Thursday, June 23, 2016

Pulau Sebatik Dalam Bahaya, Sama Seperti Sipadan, Ligitan, Pulau Batu Putih?



CATATAN PERJALANAN IBNU HASYIM 


Siri 1
SAYA paparkan sebuah pemikiran dari rakyat Indonesia sendiri mengenai, 'Apakah Nasib Pulau Sebatik di Kalimantan Utara Akan Sama dengan Pulau Sipadan dan Ligitan?' 

Oleh Syaiful W. Harahap


TERNYATA pembiaran terhadap pulau-pulau di negeri ini sudah berlangsung lama. Akibatnya, pulau-pulau itu “diurus” oleh negara tetangga sehingga mereka berhak atas pulau itu berdasarkan keputusan Mahkamah Internasional. 

Itulah yang dialami oleh Indonesia dan Malaysia. Indonesia dikalahkan Malaysia di Mahkamah Internasional atas ‘pemilikan’ Pulau Sipadan dan Ligitan di Kalimantar Timur. Mahkamah memutuskan Malaysia sebagai pihak yang berhak atas dua pulau tsb. karena selama ini pulau tsb. diurus oleh Malaysia (2002). 

Putusan mahkamah itu menyesakkan, tapi pemerintah, waktu itu dipimpin oleh Presiden Megawati Soekarnoputri, tidak bisa berbuat banyak karena Malaysia bisa memberikan bukti nyata, sedangkan Indonesia hanya memberikan fakta berdasarkan penetapan wilayah. Mahkamah melihat fakta bahwa pulau dan masyarakatnya diurus oleh Malaysia. 

Hal yang sama juga ternyata dialami oleh Malaysia ketika Mahkamah Internasional menyerahkan Pulau Pedra Branca, Malaysia menamainya sebagai Pulau Batu Puteh, kepada pemerintahan Singapura (2008). Ini akhir dari persengketaan yang dimulai tahun 1979. Celakanya, keputusan mahkamah itu tidak diterima dengan lapang dada oleh rakyat Malaysia. 

Hal ini menjadi ‘duri dalam daging’ pada hubungan bilateral Malaysia dan Singapura (Meredam Sengketa Kepemilikan Pulau Antara Singapura dan Malaysia). Kalau disimak di peta, maka posisi Pulau Branca justru lebih dekat ke Tanjung Penyusop, Johor, Malaysia (7,7 mil laut) dan Tanjung Sading di Pulau Bintang, Indonesia (7,5 mil laut). Tapi, sidang Mahkamah Internasional memenangkan Singapura. 

Mahkamah Internasional berpegang pada kenyataan yaitu secara de facto bahwa sejak 130 tahun yl. Singapura mengoperasikan mercusuar Horsburgh di pulau karang tsb. Mercusuar adalah menara yang dibangun di pantai atau di pulau kecil di tengah laut, daerah berbatu karang, dsb, yang memancarkan sinar sebagai isyarat pada waktu malam hari untuk membantu navigasi pelayaran. 

Bertolak dari dua kasus tsb., maka dikhawatirkan peristiwa pahit berupa kehilangan dua pulau akan bisa terulang lagi jika pemerintah tetap membiarkan kehidupan penduduk di Pulau Sebatik, Kalimantan Utara (d/h. Kalimantan Timur). Pulau itu terbagi dua yaitu milik Indonesia dan Malaysia. 
Ibnu hasyim semasa berada di Pulau Sebatik bahagian Indonesia hari itu..

Celakanya, “Warga Pulau Sebatik: Garuda di Dadaku Tapi Malaysia di Perutku.” Ini judul berita di detikNews (2/05-2015). Biarpun “Garuda di dadaku” tentulah akan sulit mempertahkannya jika urusan perut harus tergantung kepada Malaysia. Dada tidak akan bisa berdenyut kalau perut kosong. 

Selain itu roda perekonomian di Sebatik Indonesia juga “dikuasasi” Malaysia dengan fakta masyarakat Indonesia di wilayah Indonesia memakai mata urang ringgit sebagai pembayaran yang sah selain rupiah. Mata uang ringgit tidak bisa lepas dari genggaman warga Indonesia di Sebatik Indonesia karena mereka belanja keperluan sehari-hari ke Tawau (Malaysia) bukan ke Nunukan, Kalimantan Utara. 

Tentu saja langkah warga Sebatik Indonesia ironis karena jarak ke Tawau dan Nunukan hampir sama. Kedua tempat itu dijangkau dengan angkutan air. 

Pulau Sebatik terbagi dua. Belahan utara seluas 187,23 km persegi merupakan wilayah Negara Bagian Sabah, Malaysia, sedangkan belahan selatan dengan luas 246,61 km persegi masuk ke wilayah Indonesia di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara. 

Dari luas ini 375, 52 hektare di antaranya merupakan kawasan konservasi. Wilayah Indonesia di Pulau Sebatik hanya dihuni oleh 40.000-an penduduk yang bermukim di empat kecamatan yaitu Sebatik, Sebatik Barat, Sebatik Timur, Sebatik Utara, dan Sebatik Tengah. Mata pencaharian utama penduduk adalah menangkap ikan sebagai nelayan tradisional, serta berkebun kelapa sawit dan kakao. 

Maka, adalah langkah yang arif dan bijaksana kalau pemerintah, dalam hal ini pemerintah kabupaten dengan dukungan pemerintah pusat, membangun sarana dan prasarana bagi penduduk agar mereka tidak lagi harus menyeberang laut ke wilayah Malaysia hanya untuk membeli kebutuhan sehari-hari. 

Jika kelak Malaysia melihat peluang membawa “nasib” rakyat Sebatik Indonesia ke Mahkamah Internasional, maka dikhawatirkan Indonesia akan keok karena sudah terbukti untuk membeli sembako saja penduduk Sebatik Indonesia harus menyeberang ke Malaysia. Apakah kita masih harus menunggu satu dua pulau lagi yang lepas ke negara tetangga agar kita serius memperhatikan nasib masyarakat di pulau-pulau (terluar)? 

Tentu saja tidak. Pemerintahan Jokowi-JK sudah mulai memupus program pembangunan nasional yang selama ini memakai pola “Jawa sentris” beralih ke luar Jawa. Pembangunan jalan tol lintas Sumatera, rencana membangun rel di beberapa pulau, dll. merupakan program pemerintah yang tidak “Jawa sentris” lagi. 

Tidak ada lagi alasan bagi Jokowi-JK untuk tidak membangun sarana dan prasarana fisik dan nonfisik di pulau-pulau (terluar). Hanya dengan cara inilah pulau-pulau itu bisa tetap kita miliki. Soalnya, negara-negara tetangga mulai “berbaik hati” mengurus kehidupan masyarakat di pulau-pulau yang luput dari perhatian pemerintah karena selama ini pembangunan berpijak pada “Jawa sentris” (dari berbagai sumber). *** [Syaiful W. Harahap] ***

Bersambung..

Ibnu Hasyim, Catatan Perjalanan.
ibnuhasyim@gmail.com 
Jun 21, 2016
Pulau Sebatik, Indonesia.

2 comments:

  1. Bila juak2 kekasih DAP yakni PAN kalah pemilihan, mereka melarikan diri keluar parti kerana tidak dapat menerima kekalahan
    Bila PAN kalah PRU-14, janganlah pengikut2 ajaran ayahPAN melarikan diri jadi PATI di Pulau Sebatik PLak. Ya!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

    Jeff Hulu Bernam
    Keadilan Reform

    ReplyDelete
  2. http://semuthitam80.blogspot.my/2016/06/dapigs-bagi-kata-dua-ugut-pas-masuk.html

    DAPigs BAGI "KATA DUA", UGUT PAS MASUK PAKATAN!!!
    POSTED BY SEMUT HITAM ON RABU, JUN 22, 2016 WITH 5 COMMENTS SO FAR

    Uuuiii!!! Takutnya! Kalau la kita jadi orang PAS, mesti menggigil satu badan bila mendengar amaran dan ugutan yang dikeluarkan oleh 'Mursyidul Am' DAPigs ni. Tak boleh tidur malam dibuatnya.

    Memang penuh 'Keramat' betul cara 'Mursyidul Am' DAPigs ni nak memujuk PAS masuk semula menyertai Pakatan Haprak dia tu. Penuh dengan 'kelembutan bahasa' yang berbaur ugutan.

    Tapi soalnya, kenapa pulak Si Apek Kit Siang ni nak meroyan tak tentu arah, memberi kata dua berbaur ugutan kepada PAS sedangkan dia dah jenuh meludah parti tu secara terang - terangan?

    Dah tak de maruah ke Si Ahli Parlimen Gelang Patah ni bila dia terpaksa menjilat semula ludah yang diluahkan selama hari ini dengan segala tohmahan dan cacian yang dilemparkan terhadap PAS?

    Semuanya hanya kerana Si Apek Kit Siang sedar bahawa parti 'Ternakan DAPigs' yang dipimpin oleh Si Mat Sabu tu memang tak boleh harap. Setakat mengabihkan masa je DAPigs jaga parti tu.

    Ianya terbukti apabila parti 'Belaan DAPigs' tu hanya mampu mengutip jumlah undi yang hampir sama banyak dengan PAS dalam dua Pilihan Raya Kecil yang berlansung baru - baru ini.

    Itu membuktikan bahawa, walaupun dengan bantuan SERATUS PERATUS dari jentera DAPigs, parti KUALI pimpinan Si Mat Sabu tu masih tak mampu nak raih undi lebih banyak dari PAS.

    Maka sebab itulah Si Apek Kit Siang ni mula hilang akal dan meroyan tak tentu arah macam orang kena sampuk dengan Syaitan. Sebab dia sedar, tanpa sokongan PAS, Pakatan Haprak tu tak ke mana.

    Dalam Kata Dua berbaur ugutan yang dikeluarkan oleh Si Apek Kit Siang tu semalam, dia mendakwa PAS akan kehilangan sokongan dari kalangan pengundi di Selangor dan juga di Perak.

    Malah Si Apek Kit Siang tu juga turut membuat dakwaan KONONnya PAS akan kehilangan Negeri Kelantan sekiranya parti itu tidak kembali melutut kepada Pakatan Haprak tu sebelum PRU ke 14.
    “PAS memperolehi 18,296 undi di Sungai Besar dan 13,136 undi di Kuala Kangsar pada PRU 2013. Mereka kehilangan 11,394 undi di Sungai Besar dan 7,452 undi di Kuala Kangsar dalam PRK lalu,” kata Kit Siang dalam satu kenyataan hari ini, yang membandingkan jumlah undi PAS ketika berada dalam gabungan pembangkang-Pakatan Rakyat- dan di luar gabungan itu.
    Heh! Nampak sangat kan yang Si Apek Kit Siang tu semakin hari semakin tak sedar diri? Dia lupa bahawa puak Pakatan Haprak tu yang hilang undi sebanyak 6,902 di Sungai Besar dan 5,684 di Kuala Kangsar.

    Secara puratanya, jumlah undi yang diperolehi oleh PAS adalah sebanyak 6,293. Manakala parti 'Ternakan DAPigs' tu hanya dapat purata 6,246 undi. Kurang 47 undi dari PAS. Sekaligus ia membuktikan parti "Ternakan DAPigs" tu yang Tak Boleh Pakai!!!

    ReplyDelete