Monday, July 07, 2008

PKS: Bolehkah Perintah Indon?


Ibnu Hasyim Catatan Perjalanan:
Interviau Khas Bersama Pemimpin PKS Sumatera Utara.


SAYA sempat meluangkan masa bertemu dengan seorang pemimpin PKS atau Partai Keadilan Sejahtera. Parti yang ditubuhkan pada 20 April 2002 di Jakarta merupakan pelanjut perjuangan Partai Keadilan (PK ditubuhkan pada 20 Julai 1998), di mana dalam pemilu 1999 telah meraih 1.4 juta suara (7 kursi DPR, 26 kursi DPRD Propinsi dan 163 kursi DPRD Kota/Kabupaten).

PK-Sejahtera kini percaya bahawa jawaban untuk melahirkan Indonesia yang lebih baik di masa depan adalah dengan mempersiapkan kader-kader yang berkualiti baik secara moral, intelektual, dan profesional. Kerana itu, PK-Sejahtera sangat mengambil berat ke arah wujudnya Indonesia yang adil dan sejahtera.

Pemimpin yang saya temui itu ialah Ustaz Afrizal Zulkarnain, Bidang Pembinaan Kader, DPD PKS Kota Tanjungbalai, Propinsi Sumatera Utara.

Soalan 1: Menangani isu semasa dan tempatan.

Baru-baru ini Kota Tanjungbalai mendapat penghargaan Adipura Kota Terbesih di Sumut (Sumatera Utara), apa pandangan parti anda?

Jawapan 1:

Lambang kota bersih baru-baru ini telah doperoleh kota Tanjungbalai. Setelah 3 abad lebih usia kota, baru di tahun 2008 ini kita memperoleh penghargaan Adipura. Semburat kebahagiaan terpancar dari para pejabat kota. Setelah begitu lama diharapkan, akhirnya kota ini diakui sebagai kota lama yang terbersih. Terserah apakah spirit dari upaya membersihkan kota ini mematuhi perintah atasan atau dorongan iman.

Kita berharap akan menjadi peningkatan motivasi hingga akhirnya kebersihan dilakukan kerana iman. Ini akan dapat kita lihat dari kelanjutan kebersihan kota ini, apakah selalu baik atau sementara sahaja. Islam sebagai agama yang paripurna, adalah agama yang menhubungkan antara kebersihan dengan ciri bahawa seseorang itu beriman atau tidak, kerana bukankah kita pernah membaca sebuah hadis iaitu,
  • "kebersihan sebahaian dari iman." 
Seharusnya tidak ada seorangpun yang mengaku Islam tetapi lingkungannya kotor, kotanya kotor, atau yang lebih parah 'akhlaknya kotor'. Mari kita baca surah Al-Muddassir (74) ayat 1-4:
  • "Hai orang-orang yang berselimut, bangunlah lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah!"
Sacara literlik, kalau kita membaca ayat tersebut, mengisyaratkan akan pentingnya kebersihan dalam Islam, sehingga pakaian yang kita pakai, Islam juga menyuruh harus (perlu) dibersihkan. Lihat lanjutnya ayat 5, Allah berfirman:
  • "Dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji."
Bukankah ayat ini juga menyuruh orang yang telah membersihkan pakaian itu tadi, diharapkan juga telah meninggalkan perbuatan-perbuatan keji. Nah, inilah yang menjadi perhatian kita kali ini. Terhadap persoalan Adipura yang dimaksudkan ialah, kebersihan kota memang kita perlukan tetapi kebersihan moral dari anak bangsa lebih utama.

Alangkah baik disamping kota bersih, moral dari masyarakat juga semakin bersih. Kota ini bersih diiringi juga dengan upaya menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan keji. Kota perlu bersih, lebih nikmat kalau seluruh kita mampu berakhlak yang bersih pula. Kota perlu bersih, lebih bahagia kalau perlayanan aparatur (pegawai kerajaan) juga semakin bersih. Kota perlu bersih, lebih indah kalau korupsi semakin tipis dan perlahan-lahan perilaku itu menjadi sesuatu barang yang langka.

Akan sangat tidak menarik jika pembicaraan kita hanya sekedar kulit-kulit sahaja. Maksudnya hanya membahas tentang bersih kota secara fizik saja. Sungguh sesuatu yang sangat tidak menarik! Predikat kota bersih akan semakin cantik apabila diiringi dengan aparatur yang bersih. Kebersihan kota hanya akan memuaskan mata sahaja, apa guna mata berduri hati miris melihat perilaku aparatur yang juga tidak bersih. Cuma sayangnya, perilaku ini seperti 'kentut' (maaf) terasa tetapi sulit membuktikannya.

Tetapi bukankah mata kita semakin pedih, melihat para aparatur yang bisa jadi.. kita bisa terka berapa besar gajinya, tapi rumahnya tidak satu, tanahnya bertambah, mobilnya berkilat, anak-anak kuliah di luar kota, Bandung, Palembang, Jakarta, Jogja, Medan, pengeluaran mereka seperti lebih besar pasak dari tiang, tetapi hal ini terus kita tonton di sekitar kita.

Apakah tidak bahagia bila kebersihan kota diiringi dengan bersihnya moral para aparat kita? Islam mengisyaratkan, bahawa orang yang termulia di antara kita bukan orang yang kaya dengan cara yang tidak halal, bukan para koruptor, bukan para pejabat tapi orang-orang yang bertakwa.
  • "Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah, ialah orang yang paling takwa.." Quran Surah 49:13.
Memang tingkat korupsi di negara ini sudah melampaui batas-batas kewajaran, jauh sebelum lembaga (Non Government Organization) dari Jerman melakukan servey yang hasilnya diterbitkan oleh sebuah majalah Jerman terkenal 'der Spiegel' mengumumkan bahawa Indonesia adalah negara paling korup di Asia.

Hal ini juga kita rasakan di Tanjungbalai ini, mau mengurus KTR, KK, Akte Kelahiran, SIM, paspor, IMB dan sebagainya di kantur-kantur pemerintah, biaya resmi dari pengurusn sebuah surat, akhirnya menjadi berlipat-lipat, kerana setiap aparat meminta jatah dan imbalan. Kalau tidak dikasi, urusan dipersulit. Jadi korupsi itu sudah menjadi budaya dan melembaga dalam segala rezim hari ini.

Bahkan di era pemerintahan reformasi inipun budaya itu masih ada terasa kental. dalam kaitan ini, Allah SWT berfirman dalaam Al-Quran:
  • "Dan janganlah kamu makan harta sesama kamu dengan cara yang batil.." (Surah 2:188 & Surah 4:29)
Kami tidak dalam posisi oposisi pada persoalan Adipura ini. Yang terkadang makna oposisi ertinya hanya melihat dari segi negatif saja. Kami hanya berharap kita tidak parkir disekitar tampilan-tampilan fizik saja, tapi kehilangan inti persoalan. Membersihkan kota tidak sesulit membersihkan moral anak bangsa dari menjauhi perbuatan-perbuatan keji yang termasuk didalamnya perbuatan korupsi.

Kami sentiasa mengajak, mari kita membersihkan kota ini dengan menjadikan momen Adipura sebagai titik awal kita untuk hidup bertambah bersih. Mari kita bersihkan kota ini dari praktik korupsi. Tidak ada yang tidak mungkin, jangan kehilangan harapan. Tergantung dari keberanian kita mencoba untuk mencari pemimpin yang lebih berani berkata tidak pada korupsi dan yang terutama hidupnya juga jauh dari budaya itu. Beranikah kita mencoba hidup bersih?

Soalan 2: Menang?
 

Hal itu mengenai isu semasa dan setempat, saya ingin bertanya pula mengenai Islam dan politik di negara ini... Adakah PKS, parti yang saudara sertai itu boleh menang dalam Pemilu atau pilihanraya umum yang akan diadakan tahun depan? Menang dalam ertikata memerintah negara? Apa beda parti anda dengan parti Islam yang lain? Apakah di sekitar pemilu akan datang, parti-parti Islam perlu bergabung lagi memerintah negara? 

Jawapan 2:

Melihat realiti setakat ini dan masa ini, untuk memerintah negara secara keseluruhan agak sulit dan susah. Sebelum ini PK (sebelum ditambah nama kepada PKS) yang menapaki setiap jejak langkah dan aktiviti parti, dari sebuah entiti yang belum dikenal hingga dikenal dan menduduki peringkat 7 dalam pemilu 1999. Pada pemilu 2004 pula PKS memperolehi jumlah undi sebanyak 8,325,020, iaitu 7.34% dan 45 kerusi.

Walaupun begitu kemenangan sebenarnya ialah berjaya meletakkan asas perjuangan Islam di arena politik negara dan melaluinya mampu melatih ramai kader-kader ke arah kemenangan perjuangan tersebut. Kita perlu membentuk manusia-manusia yang seluruh cara hidup dan firqah, termasuk politiknya adalah Islam. ...Dan bila sampai masanya akan mampu pula memimpin negara seperti yang dituntut oleh agama Islam itu sendiri, bukan seperti sekarang.

Di situlah bedanya antara parti kami dengan parti-parti lain, walaupun ada di antaranya adalah sama-sama berasaskan Islam. Kerana itu, PKS atau PK-Sejahtera sangat menambil berat ke arah wujudnya Indonesia yang adil dan sejahtera. PK pernah menolak pemberlakuan asas tunggal dalam kehidupan berorganisasi. Hal itu dinyatakan Presiden PK Dr Ir Nurmahmudi Ismail dalam pidato politik peresmian DPW PK DIY.

Pada Pemilu (Pilihan Raya Umum Indonesia) 19 Februari 1999 KH Didien Hafidhudin ditetapkan sebagai Calon Presiden RI (Republik Indonesia) dari Partai Keadilan. Pada 30 Mei 1999 lapan partai politik berasaskan Islam menyatakan bersatu dan menyepakati penggabungan sisa suara (stembus accord) hasil Pemilu 1999. Lapan parti itu adalah PPP, Partai Keadilan, Partai Kebangkitan Ummat, Partai Ummat Islam, PPII Masyumi, PNU, PBB dan PSII.

Pada 20 Oktober 1999, PK menerima tawaran kursi Kementerian Kehutanan dan Perkebunan (Hutbun) dalam kabinet pemerintahan KH Abdurrahman Wahid. Waktu itulah dikatakan rakyat Indonesia memberi mandat kepada parti-parti Islam untuk memerintah negara, berbanding dengan pemilu-pemilu sebelumnya sejak kemerdekaan tahun 1945, iaitu di tahun-tahun 1955, 1971, dan Pemilu 1977-1997.

Untuk gabung kembali sesama partai Islam seperti dulu agak sulit, kerana penyakit-penyakit yang perlu diobati amat banyak. Walaupun begitu, usaha-usaha untuk kerjasama amat dialu-alukan.

Sekian. Assalamu 'alaikum.

Coretan dari Ibnu Hasyim
Tanjunbalai Asahan

Indonesia.
7 Julai 2008

Lihat.. 
E-Buku IH-8: 'Medan-Tanjung Balai'
E-Buku IH-8: 'Medan-Tanjung Balai'

3 comments: