Thursday, July 01, 2010

Indonesia: 'PKS For All' Ikut PAS Malaysia.

Kampanye Pemilu PKS di Padang - 2009

INDONESIA, JUN 25 10: Radio Nederland Wereldomroep (RNW) menyebutkan Partai Keadilan Sejahtera PKS kembali menyatakan dirinya "partai terbuka". Musyawarah Nasional ke-II PKS menegaskan kembali partai ini membuka pintu bagi non-Muslim yang ingin mewakili PKS di DPR dan DPRD.

Dan PKS tetap mengejar target menjadi salah satu dari tiga partai terbesar pada 2014. Trend pergeseran partai Islam menuju ke tengah juga terjadi di Malaysia. Tetapi di Indonesia, PKS harus bergerak mendekati posisi Muhammadiyah dan Nadhatul Ulama yang mendominasi perpolitikan di daerah serta di pedalaman.

Munas II
Di tengah demam anti Israel pasca-serangan di Gaza, PKS menggelar Munasnya yang ke-II di Hotel Ritz-Carlton, salah satu hotel termewah di Jakarta yang mungkin saja dimiliki orang Yahudi, dan tahun silam menjadi sasaran bom teroris. PKS, yang selama ini mengutamakan peran dakwah, mengundang Duta Besar Amerika Serikat, membuka hubungan dengan negara komunis RRC dan membuka pintu bagi para politisi non Muslim.

PKS bahkan mengundang para selebriti yang menjadi kontroversi video mesum, masuk partainya. Semua ini, merupakan simbol simbol dan cara cara PKS, untuk membangun citra selaku partai berasas Islam, namun mampu menjadi partai bagi semua warga.

Dengan kata lain, PKS bergerak dari sayap konservatif yang eksklusif menuju ke tengah dengan citra inklusif, yang mencakup semua. Artinya, menjadi partai arus utama yang mau ikut mengelola isu isu nasional. Langkah serupa kita lihat pada partai sejenis PKS di Malaysia, PAS, Pan-Malaysian Islamic Party, yang kini menjadi oposisi utama yang multi religious, dengan berkoalisi dengan Democratic Action Party dan Parti Keadilan Rakyatnya Anwar Ibrahim.

Cendekiawan Kampus
Tapi partai terbuka bukan cerita baru PKS. Dua tahun lalu partai ini sudah mengumandang-kan hal itu, namun PKS masih harus membuktikan dapat mencapai sukses seperti PAS di Malaysia. PKS adalah partai tumbuh dari kalangan cendekia di kampus kampus, kemudian bergerak sebagai gerakan dan sukses meraih tempat sebagai partai keempat di tahun 2009.

Kemenangan kecil yaitu perolehan 7,8 persen pada pemilu 2009 berarti PKS masih jauh dari targetnya untuk meraih 20 % suara pemilih.

Partai Terbuka
Kini, partai yang kadernya baru sekitar 200 ribuan ini, rupanya hendak membangun sayap partai, menyusul perolehannya yang bertambah sedikit dalam pemilu 2009. Jadi tekad menjadi "partai terbuka" yang diumumkan untuk keduakalinya ini jelas merupakan pengakuan PKS tentang kelambanannya selama lima tahun terakhir.

Merosotnya suara partai partai berbasis Islam dalam pemilu 2009, juga membuat PKS seolah hendak banting stir. Pernyataan "partai terbuka" belum terwujud dan usulan Suharto sebagai pahlawan yang diserukan PKS tahun lalu rupanya malah menjadi pukulan mundur. Menyadari semua ini, kini PKS pun mengejar pemilih di kawasan Indonesia Timur yang kebanyakan non-Muslim.

Perkotaan
Tapi, utamanya, PKS adalah partai perkotaan, karena itu, PKS memperioritaskan mengembangkan sayap ke pedalaman yang lebih banyak didominasi oleh ummat Muhammadiyah dan terutama Nadhatul Ulama. Sudah sejak beberapa tahun belakangan masjid-masjid di daerah perlahan disusupi dan perlahan dipimpin oleh kader-kader PKS hingga menimbulkan kejengkelan di kalangan NU mau pun Muhammadyah.

Di kalangan birokrasi negara pun banyak laporan mengenai upaya PKS menyusupkan anggotanya untuk menguasai pelaksanaan kebijakan pemerintah.

Kemerosotan partai partai berbasis Islam menunjukkan bahwa PKS pun harus menyadari akan karakter dasar masyarakat Indonesia yang majemuk. Sudah menjadi rahasia umum, kalangan PKS cenderung enggan menyalami Natal kepada warga Kristen.

Selamat Hari Natal
Fadjrul Rachman mengusulkan menguji seberapa jauh keterbukaan PKS dengan mempertanyakan kesediaan para pemimpinnya untuk menyalami non Muslim pada hari-hari raya mereka.

Jadi , bersediakah kader PKS menyalami Natal warga Kristen pada Hari Natal? Ketua PKS Wonosobo, Jawa Tengah, Ityanto, misalnya memilih menjawab secara normatif umum, dan kemudian berbelit-belit.

"Kalau kami adalah tidak hanya sebatas seremonial tentang ucapan. Kami yakini 'lakum diinukum wa lia diin' bagimu agamamu, bagiku agamaku. Artinya masing-masing saling menghargai, saling menghormati."

Maukah anda mengucapkan Selamat Natal?

"Sekali lagi kami tidak dibatasi."

Jadi anda bersedia?

"Sekali lagi karena itu berkaitan dengan keyakinan mereka, dan kita menghargai ..."

Anda mampu mengatakan ya atau tidak?

"Ya, sekali lagi karena tidak dibatasi ... itu ..."

Jadi anda bersedia tidak, memberi ucapan Selamat Hari Natal?

"Ya itu, tidak membatasi hanya momen itu ..."

Partai Bandul
Dengan tekad "partai terbuka"nya, maka NU dan Muhammadyah menjadi incaran utamanya PKS untuk merebut peringkat ketiga di kalangan arus utama partai-partai nasional.

Namun keengganan untuk berselamat Natal seperti inilah yang seharusnya mudah diatasi partai seperti PKS. PKS, partai gerakan sosial ini rupanya berada di tahap menjadi partai bandul, bergoyang ke sana dan sini, untuk mengukur dan menggalang para konstituennya.

PKS untuk semua - antara Islam dan Nasionalis

Sementara itu, menurut blog ' Simple and Dynamic ...' Dalam munas II kali ini, rupanya PKS ingin berubah diri untuk proyeksi pemilu tahun 2014 mendatang. Perubahan mendasar yang kemudian menjadi ramai diperbincangkan adalah perubahan paradigma dari partai Islam menjadi Partai Islam dan Nasionalis. Atau dengan kata lain, menjadi partai yg lebih terbuka. Dengan slogan barunya ” PKS untuk semua” (PKS for All) , dengan jelas bisa dilihat bahwa partai ini untuk semua kalangan dan ingin melebarkan sayap untuk mendapatkan suara lebih banyak dan targetnya nangkring di posisi 3 dalam pemilu mendatang. Perubahan sikap dan ingin melepaskan diri dari citra partai Islam kanan ini semakin membuktikan bahwa pragmatisme politik masih sangat kental.

Mungkin ingin meniru partai semi Islam lainnya yg sudah duluan terbuka, seperti PAN, PKB dan PPP. Dari wacana yang ada, bukan hanya keanggotaannya saja yg dari semua golongan, tapi berkembang pula usulan untuk pengurus dari non-muslim. Ketidakkonsistenan partai ini telah menambah kontroversi2 baru di partai ini. Tentu anda masih ingat, bagaimana PKS yg menyebut pahlawan utk Suharto, bagaimana kemudian munas ini sendiri diadakan di sebuah hotel yang sangat mewah hanya untuk memulihkan citra partai. Dan bagaimana sepak terjangnya dalam koalisi dengan pemerintah saat ini.

Lalu bagaimana dengan kader2 yang selama ini sangat loyal terhadap PKS ? Akankah mereka meninggalkan PKS ? Seperti kita ketahui, kader2 PKS merupakan kader2 yang sangat militan. Kader2 dakwah ini begitu setia pada partai ini. Dakwah adalah motor utama dalam menggerakkan massa dan ketaatan untuk pimpinan. Inilah modal besar partai ini sehingga di awal kemunculannya langsung mencuat bak meteor dan tumbuh menjadi besar dari kampus ke kampus, dari forum2 dakwah, dari orang2 Islam kanan dan menjadi sebuah partai alternatif yang menawarkan sebuah solusi utk negara ini dengan jargon “bersih dan peduli”.

Akankah kader dan simpatisan PKS akan kecewa dengan sikap yg baru dari partainya ini? Susah ditebak memang. Tapi kalau melihat militansi dan loyalitas mereka, mungkin turunnya ngga terlalu signifikan jika dibandingkan dengan perolehan suara yg didapat setelah bermetamorfosis menjadi partai terbuka yg nasionalis. Semua pasti sudah ada hitung2annya. Dan itulah politik. Selalu mengikuti selera PASAR.

Komen Blog Ibnu Hasyim: Nampaknya PAS (Parti Islam Se Malaysia) agak terkedepan dalam menggerakkan politiknya di peringkat berbagai kaum dan globalisasi. Apakah PKS Indonesia mengikuti jajak PAS diMalaysia? (AK)

No comments:

Post a Comment