Wednesday, August 10, 2016

Siapa S.S Djuangga Batubara? Kini Aku Di Kampungnya..

MOBIL malam itu dipandu laju oleh Pak Lurah sendiri, menuju ke rumahnya di bandar Batubara. Mad Yani, Pak Lurah atau pengulu bagi Pangkalan Dodek Baru Medang Deras Kebupaten Batu Bara, kami bersama-samanya. 


"Di sini ramai orang-orang berketurunan Aceh." Kata Pak Lurah.

"Orang Aceh?" Aku terkejut. 


Mad Yani, Pak Lurah atau pengulu bagi Pangkalan Dodek Baru Medang Deras Kebupaten Batu Bara.

Kerana, hal ini mengingatkan kepada sebuah buku yang pernah tersebar di Malaysia puluhan tahun lalu.  Buku berjudul 'Teungku Tjhik Muhammad Dawud Di Beureueh, Mujahid Teragung Di Nusantara'. Diterbitkan oleh Gerakan Perjuangan dan Pembebasan Republik Islam Federasi Sumatera Medan, tahun 1987. Ditulis oleh S.S Djuangga BatubaraSebelum ini aku tak kenal penulis itu pun, walaupun tertarik dengan pandangannya.

Setelah aku menulis artikal bertajuk  'Forum Peduli Aceh, Perjuangan Islam DiTipu Lagi?',  aku ceritakan pasal buku itu, seorang kawan lama bernama Abd Rahim Kassim komen memberitahuku, "SS Djuangga Batubara ialah Pak Suhair".

Kalau Pak Suhair, aku kenal le.. Sewaktu kami sama-sama sering berjumpa di Jalan Pahang pejabat Harakah waktu mula-mula tubuh dulu, aku, Abd Rahim dan Pak Suhair. Tak tahu pula aku, dia yang tulis buku itu. Dikatakan juga dia dulu adalah anak angkat Allahyarham Dato' Dr Hj Mohd Asri Hj Muda, Yang Di Pertua PAS ke 4. Ertinya anak didik Presiden PAS waktu itu.. Orang hebat juga, fikirku.

"Mengapa encik terkejut?" Pak Lurah tanya menyentak lamunanku.

"Aku ada seorang kawan, orang Aceh tetapi berasal dari Batubara ini. Mungkin dia seorang pejuang pembebasan Aceh, tak boleh pulang ke Aceh waktu itu. Ku dapati dia berlegar-legar di Malaysia dan Kuala Lumpur sekitar tahun 1980an. Namanya ialah ......." 

Belum ku sebut, dia sudah memotong. "Pak Suhair!"

"Kalau Pak Suhair aku kenallah.. Dia antara warga masyarakat Aceh di sini. Di sini kampung mereka. Malam ini pun, kalau sempat kita boleh jumpa, dan minum-minum kopi Aceh dengan mereka." Kata Pak Lurah.

Aku melihat jam, sudah hampir jam 12 malam. Perjumpaan di rumah Pak Lurah pada jam 12 malam, bila ada masa nak jumpa?

"Tapi.." Sambung Pak Lurah, "Pak Suhair sudah meninggal dunia beberapa tahun lalu."

"Ya, saya pun tahu. Inna lillahi wainna ilaihi rajiuun."

Rumah Melayu Batubara 

Istana Niat Lima Laras, Batubara.

Ibnu Hasyim bersama anak-anak yatim di sebuah pesantren di Batubara, disebelah kanannya adalah guru yang mengajar mereka. Bantuan kewangan pembelanjaran masih diperlukan.

Teuku Daud Beureueh.jpg
Born1899
Beureu'eh, Keumangan, Pidië, Aceh, Indonesia
Died1987
Jakarta
AllegiancePersatuan Ulama Seluruh Atjeh (PUSA), Negara Islam Indonesia

Apa yang menarik sangat?

Apa yang menarik sangat mengenai buku itu? Ada yang tanya saya selepas itu. 

Pada saya, menariknya buku ini yang mengisahkan, kisah perjuangan Islam di Indonesia. Perjuangan Islam Teungku Tjhik Muhammad Dawud, di Beureueh Aceh. Seperti juga yang dinukilkan oleh menantu beliau M. Nur el-Ibrahim, Tgk Daud seorang Purn ABRI. Panggilan akrab kepadanya ialah 'Abu'

Beliau seorang ulama besar, ingin membangunkan 'Aceh Baru' yang 'demokratis, bebas dari penghisapan atau penindasan manusia oleh manusia' (exploitation delhomme par home). Nama beliau sejajar dengan dua pejuang penyalamat umat dan rakyat Indonesia lainnya, iaitu Mr Sjafruddin Prawiranegara, Ketua Pemerintah Darurat Republik Indonesia dan LN Palar, Duta Besar Indonesia di PBB.

Semasa akhir tahun 1949, Republik Indonesia (RI) ditimpa kritis fatal, di mana hampir seluruh wilayah sudah diduduki Belanda semula. lbukota Republik pun sudah dikuasai penjajah Eropah itu. Presiden dan wakil Presiden ditangkap Belanda dan dibuang ke Pulau Bangka. Sjafruddin Prawiranegara sempat diangkat sebagai Kepala (Ketua) Pemerintah RI telah bergegas ke Bukit Tinggi.


Tambah menarik lagi ialah apa yang ditulis S.S Djuangga Batubara mengenai 'Negara Islam Indonesia'... Mari kita lihat semasa berkunjung ke Aceh pada tahun 1948, Soekarno mengucapkan janjinya dengan meyakinkan Daud Beureueh. Dimana cerita sumpah Soekarno dihadapan Teungku Muhammad Daud Beureueh itu adalah adalah seperti berikut.. 

["Teungku Daud Beureueh pernah menyatakan: "Lebih setahun sesudah proklamasi kemerdekaan, pada waktu tentara Belanda dan Sekutu sedang melancarkan serangan secara besar-besaran, dimana para pemuda kita sudah ribuan bergelimpangan gugur di medan perang, datanglah Sukarno ke Aceh...Dia datang menjumpai saya menerangkan peristiwa-peristiwa dan perkembangan revolusi." 

Dalam pertemuan itu saya tanya Sukarno: 

"Untuk apa Indonesia merdeka?" Sukarno menjawab: "Untuk Islam kak". Dia memanggil kakak kepada saya. 

Saya tanya lagi, "betulkah ini?". Jawabnya, "betul kak". 

Saya tanya sekali lagi, "betulkah ini?". Dia jawab, "betul kak". 

Saya ulangi lagi, "betulkah ini?".

Pada waktu inilah Sukarno berikrar: "Kakak! Saya adalah seorang Islam. Sekarang kebetulan ditakdirkan Tuhan menjadi Presiden Republik Indonesia yang pertama yang baru kita proklamasikan. Sebagai seorang Islam, saya berjanji dan berikrar bahwa saya sebagai seorang presiden akan menjadikan Republik Indonesia yang merdeka sebagai negara Islam dimana hukum dan pemerintahan Islam terlaksana. Saya mohon kepada kakak, demi untuk Islam, demi untuk bangsa kita seluruhnya, marilah kita kerahkan seluruh kekuatan kita untuk mempertahankan kemerdekaan ini".

(Baca: S.S. Djuangga Batubara, Buku; Teungku Tjhik Muhammad Dawud di Beureueh Mujahid Teragung di Nusantara, Gerakan Perjuangan & Pembebasan Republik Islam Federasi Sumatera Medan, cetakan pertama, 1987, hal. 76-77)]


Ternyata akhirnya, ikrar Soekarno itu untuk: "akan menjadikan Republik Indonesia yang merdeka sebagai negara Islam dimana hukum dan pemerintahan Islam terlaksana" hanyalah tipu muslihat saja. Sehingga Teungku Muhammad Dawud Beureueh di Aceh memaklumkan Negara Islam Indonesia pada 20 September 1953, yang sebahagian isinya menyatakan bahwa;
"Dengan Lahirnja Peroklamasi Negara Islam Indonesia di Atjeh dan daerah sekitarnja, maka lenjaplah kekuasaan Pantja Sila di Atjeh dan daerah sekitarnja, digantikan oleh pemerintah dari Negara Islam."
Apakah penipuan ini berlanjutan hingga ke Perjanjian Helsinki selepas tsunami dan hasil rapat tersebut menentukan Hasan Tiro sebagai Wali Nanggroe dan Malek Mahmud Al Haytar sebagai Pemangku Wali Nanggroe, sedangkan tahap Islam masih begitu-begitu juga?

Begitu kira-kira, pandangan saya tentang perjuangan Aceh.

Bersambung, insya Allah!
Ibnu Hasyim, Catatan Perjalanan Batu Bara3.
ibnuhasyim@gmail.com 
Pangkalan Dodek Baru, Medang Deras, 
Kebupaten Batu Bara. Indonesia.
Julai, 2016

2 comments:

  1. PENGKHIANATAN PEMIMPIN SEKULAR INDONESIA TERHADAP PERJUANGAN ISLAM ACEH

    Pemimpin sekular Indonesia Soekarno telah melanggar sumpah dan janjinya sendiri yang Soekarno telah berikan kepada Teungku Muhammad Daud Beureueh dan rakyat Aceh semata-mata untuk memperdayakan dan menipu pemimpin pejuang Islam yang bernama Teungku Muhammad Daud Beureueh dan rakyat Aceh yang mahu menjadikan Aceh negara Islam:

    Waallah Billah..., Atjeh nanti akan saya beri hak untuk menjusun rumah tangganja sendiri sesuai Syari’at Islam. Akan saya pergunakan pengaruh saya agar rakjat Aceh benar-benar dapat melaksanakan Syari’at Islam. Apakah Kakak masih ragu...??”

    Terjemahan: Waallah Billah..., Aceh nanti akan saya beri hak untuk menyusun rumah tangganya sendiri sesuai dengan Syariah Islam. Akan saya pergunakan pengaruh saya agar rakyat Aceh benar-benar dapat melaksanakan Syariah Islam. Apakah Abang masih ragu...??

    (NOTA: Apakah jenis manusia yang berani bersumpah dengan nama Allah untuk menipu pejuang Islam? Munafik?)

    Kata-kata di atas diucapkan oleh Soekarno sambil terisak di bahu seseorang yang ia panggil Abang. Sang Abang, tidak lain adalah Daud Beureueh. Akhirnya, berbekalkan hiba dan isak tangis, Soekarno berhasil melembutkan hati Abu Jihad (panggilan untuk Daud Beureueh).

    Soekarno mengucapkan janjinya untuk meyakinkan Daud Beureueh, bahawa jika Aceh bersedia membantu perjuangan kemerdekaan, Syariah Islam akan diterapkan di tanah Rencong (Aceh) ini. Maka terhalanglah niat Daud Beureu’eh meminta perjanjian hitam putih kerana tipu helah dan janji dan sumpah palsu Soekarno.

    Tapi ternyata janji tinggal janji, belum kering bibir Soekarno berjanji, Soekarno mengkhianati janji yang di ucapkannya sendiri. Dan penerapan Syariah Islam di Aceh pun tinggal mimpi. Air mata yang dititiskan Soekarno ternyata hanya pelengkap sandiwara. Deraian Air Mata Bung Karno (Soekarno) ternyata adalah titik awal mula penderitaan rakyat Aceh.

    Sumber: http://acehdalamsejarah.blogspot.my/2011/07/balada-tangis-iba-soekarno-awal-mula.html

    ReplyDelete
  2. (Sambungan)

    Apakah pengajaran dari kisah di atas? Kita yang cintakan Islam tidak boleh mempercayai janji, ikrar dan sumpah pemimpin-pemimpin sekular liberal kerana pemimpin sekular liberal tergamak melanggar ikrar, sumpah dan janji mereka sendiri! Inilah kaedah sekular matlamat menghalalkan cara yang dianuti oleh pemimpin-pemimpin sekular liberal untuk mencapai objektif dan matlamat sekular liberal mereka yang bertentangan dengan Islam!

    ReplyDelete