Thursday, July 28, 2011

Tak Boleh Paksa Keluar Masuk/Islam -Mualaf Bushill



LONDON Jun 2011: Lucy Bushill-Matthews (gambar), Muslimah yang baru masuk Islam (muallaf) dan ibu dari tiga orang anak, membawa khazanah baru dalam dunia Islam. Beliau wanita berpendidikan, dan gemar menulis.

Beberapa tulisannya dibukukan, yang terbaru tentang hal-hal keseharian menjadi Muslimah, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh penerbit Lentera Hati menjadi "AKU SEORANG MUSLIMAH MUALLAF: Kisah Lucu dan Sedih Menjadi Muslimah di Tanah Eropa".

Kepada Majalah Wanita Emel, beliau menulis refleksi tentang pilihan Islam. Berikut ini buah fikirannya:

Berita terbaru adalah tentang bersyahadatnya Lauren Booth, ipar Tony Blair. Muslim hampir secara universal gembira bahawa 'saudara perempuan' lain telah memilih untuk memeluk Islam. Walau diakui Booth: banyak yang suka, banyak pula yang tidak suka dengan pilihannya.

Al-quran menjunjung tinggi prinsip: "Tidak ada paksaan dalam menganut Islam." (2:256)

Pasal 18 dari Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia 1948 menyatakan: "Setiap orang berhak atas kebebasan berfikir, mengikuti hati nurani dan tuntunan agama."

Hal ini termasuk kebebasan untuk memilih agama, kebebasan untuk memilih bagaimana untuk menjalani hidup kita dengan iman sebagai kompas penuntun, kebebasan untuk membesarkan anak-anak kita dalam kerangka itu, dan -dari sudut kontroversial - kebebasan meninggalkan agama itu.

Ketika Nabi Muhammad mulai berkhutbah kepada masyarakat sekitarnya tahun 610M, hanya beliau sendiri sebagai seorang Muslim. Meskipun telah ada sepanjang sejarah kaum muslim (dengan 'm' kecil), secara harfiah bererti orang-orang yang beriman kepada Tuhan, namun belum ada yang percaya pada kredo lengkap, "Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusanNya".

Di era itu, setiap Muslim setelah Muhammad, adalah mualaf. Muslim bersukacita ketika orang lain menerima Islam, dan para pemimpin suku politeistik dari Quraisy menjadi semakin gelisah, pada satu titik mengusir seluruh masyarakat Muslim ke sebuah lembah tandus selama tiga tahun.

Hari ini, mengubah juga disambut dengan reaksi campuran, meskipun tanpa koreaksi yang sama dilontarkan jika ada Muslim baru. Masing-masing berlumba-lumba mencari tahu mengapa ia menerima Islam. Saya terkesan dengan jawaban Yusuf Islam alias Cat Stevens tiap kali ditanya tentang mengapa beliau masuk Islam, "Ya, mengapa kamu ikut Islam? Saya seorang Muslim untuk alasan yang sama seperti kamu."

Sayangnya, banyak umat Islam yang tidak sedar, mengapa ia beragama Islam. Banyak Muslim yang menjadi Muslim hanya kerana orang tua mereka Muslim. Bagaimanapun, adalah wajar bagi orangtua untuk memilih membesarkan mereka dalam iman mereka sendiri.

Sayangnya, jika kita mengalami pendidikan budaya yang ketat, ini boleh keliru ...dengan menyalahkan semua pada agama kita. (Padahal, mungkin itu pola asuh orang tua yang salah, pen.). Anak-anak saya sudah protes pada pendidikan Islam mereka, yang mencoba untuk memasukkan nilai-nilai moral dan kebiasaan serta dasar teologis Islam.

"Saya ingin memiliki kehendak bebas saya," kata puteri saya yang menginjak pra remaja, tertekan tentang desakan orangtuanya untuk memastikan kamarnya rapi.

"Hidupku akan sangat jauh lebih baik jika saya bukan Muslim," lanjutnya. "Saya perlu berdoa dan memberi makan arnab, membaca Alquran dan kamarku rapi.

Anak saya yang berusia lapan tahun juga sangat percaya pada kebebasan pribadi. Dia menulis dalam jurnalnya, "Itu membuat saya sedih, saya perlu lakukan apa saja yang saya diberitahu untuk melakukannya. Saya selesa jika saya dapat apa yang saya inginkan."

Kita pasti mengakui dan menghormati pilihan anak-anak kita sendiri. Saya telah ditanya beberapa kali oleh orang-orang, beberapa dari mereka Muslim, "Bila kamu akan membuat anak kamu pakai jilbab?" Seolah-olah masalah itu ada di tangan saya, bukannya pilihan yang sangat pribadi.

Anak tertua saya, dia telah memutuskan dia ingin membuat pilihan sendiri. "Ketika aku dewasa," katanya, "Aku akan melihat semua agama dan melihat mana yang paling masuk akal bagiku."

Saya hanya boleh berharap dia seorang 'peneliti' yang baik, walaupun sebagai seorang Muslim amat wajar saya berharap dia memilih Islam.

Sebuah kes baru-baru di AS, terlibatnya remaja Fatimah Rafiqah Barry yang memilih agama Kristian, melarikan diri dari orang tua Islamnya, menuduh dia akan dibunuh jika ia kembali. Namun dikatakan dalam Alquran (4: 80) "Dan orang-orang yang berpaling, kami tidak mengutus kamu sebagai wali mereka" .

Ubaydallah ibn Jahsh pada zaman Rasulullah meninggalkan Islam dan menganut Kristian. Ia hidup bebas sebagai seorang Kristen sampai dia meninggal. Kita mungkin tidak setuju dengan pilihannya, tetapi dalam hal ini setiap orang bertanggung jawab pada akhirnya kepada Allah, dan bukan untuk orang lain.

Al-quran mencabar kita, "Jika telah menjadi kehendak Tuhanmu bahawa semua orang di dunia perlu beriman, maka semua orang di bumi akan beriman! (10:99)

Saya hanya boleh terus berdoa, semoga anak-anak saya tetap tumbuh dalam keimanan, dan ketika besar, tetap memilih Islam sebagai agamanya.

(Lucy Bushill-Matthews, adalah penulis Welcome to Islam – a Convert’s Tale dan kini mengelola beberapa madrasah di England/Sumber: Emel/IH)

Lihat..

E-Buku IH-43: Kisah-kisah Saya Pilih Damai... Islam

E-Buku IH-43: Kisah-kisah Saya Pilih Damai... Islam

1 comment:

Anonymous said...

isu lucy bushill tlh menjadi bhn rjkan yg sgt brguna kpd sy,d spjg jln pghjrhan agm ni...

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails