aniaya, kalau menerima kebenaran aturan Allah tetapi lebih bagus, lebih cocok, jika menggunakan hukum yang lain. Dan dikatakan fasiq jika mereka menerima hukum Allah tetapi tidak mahu melaksanakannya kerana pertimbangan keluarga, tahta, dan harta (QS. 9:24). Ketiga macam tipe manusia itu semuanya berdosa, tidak akan selamat dunia dan akhirat.

Larangan disertai sangsi yang berat, jelas hukumnya wajib. Kita wajib berhukum Islam, yang pelaksanaannya ada yang perlu dilaksanakan secara bernegara, seperti pelaksanaan hukum hudud, qisash, siasah, jihad fisabilillah dan amar ma’ruf nahi munkar. Oleh kerana itu negara wajib melaksanakan hukum Islam atau dengan kata lain ummat Islam wajib bernegara Islam. 

4. Al Qur’an surat As Shaf ayat 9:
  • Allah yang telah mengatur RasulNya dengan membawa petunjuk dan Dienul Haq, agar (Rasul) menzhohirkannya (mengunggulkannya /memenangkannya) di atas dien-dien lainnya, sekalipun orang –orang musyrik membencinya.
Inilah misi Rasullullah yang wajib dilanjutkan oleh ummatnya. Kita wajib menzohirkan Islam, sehingga:
  • “...jadilah aturan hidup seluruhnya adalah aturan kepunyaan Allah (Islam) agama-agama lain silahkan hidup”. (QS. 8:39).
Tetapi aturan hidup ke masyarakat diatur secara Islam. Oleh kerana itu mana mungkin Islam dapat zhohir seperti itu di negara yang bukan Islam? Maka berusaha untuk memiliki negara Islam adalah wajib. 

5. Al Qur’an surat An Nur ayat 55:
  • Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman diantara kamu sekalian yang selalu beramal soleh:
  • 1. Pasti Allah akan memberikan kekuasaan kepada mereka, sebagaimana Allah telah memberi kekuasan kepada ummat sebelum mereka; dan 
  • 2. Pasti Allah akan meneguhkan tegaknya dien mereka, yang Allah ridhoi bagi mereka; dan 
  • 3. Pasti Allah akan mengganti situasi yang pernah dengan ketakutan, menjadi situasi yang aman tetntram. 
  • 4. Mereka semua mengabdi kepada Aku, tidak sekali-kali menyekutukan daku sedikitpun (QS. 24:55).
Betapa Indah janji Allah; orang beriman, akan diberi kesempatan untuk berkuasa disuatu negara atau mungkin di muka bumi ini yang dengan kekuasaan itu zohirlah Islam mengatur bangsa dan ummat sedunia, sehingga negara akan tenang dan tentram, subur makmur loh jinawi. Penduduknya akan senang beribadah mengabdikan dirinya kepada Allah dan dijauhinya segala bentuk kemusyrikan.

Itulah gambaran hidup hasanal fid dunya wal akhirat. Masya Allah, mungkinkah janji itu akan jatuh dari langit begitu saja? Negara macam mana yang patut menerima janji itu? Mungkinkah negara yang tidak berlandaskan hukum Islam dapat menerima janji Allah ini? Tidak mungkin. Tetapi hanyalah negara yang melaksanakan syari’at Islam, atau negara Islamlah yang berhak menerimanya. 

6. Hadits Nabi yang menyatakan:
  • Sungguh telah aku tinggalkan dua perkara yang jika kamu berpegang kepada keduanya pasti tidak akan sesat selama-lamanya; iaitu Kitabullah dan Sunnah NabiNya.
Kita menginginkan hidup ada dalam lindungan Allah, kita ingin dijauhkan dari segala kesesatan, kita ingin memiliki negara yang selalu menjauhkan ummatnya dari bentuk-bentuk aturan yang menyesatkan.

Maka jadikanlah Al Qur’an dan Sunnah Rasul sebagai sumber hukum dalam negara itu. Dan jika suatu negara telah menjadikan Al qur’an dan Sunnah Rasul sebagai sumber hukum, maka otomatis negara itu adalah negara Islam.

7. Al Qur’an surat Al Ahzab ayat 21:
  • Sungguh dalam diri Rasulullah itu terdapat conoth yang baik bagi kamu yaitu bagi orang-orang yang mengharap keridhoan Allah dan keselematan hari akhir serta banyak mengingat Allah.
Melihat siroh Rasul sewaktu beliau berada di Madinah, beliau adalah pemimpin  ulung, politikus piawai, yang menggerakkan kaum Muhajirin dan Anshar untuk bersama-sama melaksanakan aturan Allah SWT. Mereka berperang dengan musuh yang menghadangnya. Beliau mengirimi duta-duta diplomatnya ke luar negri untuk tujuan da’awah dan pengakuan existensi Madinah. 

Inilah uswah bagi kita, ternyata Rasululah itu bernegara sebab syariat bernegara iaitu ada rakyat, pemimpin, undang-undang dan wilayah yang dikuasai jelas terpenuhi, bahkan dilengkapi lagi dengan adanya tentera dan pengakuan luar negara. Kehidupan bernegara ini dilanjutkan oleh para khulafaur Rasyidin dan khalifah-khalifah selanjutnya.

Negara apa di zaman Madinah Rasul itu? Kerana undang-undang yang dipakainya adalah Al qur’an dan sunnah Rasul maka itulah Negara Islam yang wajib kita teladani dan wajib pula diperjuangkan.

Maka pada saya, 3 perkara ini wajib kita ingat bila kita barkunjung ke Tasikmalaya. Bas yang saya tumpangi dari Jakarta tadi sudah sampai, saya turun untuk menjelajahi kampung-kampung terpencil di pergunungan Tasikmalaya.

Insya Allah, perjalanan diteruskan. Bersambung.

Catatan Perjalanan Ibnu Hasyim, 
Jakarta Ke Tasikmalaya (1)
ibnuhasyim@gmail.com 

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails