Thursday, January 17, 2013

Politik: Rhoma Irama Kempen Melalui Dangdut?


Anak buah Rhoma Irama protes dangdut tak boleh buat kampanye
POLITIK INDONESIA

Anak buah Rhoma Irama protes dangdut tak boleh buat kampanye  
PENYATAAN Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menyarankan agar Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 mendatang, tidak menggunakan musik dangdut sebagai alat kampanye, menuai kritik dari Soneta Fans Club Indonesia (SFCI) Jawa Timur.

Para penggemar Rhoma Irama di Jawa Timur mengaku keberatan dan kecewa terhadap statmen SBY tersebut. Sebab, mereka menilai, nuansa politik dari pernyataan SBY itu, sangat kental. Seperti diketahui bersama, pada Pilpres 2014 mendatang, si 'Raja Dangdut' Rhoma Irama, akan maju bersaing merebut kursi RI 1.

"Jika KPU menangkap statmen tersebut sebagai intruksi, maka ini adalah pelemahan secara sistematis pada salah satu figur calon presiden,' kata Ketua SFCI Jawa Timur, Surya Aka Syahnagra, Kamis (17/1).

Di luar konteks politik, lanjut dia, pernyataan SBY itu menunjukKan, sebagai presiden, dia tidak memiliki sensifitas terhadap karya anak bangsa. "Musik dangdut itu adalah salah satu jenis musik yang paling dicintai masyarakat Indonesia. Apalagi, saat ini, Kemendikbud tengah melakukan proses ke Unesco, agar menjadikan musik dangdut sebagai World Heritage."
Untuk itu, Surya Aka menegaskan, kalau pihaknya sangat tidak sepakat, dangdut dianggap sebagai pemicu kerusuhan saat kampanye. Grup dangdut Soneta pimpinan Rhoma Irama, kata dia, sudah sejak masa orde baru mengawal kampanye Pemilu dan buktinya selalu tertib.
"Dangdut harus diakui sebagai komponen yang ikut memberikan ketenangan dalam suksesnya kampanye."

Sebelumnya pada 15 Januari lalu, di Hotel Borobudur, Jakarta, SBY mengingatkan partai politik terkait cara berkampanye. Dia memaparkan, sebaiknya, kampanye dengan jumlah ratusan ribu orang, mulai dikurangi. Dia menyarankan, untuk tidak menggunakan konser dangdut demi menarik perhatian rakyat.

"Yang penting media massa mau siarkan. Yang penting rakyat mendengar. Daripada ratusan ribu malah tidak dengar, malah minta air, dangdut. Bukan dilarang, barang kali dibatasi oleh KPU. Dengan demikian lebih tertib dan lebih hemat. Kalau pemilu malah dari mana cari uangnya. Saya takutnya salah mencari uang itu," kata SBY.

SBY menyarankan debat antar-calon presiden dibuat dengan program lebih terarah, sehingga masyarakat bisa mendengar langsung paparan yang disampaikan. Kondisi itu berhasil diterapkan ketika Amerika Serikat tengah menggelar Pilpres di negaranya beberapa waktu lalu.

Belakangan SBY membantah melarang musik dangdut. Menurutnya saat kampanye Demokrat tahun 2009 juga dulu sering menggunakan musik dangdut.

Komen Weblog Ibnu Hasyim: Oh, tidak hairan itu, di Malaysia pun ada, dalam beberapa pilihan raya (Pemilu) kecil dan besar, UMNO partai Melayu di Malaysia juga buat kerja yang sama.  Apa pula kata PKS (Partai Kebangkitan Sejahtera) atau Partai Islam Indonesia? (IH) 

Lihat sebelum ini.. 

No comments:

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails