Sunday, December 31, 2017

10 Alasan Muslim Tak Boleh Rayakan Tahun Baru 1 Jan.

merayakan tahun baru

KETIKA tahun masehi berganti, ramai yang merayakannya, termasuk sebahagian muslimin. Mulai dari sekedar meniup-niup terompet, ikut pesta bunga api, acara muzik, hingga ke model-model perayaan yang lebih layak disebut acara kemaksiatan.

Ini 10 hal cukup menjadi alasan bagi seorang muslim untuk tidak ikut merayakan tahun baru..


1. Alasan Sejarah
Dalam The World Book Encyclopedia disebutkan bahawa Penguasa Romawi Julius Caesar menetapkan 1 Januari sebagai hari permulaan tahun baru semenjak abad ke 46 SM. Orang Romawi mempersembahkan hari itu (1 Januari) kepada Janus, dewa segala gerbang, pintu-pintu, dan permulaan (waktu). 

Bulan Januari diambil dari nama Janus sendiri, iaitu dewa yang memiliki dua wajah – sebuah wajahnya menghadap ke (masa) depan dan sebuahnya lagi menghadap ke (masa) lalu. Jika demikian, merayakan tahun baru masehi memiliki kaitan historis dengan ritual/budaya paganisme Romawi. 
Rasulullah bersabda,
Bagaimana jika tidak tahu sejarah tersebut? Cukuplah firman Allah menjadi pengingat kita:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ

  • “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya” (QS. Al isra’: 36)
2. Tasyabbuh 

Perayaan tahun baru masehi adalah kebiasaan orang-orang barat yang sama sekali tidak sesuai dengan ajaran Islam. Merayakan tahun baru termasuk menyerupai kebiasaan mereka (tasyabuh). Kita patut khawatir, sebab tasyabuh boleh membuat seseorang jatuh ke dalam golongan yang diserupainya.


Rasulullah bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

  • “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.”(HR. Ahmad dan Abu Daud)

لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِغَيْرِنَا

  • “Bukan termasuk golongan kami siapa saja yang menyerupai selain kami” (HR. Tirmidzi; hasan)
3. Terompet Yahudi

Perayaan tahun baru identik dengan tiupan terompet. Bahkan meniup terompet dianggap sebagai perayaan yang paling sederhana menyambut tahun baru. Selain harganya murah, juga mudah dilakukan.

Tapi tahukah kita bahawa meniup terompet adalah kebiasaan Yahudi sehingga ketika ada sahabat mengusulkan meniup terompet sebagai tanda masuknya shalat, Rasulullah mensabdakan,

هو من أمر اليهود


  • “Membunyikan terompet adalah perilaku orang-orang Yahudi” (HR. Abu Daud; shahih)
4. Pemborosan

Merayakan tahun baru, khususnya dengan acara muzik dan pesta bunga api serta acara sejenisnya, pasti perlukan dana yang tidak sedikit. Hal ini termasuk bentuk pemborosan yang dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah SAW bersabda:

إن الله كره لكم ثلاثا قيل وقال وإضاعة المال وكثرة السؤال


  • “Sesungguhnya Allah membenci tiga hal pada kalian; khabar burung, membuang-buang harta, dan banyak bertanya.” (HR. Bukhari)
5. Begadang sepanjang malam

Salah satu bentuk perayaan tahun baru yang paling umum adalah menunggu detik-detik pergantian tahun, yakni tepat pukul 00:00. Dengan demikian, orang-orang yang merayakan tahun baru, mereka begadang hingga dini hari.

Begadang yang tidak memiliki kemaslahatan merupakan salah satu hal yang dibenci oleh Rasulullah. Jika tidak ada keperluan penting, Rasulullah biasa tidur di awal malam.

وَكَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَهَا وَالْحَدِيثَ بَعْدَهَا

Nabi SAW membenci tidur sebelum shalat isya’ dan ngobrol (sembang-sembang) setelah isya’ (HR. Bukhari)

6. Meninggalkan shalat

Sering kali, kerana begadang sepanjang malam dan baru tidur menjelang fajar atau pagi hari, orang yang merayakan tahun baru meninggalkan Shalat Subuh. Bahkan terkadang shalat isya’ juga tidak dihiraukan kerana acara perayaan sudah dimulai sejak petang.

Meninggalkan shalat adalah salah satu dosa besar. Bahkan meninggalkan shalat dengan sengaja, boleh menjerumuskan seseorang ke dalam kekufuran.

7. Sia-siakan waktu.

Merayakan tahun baru dengan berbagai bentuk aktifitinya, apalagi yang hura-hura, adalah termasuk menyia-nyiakan waktu. Padahal, dalam Islam, waktu sangatlah berharga sehingga Allah bersumpah demi waktu. Dan di akhirat nanti, seseorang juga tidak dapat beranjak dari tempatnya hingga ditanya waktunya untuk apa dihabiskan.

Imam Syafi’i membuat kesimpulan yang sangat tepat terkait dengan waktu:
ونفسك إن أشغلتها بالحق وإلا اشتغلتك بالباطل

  • Jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan disibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil)”

8. Ikhtilath

Perayaan tahun baru umumnya tidak memisahkan antara lelaki dan perempuan yang bukan mahram. Sehingga terjadilah ikhtilath yang luar biasa. Bersentuhan lawan jenis menjadi tidak dapat dielakkan, bahkan memang disengaja pun.

لأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ رَجُلٍ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لا تَحِلُّ لَهُ


  • “Ditusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi, sungguh lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya.” (HR. Thabrani; shahih)
9. Hal-hal haram

Perayaan tahun baru dengan muzik dan acara sejenis, kadang juga disertai dengan hal yang jelas-jelas haram. Misalnya minuman keras. Jika ini yang dilakukan tentu dosanya semakin banyak.

10. Terjerumus ke najis zina

Termasuk hal yang paling parah dalam perayaan tahun baru adalah terjerumus zina. Ini bukan kekhawatiran semata, kerana faktanya banyak berita yang melaporkan pembelian kondom meningkat menjelang tahun baru dan paginya di tanggal 1 Januari ditemukan banyak kondom terpakai di lokasi perayaan tahun baru.

Ada yang berzina kerana memang sudah direncanakan dari awal. Namun ada juga perempuan yang terjerumus ke dalam zina saat perayaan tahun baru kerana dimulai dari ikhtilath dan mengkonsumsi minuman keras hingga mabuk. Na’udzubillah min dzalik. 
(IH)

Lihat sebelum ini..

E-Buku IH-97: Siri Amalan Ibadah. Buat Sikit-sikit Dulu..

E-Buku IH-97: Siri Amalan Ibadah. Buat Sikit-sikit Dulu..

No comments:

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails