Sunday, March 14, 2010

Jaringan Dulmatin, Mengapa Beraksi di Aceh? -RNW

by




TEWASNYA teroris kunci Dulmatin pekan ini mengungkap tampilnya jaringan teror baru, yang merupakan mutasi dari sisa sisa Jemaah Islamiyah atau J.I. Tapi mengapa mereka bergerak di Aceh?

Tersingkirnya salah satu tokoh utama teror di Asia Tenggara ini menguntungkan kredibilitas pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, namun seberapa jauh implikasi jaringan baru itu masih sulit diduga.

SBY: Alhamdulillah, kepolisian Indonesia telah melumpuhkan satu tokoh Asia Tenggara, teroris, Dulmatin.

Dengan berakhirnya kisah Dulmatin, perakit bom Bali pertama yang menelan 202 jiwa pada tahun 2002 itu, maka Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, selagi berkunjung di Australia, dapat sekaligus mengunduh berkah. Di luar negeri kredibilitas meningkat, dan di dalam negeri, mendapat acungan jempol.

Aceh

Namun kasus Dulmatin menyisakan sejumlah isu dan pertanyaan. Lagi lagi pelaku kunci teror ditembak mati sebelum dapat digali keterangan lebih jauh. Lagi lagi, alasannya stereotip aparat keamanan yang khawatir si teroris mengantongi pemantik bom. Lebih penting lagi, berbeda dengan teror bom Ritz Carlton dan JW Marriot tahun lalu, teror kali ini menyingkap adanya jaringan dan pelatihan baru yang justru diawali di kawasan yang baru lima tahun lalu mengenyam damai, yaitu Aceh.

Aceh sebagai daerah pasca-konflik banyak diduga masih menyimpan bara: bara berupa kesumat, mau pun senjata ilegal. Selain itu, Aceh justru merupakan daerah Shariah Islam dengan pantai sepanjang 1700an kilometer, yang - seperti di masa konflik - relatif mudah menjadi pintu masuk selundupan senjata lewat Selat Malaka. Jadi, seberapa serius jaringan baru Dulmatin ini, dan pautannya dengan Aceh, sehingga dapat membawa implikasi nasional mau pun internasional?

Basis Asteng

Gubernur Aceh Irwandi Yusuf, di Jakarta, menyatakan gerakan terror ini bermaksud menjadikan Aceh sebagai basis baru Asia Tenggara.

Irwandi Yusuf: Saya pribadi mengetahui jaringan ini sejak setahun lalu. Karena masyarakat Aceh muslim semuanya, agak mudah bagi mereka untuk masuk. Yang kedua disangkanya karena ada GAM di Aceh, mereka mudah berlindung dibalik GAM. Dua-dua alasan ini keliru. Mereka eskalasi, jadi lebih fokus kepada latihan. Memulai kegiatan dengan masuk ke kampung-kampung, membikin ceramah, menunjukkan akhlak ul-karimah. Tapi masyarakat Aceh langsung curiga. Yang ikut latihan lebih kurang 50 orang Rencana mereka memang mau menjadikan Aceh sebuah basis untuk Asia Tenggara.

Menurut Gubernur Irwandi, kasus ini bukan murni Aceh. Tak ada kaitannya dengan GAM, tegasnya.

Irwandi Yusuf: Awal dari kebangkitan grup ini ketika Israel menyerang Gaza. Lalu di Indonesia terjadi perekrutan. Setelah selesai dikirim ke Jawa. Ya itulah delapan orang, dari sekian orang di Aceh yang dilatih lanjutan di Pulau Jawa. Mereka bergerak ke Aceh. Ini masih pada tahap sangat-sangat awal.

Serangan Brimob 22 Februari di hutan dekat Jantho, Aceh Besar, itulah yang akhirnya bermuara pada pengepungan Dulmatin 9 Maret di Pamulang, Banten. Dari titik inilah, kemudian berkembang berbagai tafsir dan tanda tanya. Bahwa mereka berseragam dan bersenjata, bahkan cakap menembak-jitu, ini menunjuk kemungkinan terlibatnya sisa sisa atau sempalan eks GAM.

Sebaliknya, adanya guru-guru agama atau ustad dari luar yang menyusup ke desa-desa, memberi kesan yang mirip sekali dengan pola menyamar Kopassus di Aceh semasa konflik. Lagi pula, tak jauh dari kamp pelatihan itu ada perkampungan transmigran Jawa yang dapat menjadi ladang rekrutmen. Dan sebelumnya, menjelang pemilu tahun lalu, ada sejumlah serangan terhadap orang asing di Aceh. Adakah kaitan Dulmatin dengan itu?

Irwandi Yusuf: Ada. Ya penembakan orang Jerman di Banda Aceh.

Walhasil, Gubernur Irwandi pun tidak mutlak menutup kemungkinan pola lama itu.

Jaringan Baru

Sementara itu jaringan baru di Aceh itu sendiri dalam kampanyenya menyebut diri sebagai cabang "Al Qaidah Asia". Namun, jelas, cabang yang lazim dikenal sebagai Jemaah Islamiyah atau JI itu, tahun tahun belakangan sudah pudar. Pengamat yang dekat dengan sumber kepolisian, Hermawan Sulistyo, mencatat sejak Azahari dan Noordin Top tersingkir, sisa-sisa militan kini sulit bergerak di Jawa.

Peneliti Sidney Jones, dalam pesan dari Manila kepada Radio Nederland, menunjuk ada mutasi di kalangan sisa sisa J.I. yang bangkit karena kecewa bahwa para pendahulunya telah meninggalkan jalan kekerasan. Pendapat ini sejalan dengan kalangan mantan J.I. seperti Ali Fauzi bahwa munculnya jaringan baru itu perlu untuk menggantikan kepemimpinan lama yang runtuh.

Dengan demikian, kecemasan dunia, khususnya Asia Tenggara, akan munculnya jaringan terror baru dari Jawa dan Aceh, sesungguhnya tak akan segera terobati dengan tewasnya seorang Dulmatin dan jaringannya. (Pandangan Radio Nederland Wereldomroep)

No comments:

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails