Saturday, October 13, 2012

Dirogol & Dibuang Sekolah... Durjana Facebook?

ilustrasi Facebook

JAKARTA: MATA gadis cilik itu berkaca-kaca, dengan suara sayu ia menceritakan apa yang dialaminya Isnin 8 Oktober 2012 lalu. Pagi itu, ia kembali ke sekolah dengan langkah berat dan kepala yang tertunduk.  Sudah dua minggu ia tak masuk sekolah.

Ani, berumur 14 tahun, itulah contoh namanya. Dia tak mahu pergi sendirian, ia dihantar ibunya, Raudan. “Saya minta Mama hantar sampai gerbang sekolah saja. Saya sekolah kerana ingin bertemu teman-teman,” kata Ani.

Seperti biasa, tiap Isnin, upacara naik bendera dilaksanakan di halaman sekolah SMP Budi Utomo. Ani bergabung dengan teman-temannya yang lain, berdiri di barisan tengah peserta upacara. Awalnya semua berlangsung seperti biasa. Hingga giliran Ketua Yayasan Budi Utomo, Renata, yang jadi inspektur upacara memberikan sambutan.

“Ibu ketua yayasan bilang, ‘saya tidak mahu ada murid yang telah merosak nama baik sekolah tetapi tetap bersekolah di sini’,” kata Ani menirukan ucapan Ibu Renata saat upacara. Sontak. Semua mata melihat ke arahnya. “Teman-teman terus melihat saya. Saya malu.”

Setelah upacara selesai, masih menahan malu, Ani masuk kelas untuk mengikuti pelajaran. Baru saja duduk dan menyiapkan buku, guru Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH), Farid, memintanya kemas perlengkapan sekolah dan keluar dari kelas.

“Saya kaget diusir dari kelas. Saya tidak percaya dikeluarkan dari sekolah,” kata dia.

Dengan air mata berlinang, Ani berlari ke arah ibunya, yang masih ada di depan sekolah.  Raudan yang terkejut dengan pengakuan puterinya berusaha menemui guru dan ketua yayasan untuk minta penjelasan.  Namun tak ada yang menemuinya. Keduanya lantas pulang dengan perasaan terluka.

Insiden pengusiran Ani menjadi perhatian banyak pihak. Keesokan harinya diumumkan pertemuan antara anggota DPRD Kota Depok, Dinas Pendidikan Kota Depok, pihak sekolah, mangsa, dan keluarga mangsa.. Pertemuan dimulai pukul 09.00 WIB itu secara tertutup. Selesai pertemuan, pihak sekolah membantah telah mengusir Ani.

“Mungkin Ani dan ibunya salah persepsi. Yang jelas, kami dari pihak sekolah tidak pernah mengeluarkan siswa tanpa surat dan pernyataan resmi,” kata Ketua Yayasan Budi Utomo, yang juga kepala sekolah, Renata, dalam keterangan media bersama pertemuan tiga pihak, di pejabat yayasan sekolah di Depok, Selasa 9 Oktober 2012. Dia balik menuding orangtua Ani tidak kooperatif.

Mendengar pernyataan itu, Raudan langsung naik pitam dan memotong pernyataan Renata. Ia mengaku menjadi saksi anaknya memang sempat dikeluarkan sekolah. Sementara, Ani tak banyak cakap dan selalu bersembunyi di belakang ibunya, mengaku trauma, meski ia sudah diizinkan kembali ke sekolah.

“Saya mahu sekolah. Tapi kalau kembali ke Budi Utomo belum tahu, saya takut ada tekanan,” kata dia.

Diculik dan diperkosa.

Kisah tragis diawali dengan perkenalan dengan seorang lelaki, contoh namanya dipanggil Anon. Berkenalan melalui situs jejaring sosial, Facebook. Satu bulan berhubungan di dunia maya, semakin rapat hingga mengaku sebagai sepasang kekasih.  Tidak lama pula, pasangan itu pun putus dan memutuskan menjadi teman.

Belum lama ini, Ani dan Anom kembali berkomunikasi. Anom adalah pemandu angkutan kota (bas mini kenderaan awan) Depok-Parung itu, mengajak  Ani ke Parung, Bogor. Ajakan itu ditolak oleh Ani. Tetapi, setelah dipujuk-pujuk dengan wang Rp300 ribu (kira-kira RM100). “Itu katanya buat jajan-jajan saat jalan nanti." Cerita Ani lagi.

Ani terjebak, pelaku menculik mangsa dan menyekap di empat lokasi berbeda. Sehari ia hanya makan sekali, diperlaku kasar, dan yang lebih parah, dipaksa melayani nafsu jahat Anom dan  diperkosa dua teman pelaku. “Dia pukul saya kalau tidak mahu layan. Tak cuma itu Pak, dia paksa saya minum minuman keras. Saya takut… Setiap hari saya dijaga dua sampai tiga lelaki,” kata Ani.
.
Ani nyaris dijual ke Batam. Hingga akhirnya gadis kecil ini berhasil lepas dari serkapan pelaku setelah seorang perempuan separo baya melihatnya di kawasan Terminal Depok. Minggu 30 September 2012 siang.  “Ibu itu panggil-panggil saya. Lalu saya ditarik, katanya saya sedang dicari di akhbar dan TV. Bila saya ditarik, pelakunya langsung hilang naik angkot (angkutan kota).”

Jerat Facebook

Apa yang terjadi pada Ani boeh menimpa siapapun. Menutut berita dari Jakarta ini, hingga September 2012, sudah 21 remaja puteri yang menjadi mangsa eksploitasi  oleh orang yang dikenalnya melalui jejaring sosial seperti Facebook. Satu di antaranya meninggal dunia.

“Ini sangat mengkhawatirkan. Ada yang diculik, dirompak, mangsa perdagangan manusia dan pelecehan seksual. Satu kes ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa lagi,” kata Ketua Komnas Perlidungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait.

Kerana itu, pengawasan ibubapa memantau pergaulan anak khususnya melalui media sosial di internet penting dilakukan. “Orangtua perlu lebih intensif  memantau pertemanan, terlebih pergaulan di dunia maya yang dilakukan anaknya,” katanya.

Selain itu pengetahuan internet juga mutlak dipelajari orangtua. “Kerana itu, orangtua juga harus peka terhadap teknologi, ya jangan terlalu gagap teknologi. Orangtua harus mengerti dan memahami internet.”

Komen Weblog Ibnu Hasyim: Dan ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Tapi di seluruh di dunia, termasuk Malaysia. Seperti dimuat Daily Mail 4 Oktober 2012,  Polis Amerika Syarikat (AS) mengeluarkan peringatan soal keamanan internet pasca penangkapan seorang lelaki 19 tahun yang didakwa memperkosa seorang gadis berusia 13 tahun yang ditemuinya di Facebook. 

Penyelidik di North Carolina, AS menangkap Robert Weaver pada Selasa pagi. Penyelidikan mengungkap, Weaver punya 1,200 teman di Facebook, majoriti remaja puteri. Juga seorang lelaki 35 tahun asal Lexington County, William Spivey dipenjara atas tuduhan meminta seorang gadis 13 tahun untuk melakukan hubungan seksual dengannya. Ia memakai nama palsu semasa melakukan aksinya. Nasib baik pesan jahat itu diketahui ibu mangsa.

“Jutaan pengguna mendaftar ke situs media sosial seperti Facebook setiap hari,” kata Jaksa Agung South Carolina, Alan Wilson.

Dengan  wajah  yang terpampang di jejaring sosial yang melekat pada setiap nama, itu menjadi syurga bagi predator. “Facebook, ibarat  gergaji, dapat menjadi alat berguna di tangan orang yang betul," kata Wilson. “Tapi, di tangan orang tidak memahami kekuatannya, itu menjadi senjata yang membunuh.”

Sementara, seperti dimuat CNN,  mulai 1 Ogos 2012, negara bahagian Lousiana, AS mewajibkan, orang yang terbukti melakukan pelanggaran seksual dan predator anak, wajib mencantumkan status kriminalnya di Facebook dan jejaring sosial. Sebuah keputusan yang mendapat sokongan dari pihak Facebook. Situs jejaring sosial seperti Facebook dan MySpace sejak bertahun-tahun lalu telah menghapus para pelanggar seks dari halaman situs mereka.

Namun, sifatnya lebih sebagai "pemadam kebakaran". bukan mencegah!! (IH/Pelbagai sumber)

Lihat sebelum ini..
E-Buku IH-55: Bongkar Penipuan Dalam Internet
E-Buku IH-55: Bongkar Penipuan Dalam Internet

No comments:

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails