Friday, August 05, 2011

Rahsia Beca Motosikal Besar Siantar, Misi Kristian?


Beca motosikal besar di Permatang Siantar..
CATATAN PERJALANAN: Menyusuri 150 Tahun Kriatian Masuk Tanah Batak (siri 1)

HARI ini sudah 5 hari berpuasa. Beberapa hari lepas, semasa saya berada di Permatang Siantar, Sumatera Utara. Saya lihat banyak beca-beca di sana ditarik dengan memakai motosikal-motosikal besar, kendaraan sisa Perang Dunia II (PD II). Beca berinjin bekas tunggangan pasukan sekutu di PD II, berjenama BSA.

BSA adalah The Birmingham Small Arms Company. Perusahaan ini awalnya membekal persenjataan tentera Inggeris selama Perang Crimean (1853- 1856). Setelah perang selesai, BSA terus mengembangkan produknya. Pada masa itu, mereka memproduksi 126,000 motosikal jenis M20 berkapasiti mesin 500 cc. Motor pertama dibuat tahun 1941, inilah yang ikut dibawa Tentera Bersekutu ke Pematang Siantar pasca pendudukan Jepun di Indonesia. Produk BSA di Pematang Siantar sebenarnya tidak hanya yang dimiliki Tentara Bersekutu, tetapi juga pengusaha pemilik perkebunan di sekitar kota hingga ke bekas pemerintah Hindia Belanda.

Setelah kepergian Trntera Bersekutu dan nasionalisasi perusahaan asing di Indonesia, ratusan motosikal BSA di Pematang Siantar ditinggalkan begitu saja, termasuk milik oleh tentara Inggeris. Sebahagian pengusaha perkebunan Belanda dan Eropah lainnya berbaik hati memberikannya ke penduduk pribumi bekas pegawai mereka. Riwayat motorsikal BSA tak akan berubah seandainya tak ada ide Pahala Siahaan mendatangkan beca mesin dari Medan sebagai alat transport di Pematang Siantar selain sado pada tahun 1956. Waktu itu, Pahala membawa beca motosikal bermesin KK buatan Jerman.

Apa yang dilakukan Pahala diikuti beberapa orang Pematang Siantar lainnya. Menurut Kartiman (67) atau yang biasa dikenal dengan nama Mbah Lanang, topografis Kota Pematang Siantar yang berbukit-bukit memerlukan beca ditarik motosikal berkapasiti tinggi. Kerana letaknya di belakang bukit, sekitar 45 kilometer dari Danau Toba, jalanan Kota Pematang Siantar memang naik turun.

Pada akhir tahun 1950-an, setelah melihat banyaknya motosikal rongsokan BSA yang tak terpakai di berbagai sudut kota, penduduk mulai berfikir memanfaatkannya sebagai enjin penarik becak. "Awalnya sekitar 20 hingga 30 orang, beberapa orang di antaranya veteran pejuang kemerdekaan. Mereka berkumpul sambil membicarakan kemungkinan memanfaatkan motosikal peninggalan perang untuk dijadikan beca," ujar Mbah Lanang.

Bukan hanya BSA, tetapi motosikal old fashion lainnya, seperti Norton, Triumph, BMW, hingga Harley Davidson, juga ada. Para pionir beca Siantar, seperti Mbah Lanang, Mbah Sari, Muhammad Rohim, dan Tikno, telah mencuba segala jenis motosikal, untuk dijadikan beca. Percubaan selama dua tahun (1858-1959) sampai pada kesimpulan, BSAlah yang paling sesuai.
"Norton sebenarnya juga kuat untuk medan seperti Kota Pematang Siantar ini. Namun, Norton enggak efisien soal bahan bakar," ujar Mbah Lanang.

Selain hemat bahan bakar, menurut Ketua BSA Owner Motocycles Siantar (BOM’S)—organisasi yang mewadahi pengemudi beca siantar—Kusma Erizal Ginting, suku cadang BSA sangat mudah ditiru. BSA juga boleh menerima onderdil berbanding motosikal lain. "Untuk karburator misalnya, karburator BSA bisa diganti punya RX King atau Honda CB," katanya.

Efisien dalam soal sparepart menjadi sangat penting kerana kilang BSA sejak 1972 sudah ditutup dan tak lagi berproduksi, seiring dengan kebakaran besar yang melanda pabrik mereka. Para pionir ini terus mendapatkan motosikal ini di berbagai pelosok Tanah Air. Mulai dari Medan, Asahan, Deli Serdang, hingga Rantau Prapat, Riau dan sekitar tahun 1980-an hingga ke luar Pulau Sumatera, dari Jawa sampai Sulawesi. Periode 1980-1990 di Pematang Siantar ada sekitar 2,000 unit beca bermesin BSA.

Rupanya, kisah-kisah beca motosikal besar di Siantar ini, ada kena mengena dengan tujuan lawatan saya ke kawasan Danau Toba berserta Pulau Samosir di dalamnya. Juga ada dua buah danau di dalam Samosir itu, dan ada pulau pula di dalam 'danau atas pulau' itu. Sebenarnya saya dijemput hadir ke situ pada awal minggu ke 2 bulan Julai lepas ke acara memperingati 150 tahun kemasukan Kristian ke Tanah Batak.

Rupanya ada rahsia disebalik beca motasikal besar ini dengan misi Kristian dari benua Eropah. Salah satu mata rantai kegiatan panitia jubileum 150 tahun 'Huria Kristen Batak Protestan' (HKBP) wilayah 2 Medan dan wilayah 3 Pekanbaru berupa napak tilas perjalanan Dr Ingwer Ludwig Nommensen.

Dr Normensen sebagai apostel yang menyebarkan ajaran Kristen ke Tanah Batak ratusan tahun silam.

Insya Allah, perjalanan ini akan diteruskan.


Ibnu Hasyim
alamat: ibnuhasyim@gmail.com

5 Ogos 11
Parapat, Toba.


Lihat sebelum ini...
E-Buku IH-41: Kerukunan Umat Beragama

E-Buku IH-41: Kerukunan Umat Beragama

2 comments:

Anonymous said...

Kalau anta masih ingat, ana ni Mad Baling anak buah Ust Nakhaie yg bertugas di tgkat bawah pej. PAS. Ana 1st n 2nd ramadhan solat di Masjid Raya, Medan. Cuaca agak panas. Ana jg tertarik dan sempat jugak rakam foto beca motor klasik tu. Hujung sept ni, akan ke sana lagi.

Ibnu Hasyim said...

Al hamdulillah. Masih ingat. Salam perkenalan, kita boleh berkerjasama terus.

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails