Tuesday, January 24, 2012

Sejarah & Operasi Seroja T/Leste, Siapa Untung?

CATATAN PERJALANAN siri 11

JOM kita lihat-lihat sikit sejarah Timor Leste...

Sejarah Timor Leste berawal dengan kedatangan orang Australoid dan Melanesia. Orang dari Portugal mulai berdagang dengan pulau Timor pada awal abad ke-16 dan menjajahnya pada pertengahan abad itu juga.

Setelah terjadi beberapa krisis sama-sama penjajah Portugis-Belanda, dibuat perjanjian pada 1859 di mana Portugal memberikan bahagian barat pulau itu. Jepun pula menguasai Timor Timur dari 1942 sampai 1945, namun setelah mereka kalah dalam Perang Dunia II Portugal kembali menguasainya.

Pada tahun 1975, ketika terjadi Revolusi Bunga di Portugal dan Gubernur terakhir Portugal di Timor Leste, Lemos Pires, tidak mendapatkan jawaban dari Pemerintah Pusat di Portugal untuk mengirimkan bala bantuan ke Timor Leste yang sedang terjadi perang saudara. Maka Lemos Pires memerintah menarik tentera Portugis yang sedang bertahan di Timor Leste untuk menguasi ke Pulau Kambing atau dikenal dengan Pulau Atauro.

Setelah itu FRETILIN menurunkan bendera Portugal dan mendeklarasikan Timor Leste sebagai Republik Demokratik Timor Leste pada 28 November 1975. Menurut suatu laporan resmi dari PBB, selama berkuasa 3 bulan ketika kekosongan pemerintahan di Timor Leste antara September, Oktober dan November, Fretilin melakukan pembantaian dan kemusnahan terhadap sekitar 60,000 penduduk awan, yang sebahagian besarnya wanita dan kanak-kanak kerana suami mereka adalah pendukung faksi integrasi dengan Indonesia.

Dalam sebuah wawancara 5 April 1977 dengan Sydney Morning Herald, Menteri Luar Negeri Indonesia Adam Malik mengatakan "jumlah korban tewas berjumlah 50,000 orang atau mungkin 80,000".

Tidak lama kemudian, kelompok pro-integrasi mengisytiharkan kerjasama dengan Indonesia pada 30 November 1975 dan kemudian meminta dukungan Indonesia mengambil alih Timor Leste dari kekuasaan FRETILIN yang berhaluan Komunis. Ketika pasukan Indonesia mendarat di Timor Leste pada 7 Desember 1975, FRETILIN didampingi oleh ribuan rakyat mengungsi atau berhijrah ke daerah pegunungan untuk melawan tentera Indonesia.

Lebih 200,000 penduduk mati di hutan kerana pengeboman dari udara oleh militer Indonesia. Ada juga yang mati kerana penyakit dan kelaparan. Banyak juga yang mati di kota setelah serah diri kepada tentera Indonesia. Team Palang Merah International yang menangani orang-orang ini pun tidak mampu menyelamatnya.

Terjadi juga pembantaian oleh kelompok radikal FRETILIN di hutan terhadap kelompok yang lebih moderat. Sehinggaramai juga tokoh-tokoh FRETILIN yang dibunuh oleh sesama FRETILIN selama di Hutan. Semua cerita ini dikisahkan kembali oleh orang-orang seperti Francisco Xavier do Amaral, Presiden Pertama Timor Lesta yang mendeklarasikan kemerdekaan Timor Leste pada tahun 1975.

Seandainya Jenderal Wiranto (pada waktu itu Letnan) tidak menyelamatkan Xavier di lubang tempat dia dipenjarakan oleh FRETILIN di hutan, maka mungkin Xavier tidak lagi jadi Ketua Partai ASDT di Timor Leste Sekarang. Selain Xavier, ada juga komandan sektor FRETILIN bernama Aquiles yang dinyatakan hilang di hutan (kemungkinan besar dibunuh oleh kelompok radikal FRETILIN). Isteri komandan Aquilis sekarang ada di Baucau dan masih terus bertanyakan tentang suaminya.

Selama perang saudara di Timor Leste dalam 3 bulan (September-November 1975) dan selama pendudukan Indonesia selama 24 tahun (1975-1999), lebih dari 200,000 orang dinyatakan meninggal (60,000 orang secara resmi mati di tangan FRETILN menurut laporan resmi PBB). Selebihnya mati ditangan Indonesia saat dan sesudah invasi dan adapula yang mati kelaparan atau penyakit. Hasil CAVR menyatakan 183,000 mati di tangan tentera Indonesia kerana keracunan bahan kimia dari bom-bom napalm, serta mortir-mortir.

oleh TNI (Tentera Nasional Indonesia)









Operasi Seroja

Operasi Seroja adalah sandi untuk invasi Indonesia ke Timor Timur yang dimulai pada 7 Desember 1975. Pihak Indonesia menyerbu Timor Timur kerana..
  • Desakan Amerika Syarikat (AS) dan Australia, yang mahu Fretilin (berpaham komunisme) tidak berkuasa di Timor Timur.
  • Adanya kehendak dari sebahagian rakyat Timor Timur yang ingin bersatu dengan Indonesia atas alasan etnik dan sejarah.
Angkatan Darat Indonesia mulai menyebrangi perbatasan dekat Atambua pada 17 Desember 1975 yang menandai awal Operasi Seroja. Sebelumnya, pesawat-pesawat Angkatan Udara RI sudah kerap menyatroni wilayah Timor Timur dan artileri Indonesia sudah sering menyapu wilayah Timor Timur. Kontak langsung pasukan Infantri dengan Fretilin pertama kali terjadi di Suai, 27 Desember 1975.

Pertempuran dahsyat terjadi di Baucau pada 18-29 September 1976. Walaupun TNI (Tentera Nasional Indonesia) telah berhasil memasuki Dili pada awal Februari 1976, namun banyak pertempuran-pertempuran kecil mahupun besar yang terjadi di seluruh pelosok Timor Timur antara Fretilin melawan pasukan TNI. Dalam pertempuran terakhir di Lospalos 1978, Fretilin kalah dan 3,000 pasukannya menyerah setelah dikepung oleh TNI berhari-hari.

Operasi Seroja berakhir sepenuhnya pada tahun 1978 dengan hasil kekalahan Fretilin dan pengintegrasian Timor Timur ke dalam wilayah NKRI. Selama operasi ini berlangsung, arus pengungsian warga Timor Timur ke wilayah Indonesia mencapai angka 100,000 orang. Korban berjatuhan dari pihak militer dan orang awam. Orang awam banyak digunakan sebagai tameng hidup oleh Fretilin.

Pihak Indonesia juga dituding sering melakukan pembantaian pada anggota Fretilin yang tertangkap selama Operasi Seroja berlangsung. Timor Leste menjadi sebahagian dari Indonesia tahun 1976 sebagai provinsi ke-27. Hal ini terjadi setelah gubernur jenderal Timor Portugis terakhir Mario Lemos Pires melarikan diri dari Dili setelah tidak mampu menguasai keadaan pada saat terjadi perang saudara itu.

Portugal juga gagal dalam proses dekolonisasi di Timor Portugis dan mendakwa Timor Portugis sebagai wilayahnya, walaupun meninggalnya atau tidak pernah diurus dengan baik. AS dan Australia "merestui" tindakan Indonesia kerana takut Timor Leste menjadi 'kantong komunisme' terutama apabila kekuatan utama di perang saudara Timor Leste adalah Fretilin yang beraliran Marxis-Komunis.

AS dan Australia bimbang efek 'teori domino' meluasnya pengaruh komunisme di Asia Tenggara setelah AS lari dari Vietnam dengan jatuhnya Saigon atau Ho Chi Minh City. Namun begitu, PBB tidak menyetujui tindakan Indonesia. Setelah referendum 30 Ogos 1999, di bawah perjanjian tajaan PBB Indonesia-Portugal, majoriti penduduk Timor Leste memilih merdeka dari Indonesia.

Antara waktu referendum sampai kedatangan pasukan perdamaian PBB pada akhir September 1999, dikatakan kaum anti-kemerdekaan yang konon didukung Indonesia mengadakan pembantaian balasan besar-besaran. Dianggarkan sekitar 1,400 jiwa tewas dan 300,000 dipaksa mengungsi ke Timor barat. Sebahagian besar infrastruktur seperti rumah, sistem irigasi, air, sekolah dan listrik hancur.

Pada 20 September 1999 pasukan penjaga perdamaian International Force for East Timor (INTERFET) tiba dan mengakhiri hal ini. Pada 20 Mei 2002, Timor Timur diakui secara internasional sebagai negara merdeka dengan nama Timor Leste dengan sokongan luar biasa dari PBB. Ekonomi berubah total setelah PBB mengurangi misinya secara drastis. Semenjak hari kemerdekaan itu, pemerintah Timor Leste berusaha memutuskan segala hubungan dengan Indonesia.

Antaranya dengan cara Timor Leste mengadopsi Bahasa Portugis sebagai bahasa resmi. Mendatangkan bahan-bahan keperluan pokok dari Australia sebagai "balas budi" atas campur tangan Australia menjelang dan pada saat referendum. Selain itu pemerintah Timor Leste mengubah nama resminya dari Timor Leste menjadi Republica Democratica de Timor Leste dan mengadopsi mata wang dolar AS sebagai mata wang resmi yang mengakibatkan rakyat Timor Leste menjadi lebih krisis lagi dalam hal ekonomi.

















No comments:

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails