Thursday, May 27, 2010

Lelaki Gunting Rambut Wanita. Bhg Agama Perlu Pantau Segera..

Salon Waria
Bapok sedang menggunting rambut wanita, antara trend sedang melanda budaya Malaysia-Indonesia.

Kalo Ini Juga Waria Tapi Sudah Nyaris Seperti Wanita Tulen,  Tapi......
Kalo Ini Juga Waria Tapi Sudah Nyaris Seperti Wanita Tulen, Tapi......

'HARAM' hukumnya, bagi wanita memotong rambut di salon di mana pekerjanya adalah pondan, bapok atau maknyah, mengikut istilah bahasa Malaysia. Dalam bahasa Indonesia mereka disebut 'waria'. Begitu berita terbaru dari Forum Ulama yang diikuti 100 perwakilan pondok pesantren (ponpes) se Jawa-Madura yang digelar di Ponpes Abu Dzarin, Bojonegoro, Isnin (24 Mac 2010) malam.

Alasannya, maknyah adalah seorang lelaki bukan muhrim, yang memotong rambut atau merghias wanita. “Meskipun menyerupai wanita, hakikatnya waria itu adalah lelaki,” tegas Ahmadi, ketua panitia bahsul masail yang digelar dalam rangka memperingati haul KH M Dimyati Adnan. Bahsul masail adalah forum ulama yang membahas masalah-masalah yang muncul di masyarakat.

Perwakilan ponpes yang ikut dalam bahsul masail ini di antaranya dari Ponpes Lirboyo, Kediri; Langitan, Tuban; Al Anwar, Sarang (Jateng); Sidogiri, Pasuruan; An Nur, Malang, dan Syaikona Kholil, Bangkalan. Namun, fatwa tersebut tidak diendahkan oleh maknyah yang mencari nafkah di salon-salon kecantikan.

Novi alias Sukisno, 37, pondan yang menjabat sebagai Ketua Ikatan Waria Bojonegoro (Iwabo) menyatakan bahawa pihaknya menghormati keputusan yang disampaikan kiai tersebut. Namun, ia tetap cuek dan akan terus melanjutkan usaha salon yang telah dibukanya di Jl Diponegoro Bojonegoro selama 10 tahun tersebut. “Biarkan masyarakat yang menilai sendiri,” jawab Novi.
Menurutnya, buat masa ini, ramai pondan-pondan yang bekerja di salon kecantikan. Termasuk yang hanya memotong rambut atau yang menghias wanita langganan salon. “Kita kembalikan semua kepada masyarakat. Apakah mereka mahu mengikuti fatwa tersebut, atau tetap memanfaatkan jasa waria sebagai penghias kecantikan,” sambung Novi.
Dikatakan, 'pondan' yang tinggal di Kota Bojonegoro ini, tidak semua waria berkelakuan negatif. Pekerjaan mereka di bidang kecantikan juga merupakan pekerjaan yang halal serta tidak merugikan orang lain. Bahkan bermanfaat membuka lapangan pekerjaan. Demikian contoh pandangan dari pemikiran yang salah dari sudut agama Islam, seperti yang difahamkan oleh Novi itu.
“Kalau waria dilarang bekerja di salon, terus bagaimana nasib ratusan atau bahkan ribuan waria yang selama ini sudah bekerja di bidang kecantikan. Apakah, semuanya harus nganggur?” katanya bertanya balik.
Tentang waria, Novi bercerita bahawa jati dirinya adalah seorang lelaki. Namun, nalurinya selalu yakin bahawa dia seorang perempuan. Semua itu juga bukan kerana kelainan seksual atau sebagainya. “Secara fisik, saya adalah seorang lelaki. Bukan orang yang mengalami kelainan seks. Tetapi, naluri saya selalu yakin bahawa saya ini adalah perempuan,” akunya.
Sementara itu, Kiai Saifudin Zuhri, pengasuh Ponpes Adnan Al Haris, Ngumpak Dalem, Bojonegoro yang juga ikut dalam bashul masail ini berkata, masalah tersebut dibahas setelah ada berbagai pertanyaan mengenai hukum seorang maknyah yang menjadi pegawai salon, bertugas memotong rambut dan merawat kecantikan wanita.
“Dengan landasan rujukan berbagai kitab yang ada, dengan tegas dinyatakan bahawa haram waria yang melayani perawatan kecantikan kepada konsumen wanita,” tegasnya. Layanan itu termasuk seperti memberikan perawatan kulit, potong rambut, dan solekan kepada perempuan yang bukan muhrim.
“Sebab, jelas bahawa mereka adalah seorang lelaki. Hanya saja, tingkah polah atau kebiasaan yang dilakukan para waria itu mirip dengan perempuan,” tambahnya. Rekomendasi fatwa ini, tujuan utamanya ialah agar masyarakat mengetahui atas hukum sebenarnya dalam Islam mengenai mendapatkan perawatan dari pekerja salon bapok, pondan atau waria. (Sumber: Surya)
Komen Blog Ibnu Hasyim: Di Malaysia, juga budaya ini berkembang mulai meluas di kalangan remaja Islam. Bahagian agama perlu buat pantauan sebelum nasi menjadi bubur, cegah sebelum parah! (2MA)
Lihat lanjut...

2 comments:

Anonymous said...

Dengan dakwah jadi mulia...
tanpa dakwah manusia akan rosak.

Anonymous said...

wanita tidak pakai tudung tidak di fatwa.tukang urut wanita tidak difatwa.cuma difatwa untuk golongan yang sikit dan lemah sahaja.kalau wanita pakai skirt tidak ditangkap tapi kalau pondan ditangkap & dibotak rambut.tapi kenapa wanita tidak bertudung jelas jelas diterangkan hukuman dineraka tidak ditangkap dan dibotakkan.untuk para pentadbir & berkuasa yang tidak adil pasti akan disoal keatas ketidak adilan.kenapa? takut di kata kejam?

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails