Friday, March 09, 2012

R/Belanda Apikan, Perpecahan Antara Agama?

Dayak
Kaum Dayak: Photo RNW

CATATAN PERJALANAN: Kalimantan siri 12

TAPI, ada lagi satu perkara, ini pada saya bekas penjajah lama Indonesia Belanda masih main peranan untuk memecah-belahkan perpaduan rakyat pelbagai agama di Indonesia. Setelah Timor Leste terkeluar, pergolakan Maluku belum selesai, Papua dan sebagainya, kini Kalimantan pula diapi-apikannya..

Lihat kenyataan dipetik dari radionya RNW (NRC), 'Indonesia Muak dengan Kelompok Muslim Agresif', diterbitkan pada 24 Februari 2012 - 2:48pm..

[Protes terhadap FPI kembali digelar. Kali ini terjadi di Balikpapan, Kalimantan Timur. Bayer Gabriel, pemimpin protes dari suku Dayak menyampaikan orasinya berapi-api. Menurutnya, FPI mengancam kerukunan antar suku dan agama. Demikian berita yang dilansir NRC Handelsblad (24/02).

Sejak dua tahun silam, FPI telah mendominasi. Dengan ancaman kekerasan, mereka mendorong pejabat berwenang untuk menyudutkan kelompok agama minoritas dan kelompok Muslim liberal. Mereka merusak gereja, toko minuman beralkohol, baik besar maupun kecil, dan mengganggu orang-orang yang tidak sejalan dengan mereka.

Jarang sekali mereka dihukum atas perbuatan tersebut, tulis NRC Handelsblad.

Protes bermunculan

Namun bulan ini, protes terhadap FPI terus bermunculan dari pelbagai penjuru Nusantara. Protes-protes tersebut memiliki latar belakang beragam.

Yang pertama terjadi di Palangkaraya. Ketika itu, FPI hendak mendirikan cabang di sana. Namun suku Dayak khawatir kehadiran FPI akan mengganggu harmoni antar agama di kota tersebut. Dengan ikat kepala merah, parang dan tombak, ratusan orang Dayak menghalau kedatangan FPI di lapangan udara.

FPI pun harus angkat kaki.

Aksi suku Dayak tersebut menginspirasi kelompok masyarakat lainnya. “Palangkaraya adalah katalisatornya. Kalau mereka bisa menghentikan FPI, kenapa kita tidak?, ungkap Shinte Galeshka, salah satu pencetus kelompok aksi Indonesia Tanpa FPI.

Shinte “tidak lagi terlalu Katolik”, sedangkan temannya ada yang Muslim dan ada yang agnostik. Mereka ikut memprotes karena membenci kekerasan, seperti kasus Ahmadiyah di Cikeusik tahun lalu.

“Hari ini Ahmadiyah diserang, besok gereja di Bogor. Kalau mereka menyerang saya, siapa yang akan membela?”, tukas Shinte.

Meski hanya berbasis dukungan Facebook dan Twitter, mereka pun memutuskan untuk melakukan aksi di hari Valentine. Ketika itu, ratusan orang ikut turun ke jalan, tulis NRC Handelsblad.

Kini berani
Aksi-aksi menentang FPI pun berdampak luas. Kini, banyak tokoh masyarakat yang ikut menyampaikan suara mereka. Sebelumnya, mereka tak bersuara karena takut dicap sebagai Muslim yang buruk. Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi mengatakan pemerintah tidak akan ragu-ragu untuk membekukan FPI jika mereka tetap melakukan kekerasan.

“Kami harap ini merupakan sebuah titik balik,” kata Bonar Tigor Naipospos dari Setara Institute. Menurutnya, ini adalah pertama kalinya pemerintah diminta secara terang-terangan untuk menindak FPI. Namun ia khawatir aksi tersebut hanya berlangsung sebentar.

Lagipula menurut Bonar, hingga kini hanya organisasi-organisasi pembela hak sipil yang bergerak.

Serangan balik

Banyak masyarakat biasa menganggap “pencucian” FPI tidak cukup penting hingga harus mengambil risiko dengan ikut-ikutan mengecamnya. Tidak hanya itu, FPI berdalih membela Islam dan menindak kegiatan amoral seperti judi dan minum-minuman keras.

Shinte dan kawan-kawannya tidak menceritakan kepada orang tua mereka perihal aksi mereka. Mereka tidak ingin orangtuanya khawatir. Benar saja. Meski dijaga 500 petugas kepolisian, Shinte tetap menerima beberapa pukulan selama demonstrasi.

FPI pun menyerang balik. Mereka melaporkan kejadian di Palangkaraya ke pihak kepolisian. Mereka menuduh sang pemimpin aksi sebagai biang narkoba. Demikian FPI menggambarkan lawannya sebagai contoh kebobrokan moral. Siapa yang menentang FPI, berarti melawan Islam. Demikian NRC Handelsblad.]

Dan banyak lagi, tulisan-tulisan berbau nagatif begitu. Sedangkan laporan berita-berita lain tidak begitu. Contohnya..

DPD RI Minta FPI Jangan Dibubarkan (February 17 201)


Seusai melakukan pertemuan dengan Front Pembela Islam (FPI), Wakil Ketua DPD La Ode Ida menyampaikan dukungannya kepada organisasi kemasyarakatan tersebut. La Ode pun mengecam wacana pembubaran terhadap FPI yang kerap dicap sebagai ormas anarkis.

“FPI ini, kan, diserang di bandara, mengapa justru dia yang harus dibubarkan. Ini yang membingungkan,” ungkap La Ode, Kamis (16/2/2012), di ruang kerjanya.

Ia meminta agar peristiwa itu jangan diputarbalikkan. “Kesannya yang melakukan kekerasan adalah FPI. Saya kira peristiwa di Palangkaraya itu merendahkan budaya masyarakat sekitar. Kalau menghalalkan pemblokiran FPI dengan cara-cara kekeraan itu tidak boleh lagi terjadi,” kata La Ode.

Ia pun sepakat bahwa aksi penolakan masyarakat di Palangkaraya merupakan wujud dari lemahnya instrumen negara dalam menyelesaikam persoalan. “Tidak boleh lagi ada wacana penghalangan terhadap FPI dengan alasan apa pun, kecuali FPI kelak menjadi organisasi terlarang,” papar La Ode.

Dikatakan La Ode, hasil pertemuan ini akan dibahas di Komite III DPD. Komite yang nantinya akan menentukan tindak lanjut pertemuan itu. “Dalam waktu dekat, kami juga akan mengundang pihak yang anti-FPI,” tuturnya.

Gerakan Indonesia Tanpa FPI ini bermula dari aksi penolakan masyarakat di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Sabtu (11/2/2012). Di sana, sejumlah anggota FPI pusat dari Jakarta tak bisa turun di Bandara Tjilik Riwut, Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Rencananya, mereka akan melakukan pelantikan pengurus FPI Palangkaraya.

Namun, sejumlah pihak yang mengatasnamakan warga menolak kedatangan mereka. Aksi tersebut berlangsung lebih kurang 2,5 jam. Di Jakarta, gerakan Indonesia Tanpa FPI menggelar unjuk rasa, Selasa (14/2/2012), di Bundaran Hotel Indonesia. Ratusan masyarakat melakukan aksi penolakan akan keberadaan FPI dan ormas lain yang dianggap meresahkan masyarakat. Unjuk rasa menentang kekerasan itu berakhir ricuh karena terjadi bentrok dengan sejumlah massa FPI yang datang ke lokasi unjuk rasa.

Mengapa Menolak Habib Riziq? (Senin, 13/02/2012 10:05 WIB)

Kemarin ribuan orang Dayak mengepung pesawat Sriwijaya Air yang mendarat di bandara Cilik Riwut, Palangkaraya. Mereka mengira pesawat Sriwijaya itu membawa rombongan FPI, yang dipimpin Habib Riziq.

Dengan kondisi keamanan yang sangat berbahaya, maka fihak Sriwijaya membatalkan empat penumpang dari FPI yang hendak mendarat di Palangkararaya itu.

Sementara itu, sebelum mendarat telah dibembuskan citra negatif terhadap FPI, sebagai organiasi yang selalu melakukan kekerasan.

Padahal, yang disebut dengan "kekerasan" oleh FPI itu bisa dihitung dengan jari. Dibandigkan dengan kader-kader partai politik, termasu PDI, masih banyak mereka yang melakukan kekerasan.

Di pilkada di Tuban, amuk kader PDI, beberapa waktu lalu, meluluhkan lantakkan pendopo Kabupaten Tuban, tetapi tidak ada yang menyebut PDI sebagai biang tindak kekerasan.

Gubernur Kalimantan Tengah, Teras Narang, adalah kader PDI, beragama Kristen, dan sangat fanatik. Telah membangun gereja terbesar di Kalimantan. Toleransi yang selama ini didengungkan di pusat, hanya slogan kosong belaka.

Kalau yang menjadi penguasa Kristen, sudah pasti tidak ada lagi yang disebut dengan toleransi. Deklarasi tokoh-tokoh agama tentang toleransi itu, hanyalah "bohong-bohongan" belaka. Karena tidak ada aplikasinya di lapangan.

Orang-orang Kristen kalau berkuasa tidak akan pernah menepati komitmennya dengan toleransi. Mereka menganggap orang-orang non-Kristen sebagai domba-domba yang sesat, dan harus diselamatkan (dikristenkan).

Tetapi, bukan hanya itu, orang-orang Kristen dan Yahudi itu, selamanya adalah golongan yang paling keras memusuhi terhadap orang-orang Islam (mukmin), sepanjang sejarahnya. Tidak pernah sedetikpun mereka tidak memerangani dan memusuhi orang-orang Islam. Di mana saja mereka berada pasti berbuat makar terhadap orang-orang Islam.

Karena itu, orang-orang Islam yang mau diajak bersama melakukan kolaborasi dengan agenda toleransi itu, hanyalah orang-orang Islam yang bodoh dan bebal, serta aqidah agamanya sudah rusak. Dirusak dan dijajah oleh pemikiran orang Kristen dan Yahudi. Sejatinya Kristen dan Yahudi telah tertanam sangat dalam di hanti mereka selalu berusaha menghancurkan orang-orang Islam.

Di Palangkara, orang-orang Dayak Kristen melakukan pembantaian terhadap ribuan orang Madura. Laki-laki, perempuan, anak, dan orang tua, tanpa belas kasihan. Secara biadab. Tetapi, tidak pernah dikutuk, tindakan yang dilakukan oleh orang-orang Dayak itu. Di Singkawang dan Sanggoledo, orang-orang Madura juga menjadi korban kekejaman, yang sangat terkutuk, ratusan orang Madura tewas, dan ribuan lainnya meninggalkan rumah-rumah mereka, dan dihancurkan oleh orang-orang Dayak.

Di Kalimantan Barat, sejak gubernurnya orang Kristen dan keturunan Cina, maka umat Islam terus dikikis dengan berbagai kebijakan. Padahal, di Kalimantan Barat, jumlah penduduknya yang beragama Islam mencapai 75 persen. Tetapi, sekarang mereka dihambat dalam melakukan aktivitas keislaman mereka. Umat Islam di Kalimantan Barat, di "bonsai" dengan sistematis, semantara kalalu acara kegiatan Kristen dan Konghuchu, seperti acara Gong Chi Pachai, saat Imlek, sangat luas biasa. Seperti barongsai.

Di Ambon, Umat Islam dihancurkan saat Idul Fitri, rumah dan masjid-masjid mereka dibakar, termasuk di Poso. Umat Islam selalu menjadi korban kekerasan mereka. Padahal, mereka masih minoritas jumlahnya. Bagiamana kalau golongan Kristen ini sudah jumlahnya mayoritas. Mungkin umat Islam akan dimusnahkan.

Sekarang para pendeta dan romo terus menyanyikan lagu : "Kasih dan toleransi". Karena mereka masih minoritas. Saat mereka sudah jumlahnya banyak, dan memiliki kekuasaan, maka tidak segan-segan mereka akan memusnahkan orang-orang Islam dengan menggunakan kekuasaan yang mereka miliki.

Betapa bodohnya orang-orang Islam yang mau tertipu dengan nyanyian pada pendeta dan romo, tentang "Kasih dan toleransi" itu. Karena sepanjang sejarahnya tidak pernah akan yang namanya "kasih dan toleransi" dala agama Kristen itu. Mereka memang membuat manuver-manuver dalam rangka mengandangi orang-orang Islam dan para tokohnya, melalui jeratan "toleransi", di saat mereka masih minoritas.

Semuanya sudah dibuktikan dengan empirik. Siapa yang membantai Muslim Bosnia di Srebenica? Serbia Kristen. Siapa yang membantai umat Islam di Afghanistan? Penguasa Amerika yang Kristen. Siapa yang membantai umat Islam di Irak? Penguasa Amerika yang Kristen. Siapa yang membantai umat Islam di Palestina? Komplotan Zionis-Israel dengan Amerika Serikat. Komplotan Zionis-Kristen. Siapa yang mengkampanyekan tentang ancaman terorisme secara global. Para penguasa Kristen Barat. Kemudian ribuan orang dijebloskan ke dalam penjara, dan sebagian diantara mereka telah dibunuh. Siapa yang mengusir para imigran Muslim dari Eropa? Siapa yang membuat penghinaan dan pelecehan terhadap Nabi Shallalhu Alaihi Wasssalam? Para penguasa Kristen Barat. Siapa yang melakukan pembantaian terhadap Muslim di Philipana? Penguasa Kristen Philipine.

Inilah fakta-fakta sejarah yang sangat panjang dalam kehidupan. Maka perlu kaum Muslimin memahami sejarah ini. Tidak mungkin mereka dapat bertoleransi. Karena memiliki perbedaan yang sangat fudamental. Yaitu terkait dengan aqidah. Mereka orang kafir musyrik, Yahudi dan Nasrani, selalu berorientasi kepada kabhatilan. Sementara orang-orang mukmin, selalu berorientasi kepada al-haq. Tidak akan pernah bertemu selamanya.

Wajar para penguasa Kristen itu memusuhi terhadap orang-orang Islam, seperti yang dilakukan oleh Teras Narang yang menjadi penguasa di Kalimantan Tengah. Karena mereka itu, memiliki kebencian terhadap orang-orang Mukmin.

Hanyalah orang-orang Islam dan Mukmin yang bodoh, mereka masih percaya bahwa Yahudi dan Nasrani, layak diajak menjadi kawan dan sahabat. Sehingga, ada orang-orang Islam yang masih mau diajak menyanyikan lagi tentang : "toleransi". Padahal, nyanyian tentang "toleransi" itu, tak lain hanyalah nyanyian yang menipu dan palsu. Wallahu'alam.

Selesai, tutup cerita yang belum selesai itu. Aku meneruskan perjalananku ini. Jam sudah hampir 10.30 pagi. "Pak mahu berangkat ke Badau? Jemput, bis sudah siap!"

Aku terus berangkat dengan bas itu.

Bersambung, Insya Allah!

Ibnu Hasyim
alamat: ibnuhasyim@gmail.com

26 Feb 2012
Pontianak, Ind.

Lihat catatan perjalanan...

E-Buku IH-51: Perjalanan Ke Kalimantan
E-Buku IH-51: Perjalanan Ke Kalimantan

3 comments:

Anonymous said...

Kalimat anda sangat provokatif. Indoensia bukan negara Islam jadi tidak boleh ada satu agama membenarkan diri menghukum orang lain atas dasar agamanya sendiri dan dikatakan sebagai yang benar. memukul orang dijalanan, Menendang orang yang sedang santai berpacaran tanpa salah, Menghancurkan toko-toko yang dianggap sebagai toko terlarang menurut agamanya. Inikan tidak benar. Menghakimi orang lain atas dasar agamanya sendiri sementara Indonesia ini negara sekuler dengan beragam agama. Sekalipun Islam mayoritas bukan berarti Indonesia ini milik Islam. Jika itu yang terjadi maka wilayah-wilayah yang basis non Islam akan meminta keluar dari Indonesia. Kita buktikan apakah Negara Islam Indonesia akan lebih baik?
Apabila negara telah berubah menjadi negara Islam dengan penduduk Islamnya, maka apakah FPI akan ada sementara musuh-musuhnya adalah kaum non muslim? Pehamahan yang aneh menurut saya.

Anonymous said...

Anda yang menulis kisah diatas terlalu melebar. Kebencian anda sudah sampai ke ubun-ubun. Apa sih yang annda benci dari orang non Islam khususnya Kristen?
Selama ini anda sangat benci Kristen dan Yahudi, dan sekarang anda benci Budha sebab kasus Rohingnya di Myanmar. Anda juga benci Iran yang sama muslim. Apa sih yang anda cari?

threehundredsextilion Ibrahim said...

saya mencari surga dan survive di dunia dan akhirat, itu saja, tidak ada kebencian pada diri saya, hanya siapa yang tidak marah melihat bayi dibantai missionaris kristen.

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails