Thursday, July 23, 2009

Lilin & Lilin Kerajaan.


LILIN. Ramai orang bercakap fasal lilin. Hal ini mengingatkan kita kepada kisah Amirul Mukminin atau khalifah Islam Umar Abdul Aziz. Siapa yang tak kenal Umar bin Abdul Aziz? Sosok pemimpin adil, arif, lagi berilmu. Banyak kisah teladan yang beliau tinggalkan untuk peniti kebenaran. Inilah kisah ringkasnya.

Suatu hari datanglah seorang utusan dari salah satu daerah kepada beliau. Utusan itu sampai di depan pintu Umar bin Abdul Aziz dalam keadaan malam menjelang. Setelah mengetuk pintu seorang penjaga menyambutnya. Utusan itu pun mengatakan, “Beritahu Amirul Mukminin bahawa yang datang adalah utusan Menteri Besarnya.” Amirul Mukminin dalam kontek Malaysia lebih kurang macam Perdana Menteri (PM).

Penjaga itu masuk untuk memberitahu PM Umar yang hampir saja berangkat tidur. Umar pun duduk dan berkata, “Izinkan dia masuk.”

Utusan itu masuk, dan Umar memerintahkan untuk menyalakan lilin yang besar. Umar bertanya kepada utusan tersebut tentang keadaan penduduk kota, dan kaum Muslimin di sana, bagaimana perilaku MBnya, bagaimana harga-harga, bagaimana dengan anak-anak, orang-orang muhajirin dan anshar (bolehkah ditakrifkan sebagai pendatang 'berizin' yang asalnya dari China, India dll & 'tanpa izin' seperti yang ada sekarang?) , ibnu sabil, orang-orang miskin. Apakah hak mereka sudah ditunaikan?Ada apa-apa pengaduan?

Utusan itu pun menyampaikan segala yang diketahuinya tentang kota kepada Umar bin Abdul Aziz. Tak ada sesuatu pun yang disembunyikannya. Semua pertanyaan Umar dijawab lengkap oleh utusan itu. Ketika Semua pertanyaan Umar telah selesai dijawab semua, utusan itu balik bertanya kepada Umar.

“Ya Amirul Mukminin, bagaimana keadaanmu, dirimu, dan badanmu? Bagaimana keluargamu, seluruh pegawai dan orang-orang yang menjadi tanggung jawabmu? Umar pun kemudian dengan serta merta meniup lilin tersebut dan berkata, “Wahai pelayan, nyalakan lampunya!” Lalu dinyalakannlah sebuah lampu kecil yang hampir-hampir tidak bisa menerangi ruangan karena cahayanya yang teramat kecil.

Umar melanjutkan perkataanya, “Sekarang bertanyalah apa yang kamu inginkan." Utusan itu bertanya tentang keadaannya. Umar memberitahukan tentang keadaan dirinya, anak-anaknya, istri, dan keluarganya.

Rupanya utusan itu sangat tertarik dengan perbuatan yang telah dilakukan oleh Umar, mematikan lilin. Dia bertanya, “Ya Amirul Mukminin, aku melihatmu melakukan sesuatu yang belum pernah anda lakukan."

Umar menimpali, “Apa itu?”

"Engkau mematikan lilin ketika aku menanyakan tentang keadaanmu dan keluargamu.”

Umar berkata, “Wahai hamba Allah, lilin yang kumatikan itu adalah harta Allah, harta kaum Muslimin. Ketika aku bertanya kepadamu tentang urusan mereka maka lilin itu dinyalakan demi kemaslahatan mereka. Begitu kamu belokkan percakapan kepada keluarga dan keadaanku (yakni hal peribadi), maka aku pun mematikan lilin yang milik kaum Muslimin itu."

Subhanallah, benar-benar mengagumkan! Begitu besar kesungguhan Umar dalam menjaga harta kaum Muslimin, berbeda dengan kerajaan Malaysia yang kita saksikan sekarang. Khabarnya Ketua Menteri Pulau Pinang Lim Guan Eng pun nak ikut macam Amirul Mukminin ini. Baguslah, baik dari mengidola orang lain, walaupun dia masih belum Islam.

Ingat kisah padam lilin dalam sejarah penguasa Islam itu, sebagai lambang ketidak membaziran wang rakyat! (Rujukan: Sirah Umar bin Abdul Aziz, Ibnul hakam hal. 155-156)

Lihat juga.. Drs Khalil Idham Lim Jawab Isu Lilin & Berkabung B...

(AK)

1 comment:

Anonymous said...

Salam.

Morale of the story memang baik! Satu 'hun' lilin dibakar bermakna membakar duit rakyat kecualilah lilin dihidupkan atas urusan permaslahan rakyat. Selesai saja urusan rakyat, lilin dipadam kerana membincang urusan peribadi Umar. begitulah yang saya faham.

Kalau bakar beratus-ratus lilin siang-siang hari lagi membakar wang rakyat dan silap-silap iman pun boleh hangusss dan hancuss!

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails