Sunday, May 17, 2009
Pahlawan Gua Selarong Dibuang ke Menado..
Ibnu Hasyim Catatan Perjalanan
SEORANG lagi yang tidak dapat dipisahkan dari Tuanku Imam Bonjol iaitu Pangeran Diponegoro . Nama aslinya adalah Raden Mas Ontowiryo, lahir di Yogyakarta tanggal 11 Nopember 1785. Ayahnya Sultan Hamengku Buwono III mengangkatnya sebagai raja, tapi Pangeran Diponegoro menolak dengan alasan kerana ibunya bukan permaisuri.
Ditahun 1820-an kompen Belanda sudah memasuki dan mencampuri urusan kerajaan-kerajaan Yogyakarta. Peraturan tata tertib dibuat oleh pemerintah Belanda yang sangat merendahkan martabat raja-raja Jawa. Para bangsawan diadu domba. Tanah-tanah kerajaan banyak yang diambil untuk perkebunan milik pengusaha-pengusaha Belanda. Melihat keadaan seperti itu, Pangeran Diponegoro merasa tidak senang, lalu meninggalkan keraton dan menetap di Tegalrejo. Lucunya Belanda menuduhnya menyiapkan pemberontakan. Tanggal 20 Juni 1825 pasukan Belanda menyerang Tegalrejo dan dengan demikian mulailah perang yang dikenal dengan nama Perang Diponegoro (1825-1830).
Setelah Tegalrejo jatuh, Pangeran Diponegoro membangun pusat pertahanan di Selarong. Lalu perang dilancarkan secara gerila. Belanda kewalahan kerana sulit dihancurkan dan Belanda mengalami kesulitan. Beberapa tokoh perlawanan dibujuk oleh Belanda sehingga mereka menghentikan peperangan. Sejak tahun 1829 perlawanan semakin berkurang, tapi masih berlanjut terus. Belanda mengumumkan akan memberi hadiah sebesar 50,000 golden kepada siapa saja yang dapat menangkap Diponegoro. Pasukan dan kekuatan Diponegoro melemah, tapi ia tidak pantang menyerah.
Kerana Belanda tidak berhasil menangkap Pangeran Diponegoro, lalu Belanda menjalankan cara yang licik iaitu dengan cara mengundang Pangeran Diponegoro untuk berunding di Magelang pada 28 Mac1830, tapi Diponegoro malah ditangkap dan dibuang ke Menado, kemudian dipindahkan ke Ujungpandang. Pangeran Diponegoro meninggal dunia di benteng Rotterdam Ujungpandang, pada 8 Januari 1855 dan dimakamkan di sana. Dalam perjuangannya,
Pangeran Diponegoro dibantu oleh puteranya bernama Bagus Singlon atau Ki Sodewo. Ki Sodewo melakukan peperangan di wilayah Kulon Progo dan Bagelen. Ki Sodewo memiliki ibu bernama Citrowati yang meninggal dalam penyerbuan Belanda. Ki Sodewo kecil atau Bagus Singlon tumbuh dalam asuhan Ki Tembi, orang kepercayaan Pangeran Diponegoro. Bagus Singlon atau Raden Mas Singlon atau Ki Sodewo setelah remaja menyusul ayahnya di medan pertempuran. Sampai sekarang keturunan Ki Sodewo masih tetap eksis dan salah satunya menjadi wakil Bupati di Kulon Progo bernama Drs RH Mulyono.
Setidaknya Pangeran Diponegoro mempunyai 17 putera dan 5 orang puteri, yang semuanya kini hidup tersebar di seluruh Indonesia, termasuk Jawa, Sulawesi dan Maluku. Kisahya ini pernah difilemkan di Indonesia dengan nama 'Pahlawan Gua Selarong', mengenang gerakan pembebasan Islam membantu kemerdekaan Indonesia, bukannya pengganas. Pengganas atau pelampau adalah tuduhan penjajah.
Saya dan kawan saya itu meneruskan perjalanan mengelilingi danau pergunungan Minahasa.
Ibnu Hasyim Catatan Perjalanan
(e-mail: ibnuhasyim@gmail.com)
Minahasa, Sulawesi.
Mei 18, 2009.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
Salam Pak Hashim.
Macam2 cerita di Menado.
Banyak betul sejarahnya.
Post a Comment